Selasa, 13 Mei 2008

PRINSIP-PRINSIP TANGGUNG JAWAB PROFESIONALITAS Diadaptasi dari Perkumpulan Antropologi Amerika May 1971

PRINSIP-PRINSIP TANGGUNG JAWAB PROFESIONALITAS

Diadaptasi dari Perkumpulan Antropologi Amerika May 1971

Antropolog bekerja diberbagai belahan dunia dan memiliki hubungan yang dekat dengan orang dan situasi dan yang mereka pelajari. Profesionalisme situasi mereka adalah unik dan kompleks termasuk dengan disiplin ilmu mereka, sponsor, rekan kerja, subjek mereka, pemerintah tempat mereka melakukan penelitian, individu-individu dan kelompok tertentu di negara tempat mereka bekerja. Pada daerah yang memiliki konflik seorang antropolog haris bias menyesuaikan dirinya.

Ini adalah tanggung jawab utama dari antropolog untuk mengantisipasi, merencanakandan bertekad untuk tidak merusak apa yang mereka pelajari. Prinsip-prinsip berikut adalah prinsip yang penting mengenai tanggungjawab antropolog pada etika profesi mereka.

1. Berkaitan dengan apa yang mereka pelajari

Pada sebuah penelitian seorang antropolog memiliki tanggung jawab yang besar kepada objek penelitian pemereka. Antropolog harus melakukan dengan segala tenaga untuk melindungikesejahteraan fisik, sosial, dan psikis dan untuk menghargai privasi.

· Tujuan dari investigasi harus di komunikasikan sebaik mungkin pada informan.

· Informan mempunyai hak untuk membuat dirinya anonym, hak ini harus di hormati. Informasi yang didapat selama pengumpulan datadidokumentasikan dengan kamera, tape rekorder, dan berbagai alat pengumpulan data lainya. Informan bebas menolak apabila mereka ingin, hasil yang didapat harus seimbang dengan hak informan untuk mendapatkan kesejahteraan dan juga privasi.

· Tidak boleh ada eksploitasi terhadap informan secara individual untuk kepentingan pribadi.keadilan harus diberikan kepada informan untuk segala pelayanan yang didapat.

· Sebagai antisipasi, konsekuansi dari penelitian harus di komunikasikan kepada individu-individu dan kelompok-kelompok yang terlibat.

· Semua poin diatas harus dilakukan denagn penuh tanggung jawabpada keanekaragaman sosial dan budaya masyarakat setempat dan selalu konsekuen dengan dengan nilai-nilai keanekaragaman budaya.

2. Tanggung jawab kepada publik

Antropolog juga bertanggung jawab kepada publik (masyarakat umum)dan semua yang menggunakan hasil kerja mereka.

· Tidak boleh memberitahukan temuan rahasia, dan menjaga dari orang lain.

· Tidak hanya bertanggung jawab pada isi penelitian tapi juga harus dapat menjelaskan pendapat pribadi yang terdapat didalam penelitian.

· Sebagai orang yang mengkhususkan profesionalitas mereka untuk mengerti dan mempelajari tentang manusi, antropolog mempunyai tanggung jawabpositif yang besar untuk berbicara didepan umum (baik secara individual atau kolektif) tentang apa yang mereka tau dan apa yang mereka percaya sebagai hasil studi professional mereka tentang hakikat kehidupan manusia.

· Dalam ceramah kepada publik antropolog harus jujur tentang kualifikasi mereka akan keahlian mereka dalam ilmu antropologi.

3. Tanggung jawap kepada disiplin ilmu antropologi

Antropolog mempunya tanggung jawab untuk reputasi baik disiplin mereka

· Antropolog harus tidak memiliki penelitian rahasia atau riset yang hasilnya tidak bias bebas dilaporkan pada masyarakat.

· Antropolog harus mengelola level integritas dan laporan-laporan tidak bolah membahayakan masa depan penelitian. Tanggung jawab dalam melakukan penelitian dengan cara konsisten dengan komitmen untuk jujur, terbuka, dan komunikasi yang jelas dengan sponsor dan konsern dengan kese4jahteran dan privasi informan.

4. Tanggung jawab kepada mahasiswa

Dalam hubungan dengan mahasiswa seorang antropolog harus bersih, adil, dan berkomitmen untuk kesejahteraan mereka dan kemajuan dibidang akadmis. Robert Lekachman menyatakan kejujuran, kualitas yang esensial dari seorang pendidik yang baik.

Selain mengajar jujur antropolog sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab secara etika dalam menyeleksi, memberi arahan, konseling mengenai karir, pengawasan akademis, evaluasi. Kompensasi, dan penempatan.

· Memilih mahasiswa dengan tidak mediskriminasi berdasarkan jenis kelamin, ras, suku bangsa, kelas sosial, dan lain-lain.tapi memilih berdasarkan potensi atau kemampuan intelektual mereka.

· Mengingatkan mahasiswa akan etika dalam penelitian

·Mau menerima dan dengan serius merespon keingintahuan dan pendapat mahasiswa dalam segala aspek pekerjaan akademis mereka.

· Secara realistis memberi mahasiswa nasehat mengenai kesempatan dalam karir.

· Secara konsisten mendorong dan mensuport mahasiswa dalam ilmu antropologi

· Adil dalam evaluasi dari hasil kerja mahasiswa, mengkomunikasikan hasil evaluasi dengan serius.

5. Tanggung jawab kepada sponsor

Dalam hubungannya dengan sponsor penelitian, seorang antropolog harus jujur mengenai kualifikasi, kemampuan, dan tujuannya. Tidak boleh ada perjanjian rahasiadengan sponsor mengenai hasil atau laporan penelitian.

6.Tanggung jawab kepada pemerintah sendiri dan pemerintah setempat

Dalam berhubungan dengan pemerintah sendiri dan dengan pemerintah setempat, penelitian antropolog harus jujur dan terbuka khususnya tidak ada penelitian rahasia, laporan rahasia, dan berbagai tindakan harus disetujui. Apabila hal ini telah dimengerti kesalahpahaman akan bisa di hindari.


masyarakat Bontoramba

Tugas Pengganti Ujian Mid Semester

1.Struktur Sosial

Dapat diketegorikan sebagai batasan dari perilaku yang tyerfokus pada prosedur yang digunakan oleh aktor-aktor sosial dalam dunia yang terstruktur, struktur sosial tidak mempunyai bentuk yang nyata atau kongkrit kecuali yang ada didalam benak pelaku yang memaknai struktur ( atau orang yang memberi arti struktur itu tadi). Ada anggapan bahwa struktur sosial bisa dikaji seolah-olah memiliki atribut-atribut yang formal tanpa mengacu pada agen pelaku. Hal ini telah memberikan pengaruh besar pada pemikiran sosial dan teeori Sosiologi.sampai sekarang pun gagasan ini masih dianggap senagai konsep yang esensial bagi Sosiologi.

Stratifikasi sosial

Secara umum strata sosial dapat dipandang sebagai tingkatan atau pembagian orang dalam bentuk vertikal. Jadi ketika seseorang berbicara mengenai stratifikasi maka yang dibicarakan adalah posisi yang tidak sederajat dari individu didalam masyarakat. Dibeberapa masyarakat modern bembagian dan penggolongan orang dapat dilihat dari jabatan yeng mereka duduki walaupun semua jabatan dan pekerjaan mendapat tempat yang berbeda dan memiliki peranan masing masing masih saja orang-rang berlomba untuk mencapai kedudukan atau prestasi tertentu. Usaha-usaha utuk mencapai status tertentu pada masyarakat modern sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Ketika pendidikan seseorang tinggi maka ia akan mendapatkan jabatan yang tinggi di dalam karir dan menduduki tingkat yang berbeda dari orang lain dan hal ini kemudian akan berdampak pada semua gaya hidup dalam keseharian mereka.

Patrom klien

Pola hubungan antara orang yang berkuasa dengan orang yang dikuasai, pola ini akan mencipkan kepatuhan dari orang tidak mempunyai kuasa. Bentuk hubungan seperti ini dapat dilihat dari seorang tuan tanah yang menguasai tanah beserta sejumlah alat-alat poduksi lainnya dan meminta syarat-sayarat tertentu kepada penani pada masyarakat pertanian Eropa jaman abad ke 17.

2. deskripsikan struktur masyarakat desa bontramba dan pola pembagian stratifikasi sosialnya.

Pada keluarga kedudukan ayah adalah sangat dihormato oleh anak-anaknya terutama anak laki-laki, seangkan anak perempuan kepada ibi menrupakan hubungan yang terbuka tepai seorang anak perempuan lebih menjalin hubungan yang dekat dan mesra dengan bibi-bibi dan nenek mereka. Kakak laki-laki dan adik perempuannya merupakan hal yang formal kakak lali-laki harus menujukkan contoh yang baik kepada adik perempuannya dan menjaga mereka agar tidak ternodai oleh laki-laki lain.

Pada desa bontoramba yang kelompok yang dominan menguasai desa adalah kelompok kekerabatan yang paling banyak anggotannya (dihiting dari banyaknya rumah yang mereka miliki 81 rumah) dengan nayaknya jumlah anggota mereka itu juga berarti mereka lebih banyak memiliki aset seperti kerbau, kuda , tanah , ladang dan sawah kerena kedudukan seseorang juga dihitung dari hal-hal tadi. Begitu juga dalam pemilihan ketua desa kelompok kekerabatan yang tyerbanyak merupakan calon tunggal karena sebagian besar pemiluh akan memilih dirinya sebagai ketua desa karena alasan satu kekerabatan. Dan kelompok kekerabatan lainpun tidak berani mencalonkan anggotanya, jika suatu desa meliliki dua kelompik kekerabatan besar dan dan beberpa kelompok kekerabatan kecil maka mereka akan memilih kelompok kekerabatan besar mana yang akan dituruti.

3. kenapa masyarakat Bontoramba dapat diketegorikan sebagai masyarakat yang menganut sistem stratifikasi tinggi?

Alasan secara umum mengapa hal ini terjadi adalah karena alasan pemenuhan kebutuhan ekonomi, kesejehtareaan hidup dan juga merupakan suatu yang bersifat prestise dan pada dasarnya masyarakat Bontoramba adalah tipe orang yang suka bersaing guna mendapatkan suatu tempat tertentu di dalam masyarakat. Dalam keluarga sendiri dua orang laki-laki yang bersaudara akan bersaing untuk dapat tampil sempurna didepan ayah mereka. Terutama laki-laki dari pada perempuan yang lebih didorong untuk menaikkan kedudukannya (sebagai prestise) wanita dianggap sebagai orang yang mengawetkan kedudukan.

Armopa, Sebuah desa peramu sagu di pantai utara irian jaya

Armopa, Sebuah desa peramu sagu di pantai utara irian jaya

Sistem kekerabatan

Dalam suatu rumah tangga biasanya selain keluarga batih dihuni juga oleh, beberapa kerabat lain seperti misalnya ibu dan ayah yang sudah tua, menantu serta juga cucu-cucu bahkan juga saudara wanita suami beserta suaminya. Mereka menganal sistem fam didalam kehidupan mereka, fam dari keluarga batih akan tercatat dibuku registrasi gereja dan kemudian gereja akan memberikan mereka sebuah nama baptis di depan nama fam yang merupakan berasal dari geris keturuanan ayah.

Istilah fam sebenarnya bukan lah budaya asli masyarakat armopa, istilah fam diperkenalkan oleh pembawa agama kristen. Dulu sebelum masyarakat bgu pindah kedaerah pesisir mereka mengenal istilah auwet (juga berdasarkan garis keturunan ayah) akibat dari pembayaran mas kwin dari pihak laki-laki kepada wanita, orang begu pada zaman dahulu memiliki adat menetap virilokal, jadi san istri dan anak-anak mereka tidak menpunyai cukup waktu untuk menemui kerabat mereka karena masing-masing auwet sangat hjarang berhubungan dan mereka juga terpisah satu sama lain. Kondisi seperti ini menciptakan adat yang benar-benar patrilinial. Sistem fam berbeda dari sistem Auwet karena fam tidak begitu mengikat didalam adat dan agama (dikendalikan oleh gereja) fam juga tidak secara aktif dalam melakukan kegiatan adat, jadi fungsi fam tidak sekompleks auwet fam tidak lebih dari sekumpulan orang-orang yang meiliki registrasi yang sama.

Tetapi setelah dipaksapindah oleh pemerintah kolonial kedaerah pesisir terjadi perubahan besar didalam kekerabatan mereka. Prinsip pratrilinela mulai kabur, seseorang mengambil hasil kebundari tempat dimana dulu ayahnya berkebun tapi ia juga busa memetik hasil perkebunan dimana keluargga dari ibunya dulu berkebun.

MATA PANCAHARIAN

Memukul Sagu

Memukul sagu adalah mata pencarian yang terpenting oleh masyarakat Bguhutan sagi yang sekarang letaknya kira-kira sekitar 3-5 kilometer jauhnya dari desa, terbagi kedalam wilayah-wilayah dengan batas-batas yang tidak tegas yang menjadi kelompok kekerabatan tertentu.

Dua orang pria dalam waktu kira-kira empat hari dapat memukul datu pohon besar, dengan rata-rata bekerja selama delapan jam sehari tatau keseluruhannya dalam waktu 32 jam. Satu pohon seperti itu dapat menghasilkan 150-300 kilogram sagu basah. Batang yang sudah terbuka harus cepat-cepat diambil dan dikerjakan sebab yang terbuka seperti itu akan dimakan oleh babi hutan. Sagu biasanya dimasak sebagai bubur, roti bakar, yang dimakan dengan lauk seperti daging, ikan, kerang, atau sayuran

Menangkap Ikan

Pekerjaan mencari ikan merupakan pekerjaan yang layak atau bisa dilakukan oleh pria maupun wanita. Terutama di daerah pantai utara mencri ikan memang menjadi mata pencarian utama selain mencari sagumereka mencai ikan, kerang, udang, kepiting, atau hewan air lainnya arawa atau laut. Mencari ikan biasanya diakukan oleh palung banyak 2 keluarga batih dengan 3-4 wanita dan anak-anak.

Berburu

Berburu khususnya diilakukan oleh pria, dan binatang yang diburu biasanya adalah babi, soa-soa, kangguru, tikus, kadal, ataupun burung. Metiode yang dugunakan dalam berburu babai adalah babi digiring oleh anjing-anjing kesuatu tempat dan kemudian baru di tembak dengan anak panah reingkali perburuan dilakukan pada malam hari dan hanya menggunakan lampu senter.

Berkebun

Hanya sedikit masyarakan yang mengenal mata pencarian berkebun, jelas sekali tampak kalau berkebun hanyalah mata pencarian tambahan leh penduduk. Didesa-desa yang letaknya jauh ke darat memang peerkebunan lebih intensif dilakukan. Tapi sebagian besar orang Bgu tidak mempedulikan berkebun, tapi ada beberapa orang yang brkebun tisdak secara teratur, kebun mereka tidak bersih dan kadang-kadang ditumbuhi oleh alang-alang karena tidak diolah dengan serius.

Kebun biasanya dibuka dengan membersihkan belukar kemudian menebang pohon besar. Seseprang biasanya yang mengambil inisiatif itu bekerja dengan anak laki-lakinya atau dengan sauda laki-laki atau ipar menurut sistem tolong menolong atau serse.

Berdagang

Dia komoditi asal desa ini yang masih dijual adalah sagu bakar (kaus) dan buiah pinang (bnim). Kaus merupakan bungkusan-bungkusan roti sagu yang tebalnya kira-kira 5 sentimeter, dan berbentuk bundar dengan diameter 50 sentimeter. Seseroang dapat memikul roti semacam itu sebanyak 20 buah dan beratnya lebih kurang seberat 20 kilogram dan dibawa kedesa tetangga yang jaraknya 25 kilometer. Disana kaus dibeli oleh tengkulak-tengkulak cina yang memiliki perahu bermitor dan selanjutnya diangkut kejaya pura.

PENGARUH SISTEM KEKERABATAN DAN MATA PENCARIAN

Dengan berpidahnya masyarakat Bgu kedaerah kering (pesisir) maka lenyaplah sistem auwet yang mereka kenal selama ini. Sistem ini membuat sedemikian rupa sistem kekerabatan patrilinial bertahan mada masyarakat, yaitu pola menetap pasangan baru yang tinggal dirumah kerabat suami (virilokal) dan kondisi tempat tinggal yang berjauhan membuat sang istri tidak bisa berhubungan dengan kerabatnya.

Sistem kekerabatan membuat kepemilikan tanah menjadi tidak terlalu mengikat pada masyarakat Bgu, seseorang bisa mengambil sagu dari tempat dimana ayahnya dulu mengambil sagu tapi ia juga dapat mengabil sagu dimana keluarga ibunya mengambil sagu. selain itu pengaruh lainnya adalah ketidak pastian kepemilikan tanah yang digunakan untuk tempat mengambil sagu dan berkebun (walaupun berkebun tidak begitu populer bagi masyarakat Bgu).

KOMBINASI PEMAKAIAN PENGOBATAN MODERN DAN PENGOBATAN ALTERNATIF-tugas akhir antropologi kesehatan

kombinasi pemakaian pengobatan modern dan pengobatan alternatif


PERMASALAHAN

Latar belakang masalah

Penyakit dan kesehatan sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dikaji dalam Antropologi kesehatan bermula darisejak berakhirnya PDII, ahli-ahli antropolgi biologi dan Antropologi sosial budaya mualai meningkatkan perhatian mereka pada studi lintas budaya mengenai masalah kesehatan juga pda faktor bioekologi dan sosiokultural yang berpengaruh terhadap kesehatan dan timbulnya penyakit. Selain itu terdapat nayak faktor-faktor budaya yang yang sangat berpengaruh pada dunia kesehatan seperti perbedaan persepsi sakit dan sehat, perlakuan kepada pasien, cara pengobatan, persepsi mengenai penyebab sakit, bahakan mengenai cara seseorang memandang penyakit sangat dtentukan oleh kebudayaanya.

Dalam sistem pengobatan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu pengobatan barat dan pengobatan timur. Pengobatan barat adalah metode pengobatan yang sudah terstandarkan dan telah diuji secara ilmiah sehingga dipercaya sebagai pengubatan yang resmi dipakai belahan dunia. Sedangkan pengobatan timur memiliki karakteristik sebagai berikut, keamanan dan keampuhan dari pengobatan ini tidak dibuktikan melalaui penelitan ilmiah tetapi melalui pengamatan para praktisi pengobatannya sendiri, dipandang lebih sebagai seni (art of medicine) tidak seperti pengobatan barat yang dipandang sebagai bagian dari teknologi.

Permasalahan yang diangkat dalam paper ini adalah bagaimana dalam beberapa dekade ini pengbatan barat mulai dokombinasikan dengan pengobatan timur sebagai pengobatan pelengkap dan pengobatan alternatif.

Pengobatan alternatif

Defenisi


Sebelum membahas mengenai seberapa besar manfaat pengobatan ini perlu kiranya dibahas dahulu sedikit mengenai defenisi pengobatan alternatif. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern ( pelayanan kedokteran standar ) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat dan khasiat serta mekanisme pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan.

Menurut pusat studi pengobatan alterlatif dan pelengkap nasional Amerika (NCCAM national Center for Complementary and Alternative Medicine)

…medical and health care practices outside the realm of conventional medicine, which are yet to be validated using scientific methods…

Complementary: together with conventional practices

Alternative: in place of conventional practices

Sedangkan WHO mendefenisikan pengobatan tradisional sebagai berikut:

traditional medicine as including diverse health practices, approaches, knowledge and beliefs incorporating plant, animal and / or mineral based medicines spiritual therapies, manual techniques and exercises applied singularly or in combination to maintain the well being as well as to treat, diagnose or prevent illness.

WHO mengklasifiksikan ada ratusan macam bentuk praktek pengobatan tradisional atau alternatif yangtersebar diseluruh dunia. Adanya keberagaman dalam bentuk terapi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi seperti, kebudayaan, iklim, letak geografis, dan filosofi masyarakat setempat.

Persentase kepercayaan terhadap pengobatan alternatif

Kecenderungan orang memilih pengobatan di Kanada:

-45 %dokter

-6% pengobatan alternatif

-14 %dokter plus pengobatan alternatif

-tidak keduanya


Saat ini penggunaan pengobatan alternatif semakin populer. Semakin bertambah banyaknya jumlah pminat pengobatan tradisional dinegara-negara maju seperti Amerika dan Eropa disebabkan salah satu faktornya adalah berkurangnya kepercayaan terhadap sistemmedis konvensional yang modern. Walaupun faktor ini juga menjadi alasan untuk memilih pengobatan alternatif di negara-negara berkembang, tapi yang membedakanya adalah ketidakpercayaan ini didasari oleh kultur atau budaya lokal mereka yang masih kental faktor lain adalah sudah melekatnya steriotip bahwa pengobatan modern (dokter dan sejenisnya) adalah pengobatan mahal untuk kalangan tertentu dan sangat berorientasi kepada profit.

Dari data didapatkan bahwa di Amerika , pasien yang menggunakan pengobatan alternatif lebih banyak dibandingkan dengan yang datang ke dokter umum sedangkan di Eropa penggunaannya bervariasi dari 23 % di Denmark dan 49 % di Prancis. Di Taiwan 90 % pasien mendapat terapi konvensional dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5 % masyarakatnya menggunakan terapi alternatif. Dari data diketahui pula bahwa penggunaan terapi alternatif pada penyakit kanker bervariasi antara 9 % sampai dengan 45 % dan penggunaan terapi alternatif pada pasien penyakit saraf bervariasi antara 9 sampai 56 %. Penelitian di Cina menunjukkan bahwa 64 % penderita kanker stadium lanjut menggunakan terapi alternatif. Penelitian Kessler et all menunjukkan bahwa 9 dari 10 pasien yang menderita ansietas dan 6 dari 10 penderita depresi berkunjung ke psikiater dan pengobat alternatif. Dokter yang berkecimpung pada pengobatan alternatif pun meningkat. Di Inggris ada sekitar 40 % dokter mengadakan pelayanan pengobatan alternatif .

Sedangkan angka statistik penelitian di Kanada memperlihatkan bahwa 63% persen orang akan mencoba melakukan terapi yang “memnjanjikan kesembuhan” walaupun itu belum terbukti.

Klasifikasi

Charthy , dalam Natural therapies menyebutkan beberapa jenis pengobatan alternatif ,yaitu : akupresur, akupuntur, teknik alexander, kinesiology, aromaterapi, autogenic therapy, chiropractice, terapi warna, homeopati, osteopati, hipnoterapi, iridology, naturopathy, terapi nutrisi, terapi polaritas, psikoterapi , refleksiologi , pemijatan, pengobatan Cina. Sedangkan dalam ensiklopedia pengobatan alternatif, Jenis pengobatan ini dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu


1. Terapi Energi yang meliputi : Akupuntur , Akupresur, Shiatsu, Do-in, Shaolin, Qigong,, T’ai chi ch’uan, Yoga, Meditasi, Terapi polaritas, Refleksiologi, Metamorphic technique, Reiki, Metode Bowen, Ayurveda, Terapi tumpangan tangan.

2. Terapi fisik yang meliputi : Masase, Aromaterapi, Osteopati, Chiropractic, Kinesiology, Rolfing, Hellework, Feldenkrais method, Teknik Alexander, Trager work, Zero balancing, Teknik relaksasi, Hidroterapi, Flotation therapy, Metode Bates .

3. Terapi pikiran dan spiritual yang meliputi : Psikoterapi, Psikoanalitik, Terapi kognitif, Terapi humanistik, Terapi keluarga, Terapi kelompok, Terapi autogenik, Biofeedback, Visualisasi, Hipnoterapi, Dreamwork, Terapi Dance movement , Terapi musik, Terapi suara, Terapi seni, Terapi cahaya, Biorhythms, Terapi warna.

Dalam sistem pelayanan kesehatan di Inggris, jenis pengobatan alternatif ini dibagi menjadi 3 kelompok besar . Kelompok pertama adalah : Kelompok yang paling terorganisasi dan teratur , seperti : akupuntur, chiropractic, pengobatan dengan herbal, homeopati, osteopati. Pengobatan alternatif yang masuk dalam kelompok ini mempunyai dasar penelitian. Kelompok kedua adalah : Kelompok pengobatan alternatif yang membutuhkan penelitian lebih lanjut , namun sudah digunakan sebagai pelengkap dalam sistem pelayanan kesehatan , seperti : hipnoterapi dan aromaterapi. Kelompok ketiga adalah : kelompok pengobatan alternatif yang belum mempunyai data sama sekali , seperti : terapi dengan kristal dan pendulum .

The National Institutes of Health classifies CAM di Kanada mengkategorikan menjadi: (1) Fisik seperti terapi pijit; (2) Biologis seperti pengobatan herba; (3) Psikilogis seperti meditasi; (4) Menggunakan energi seperti reiki; dan (5) Pengobatan medis lengkap seperti pengobatan Cina. Sedangkan insitut kesehatan jermman mengklasifiksikan pengobatan alternatif menjadi beberapa kategori yaitu: 1) fisik, seperti terapi pijit 2) biologis, seperti pengobatan herbal 3)energetik, seperti reiki dan 5) sistem pengbatan terpadu seperti, pengobatan tradisional cina

Figur disebelah menunjukan pembagian terrapi alternatif dan terapi menurut versi NCCAM (National Center for Complementari and Alternatif Medicine) Amerika. Dimana terdapat ketergori pengobatan yang berdasar pada acuan biologis, penyeimbangan tubuh dan pikiran, pengobatan dengan energi, dan memanipulasi tubuh yang kesemuanya adalah bagian dari sistem medis.

Pengobatan tradisional[1] di Indonesia

Dukun


masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa (multikultural) ada berbagai macam bentuk pengobatan tradisional (laternatif). Sebagian yang menjadi pilihan masyarakat Indnesia sebagai pengobatan alteratif bisa menjadi sesuatu yang sangat tidak masuk akal apabila dilihat dari kacamata medis modern. Misalnya seperti pengobatan yang diwarnai dengan nilai-nilai magis, pengobatan dengan pemanggilan arwah melalui perantara dukun[2]. Seperti kebanyakan terdapat dimasyarakat asia praktek dukun dan paranormal juga dapat dilihat di Thailand, miangthai, singapura dan Malaysia (disebut dengan bomoh). Berikut beberapa pengobatan tradisional Indonesia.

Dengan ada suatu ramuan tradisional, yang dimiliki oleh masyarakat adat Dayak Bugau (desa), tidak lepas dari pengetahuan seorang manang atau dukun. Konon kisah seorang manang itu berkaitan dengan dahulunya manusia masih bisa berdekatan dengan hantu, Manang berbeda dengan Dukun, karena untuk dukun memperoleh dan mendapatkan ilmu serta keterampilan bisa dilakukan oleh sesama dukun dan atau orang lain, ataupun bisa secara diwariskan kepada generasi berikutnya (turun-temurun). Maka karena itulah untuk menjadi Dukun tidaklah serumit menjadi Manang.

Sejak dulu orang Dayak dikenal sebagai orang yang memiliki pengetahuan dan kepandaian dalam masalahan penyembuhan penyakit dengan obat-obatan/ramuan tradisional. Mereka memiliki ‘dukun-dukun (manang)' yang handal. Mereka mengenal beragam jenis tumbuhan dan binatang yang memiliki khasiat untuk mengobati berbagai jenis penyakit, yang didukung dengan keadaan hasil alam. Dengan dihasilkannya suatu kesepakatan dalam Semiloka Sumberdaya Alam yang bercirikan Kearifan Lokal di Senaning Tanggal 23-27 Januari 2005, adanya suatu wilayah ataupun ruang/lahan yang dipergunakan khusus sebagai tanaman obat-obatan. Ini didorong oleh beberapa dukun (manang) bersama-sama pihak dari Puskesmas Senaning, Kepastoran(Pastor Piet Apot) dan sejumlah NGO (WALHI KalBar, AMA KalBar, Sawit Watch dan PPSHK) disekitar Ketemenggungan Bugau ataupun Ketungau Hulu.

Sering kali orang beranggapan, bahwa "Manang dan Dukun" mempunyai arti yang sama dalam proses di masyarakat adat. Namun pada kenyataannya serta sejaranya, kedua penyebutan tersebut sangatlah jauh berbeda. Manang maupun Dukun merupakan sebuah "Gelar dan Profesi" yang disandang/diberikan kepada seseorang yang memperoleh kepercayaan dan atau bahkan kekuatan terhadap pengetahuan maupun keterampilan yang dapat menyembuhkan seseorang dari penyakit yang diberikan oleh sang "PETARA"/Tuhan.

Ilmu dan keterampilan yang diperoleh oleg seorang manang tidaklah dapat diwariskan kepada generasi berikutnya(turun-temurun), karena ilmu yang diperoleh dan didapat oleh Manang adalah langsumh diturunkan oleh PETARA. Proses penurunan ilmu dan keterampilan itu bisa secara langsung maupun melalui mimpi. Oleh karena itu ilmu dan keterampilan bagi seorang Manang bukanlah secara keturunan, maka tidaklah mutlak kalau Ayahnya seorang Manang lalu ananknya juga menjadi Manang.

Berikut ini nama manang yang bisa menghidupkan orang mati: Manang jadi ke Dayang Renjai beranak Manang Rangau, manang Rangau beranak Manang Munsung, manang Munsung beranak ke Manang Jelapik, manang Jelapik beranak ke Jerangau. Berikut ini bunyi buah Renung pada acara gawai manang "Suba urang kelia' nyadi manang, la ke sidi jadi tunjuk lunjai. Ke tau belian kelaman pampai. Keba enda lupai jalai sida' bukai mansang nibu". Sesuai dengan kenyataan pada zaman dahulu , bahwa manang itu bukanlah hal yang baru akan tetapi manang pun berada di langit yang sesuai dengan buah renung.

Klasifikas manang suku bangsa Dayak

Pertama, dukun patah tulang, pengobatan dengan kayu pilu, daun engkedai, rumput Belanda di pontiang, daun lalang yang kesemuannya di tumbuk halus lalu ditempel pada bagian yang patah; setelah itu di kasih anak ayam dan lalu dibungkus dengan batang pisang.

Kedua, Kelompok dukun umum dengan jenis penyakit dan pengobatan sebagai berikut : gugur Rambur dengan pengobatan rumpu padang, rumput bawang jenis laki dengan ciri daun lebar, rumput kalakatai harus yang berada dalam air, akar/urat cabe, penumpang dara, air kelapa hijau; Sakit berak ancur dengan pengobatan akar kebedu, akar bedaup, kayu engkebang, upa sengang, kayu mungat dayang muda diambil 7 pucuk; Sakit perut, masuk angin, malas dengan pengobatan jampi-jampi, 1 helai daun sirih bangkit, tembakau tepe sebesar ibu jari, minyak tanah; Sakit berak darah dengan pengobatan paku kapur; Sakit kuning dengan kayu kopi Cina dan akar menawah, daun/akar kuning; Sakit maag dengan sarang semut (empukung); Sakit bengkak dengan Jagung merah; Sakit bukuk tulang dengan kayu punti; Sakit demam dengan akar ridu; Sakit kolera dengan akar kolera; Sakit perut muntaber dengan akar kolera dicampur dengan cacing yang dibakar + air ½ gelas; Sakit perut lendir dengan akar emperingat & pakis; Sakit demam dingin, badan kuning, sakit tulang dan urat dengan kunci bumi ½ gelas, liak ½ gelas, madu mentah ½ gelas; Di gigit nyelipan dengan lada putih, minyak kelapa, spirtus; sakit kepala dengan jampi-jampi; Demam anak-anak dengan kapur, kunyit, sirih; Demam orang tua dengan daun kayu dekat rumah dan unggun kayu malam; Sariawan dengan 3 lembar daun sirih ditumbuk dan dikumur; Sakit mata dengan daun sirih ditetskan ke mata; Lambai melit/kayap dengan getah pohon pulai digosok.

Ketiga, kelompok dukun pengobatan di gigit binatang berbisa, sebagai berikut : Di gigit ular, kaljengking, nyelipan dengan tumbuhan engkala, batang pisang, getah lengkan, bawa tubamelawi, sakang ular, dan dengan binatang Ayam cabut bulunya, masukan dimulutnya sampai ada lendirnya lendirnya digosokkan pada bagian yang sakit; Kena ikan berbisa dengan daun kering atau raw (daun mati lama di air), cuka getah, buah pial seperti lada; Di gigit anjing dengan bersampi/tawar; Kena tusuk kayu/duri dengan gigi badak; Kena peluru dengan gigi badak; Nyabut gigi dengan gigi badak; Sulit melahirkan dengan gigi badak; Kena bulu ulat dengan gigi badak.

Keempat, kelompok manang jenis penyakit dan pengobatan sebagai berikut : Sakit kepala (anak raja, penderat) dengan tanah, akar, daun/asal; Sakit perut dengan akar, daun, buah, asal; Kena darah dirik dengan daun, akar, bunga, asal; Luka dengan daun, akar, asal; mati tubuh sepiak/sebelah dengan daun-daun/asal.

Satu lagi ciri pengobatan alternatif adalah digunakannya metode pemanggilan arwah dan melibatkan makhluk selain manusia[3] yang memiliki kemampuan luar biasa. selain itu khususnya pada pengobata penyakit yang disebabkan oleh racun atau dikarenakan adanya zat asing yang masuk kedalam tubuh sisakit biasanya digunakan hewan sebagai perantara untuk mengeluarkan racun atau sebagai perantara untuk mengambil zat asing, hewan yang digunakan dalam kasus seperti ini biasanya ayam[4], lebah dan lintah.


pengobatan tradisional dan alternif untuk penyakit jiwa dan gangguan kesehatan mental[5]

Gangguan kecemasan


Pengertian ganguan kesehatan jiwa disini dapat disamakan maknanya dengan gangguan kesehatan mental[6] yang dapat diklasifikasikan kedalam gangguan ini adalah gangguan kecemasan, gangguan mood, skozofrenia, disfungsi seksual dan gangguan penyalahgunaan zat. Alasan kenapa saya memisahkan bahasan tentang pengobatan penyakit jiwa dengan penyakit fisik adalah karena perbedaan gejala dan juga perbedaan persepsi masing-masing kebudayaan terhadap penyakit ini.

Penyebab dari gangguan kesehatan mental atau penyakit kejiwaan ini adalah interaksi kompleks antara faktor biologis dan lingkungan dan juga faktor sosial budaya (sosiokultural). Dalam pengobatan medis modern metode terapi yang digunakan adalah menggabungkan antara terapi psikologis dengan farmakologis (obat-obatan). Untuk memahami gangguan mental dan dalam pelayanan kesehatan dibutuhkan pemahaman faktor budaya pasien.

Aspek budaya pada gangguan kesehatan mental

Contoh kasusus halusinasi pada masyarakat Aborigin pada saat setalah ada keluarga atau kerabat dekat yang meninggal dunia sebagian besar orang Aborigin mengaku didatangi oleh arwah kerabat yang telah meninggal dunia, baik dalam secara fisik atau mendatangi lewat mimpi. Bagi sebagian besar kebudayaan barat hal ini termasuk kondisi halusinasi yang tidak normal, tapi pada kebudayaan Aborigin kemunculan kerabat yang beru meninggal adalah sesuatu yang wajar. Persepsi atau kata-kata untuk menggambarkan gangguan psikologis juga berbeda pada masing-masing budaya seperti istilah depresi atau kesehatan jiwa di defenisikan berbeda-beda pada kebudayaan yang berbeda pula. Diambil contoh pada kebudayaan nonbarat depresi didefenisikan sebagai kehilangan jiwa (soul loss) sedangkan dalam kebudayaan barat didefenisikan sebagai tidak ada tujun atau arti hidup. Wujud ketakutan juga dipengaruhi oleh kebudayaan pada orang Amerika ketakutan terbesar adalah pada ketidaksanggupan membayar hipotik, kehilangan pekerjaan, dsb pada orang afrika ketakutan adalah pada ketidaksanggupan untuk berketurunan, mimpi yang aneh, dan sihir. Disamping itu ekspresi stress juga ditampilkan berbeda tergantung kebudayaan, misalnya pada orang Cina ekspresi stress terlihat dari gangguan fisik (terutama sakit kepala dan gangguan pencernaan).

Penanganan penyakit jiwa dalam perpektif historis

Mode demologi

Terjadi pada zaman prasejarah bukti didapat dari penggalain (ekskavasi arkeologis), terdapat lobang pada tengkorak penderita penyakit jiwa pada zaman itu. Karena pengetahuan orang-orang pada zaman itu tentang penyakit jiwa adalah disebabkan oleh gangguan dari roh halus dan setan yang bersarang diotak (senigga menyebabkan kegilaan), satu-sati jalan untuk mengeluarkan roh halus yang bersarang diotak adalah dengan melobangi tengkorang kepala sisakit sehingga roh halus bisa keluar. Ditemukan banyak kasus juga bahwa pasien yang sudah melakukan pelobangan tengkorak ini dapat bertahan hodup (terlihat dari struktur tengkorak yang mengalami pertumbuhan).

Asal mula model medis

Usaha untuk mengembangkan pengobatan kearah pengobatan modern ini dimulai dan dipelopori oleh Hypcrates (460-377SM). Dia berpendapat bahwa kondisi kesehatn jiwa seseorang sangat dipengaruhi oleh keseimbangan cairan-cairan tertentu ditubuh. Cairan tubuh (humors) yang berpengaruh ini terdiri dari: lendir, cairan empedu hitam, darah dan empedu kuning. Kelebihan lendir (phelgrem) menyebabkan seseorang menjadi plegmatis atau tidak bertenaga, kelebihan cairan empedu hitam menyebabkan terjadinya sifat melankolia atau depresi, terlalu banyak darah menyebabkan orang menjadi disposisi sanguinis (seperi sifat ceria yang berlebihan, percaya diri dan optimis), sedangkan kelebihan empedu kuning menyebabkan terjadi sifat muram (koleris).

Zaman pertengahan

Pada zaman pertengahan di Eropa penyakit jiwa diyakini sebagai akibat dari masuknya roh jahat atau setan kedalam tubuh manusia. Gejala yang diamati oleh orang-orang pada zaman ini adalah sisakit menjadi seperti bukan dirinya sendiri[7], berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti, dan berbuat sesuatu yang tidak wajar.

Pengbata yang dilakukan adalah dengan jalan mengeluarkan setan dari tubuh sisakit dengan sebuah upacara pengusiran setan Excorits[8], bentuk upacara ini erdiri pembacaan doa-doa penyembuhan dari Alkitab (Injil), pemberian air suci dan meletakkan salib di kelpala sisakit.

Ilmu sihir

Ini terjadi pada abad 15-17 dan gereja dapat dikatakan sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas dibunuhnya ribuan orang yang dicurigai sebagai penyihir sepanjang waktu ini. Gejala yang diindetifikasi oleh mereka pada orang yang curigai sebagai penyihir dalah merupakan gejala Skizofrenia (penyakit jiwa) menurut ilmu medis modern, diantaranya adalah: berbicara tidak karuan (dilihat sebagai aktifitas membaca mantra), mengaku bisa terbang atau menghikang, mengaku mendapatkan kekuatan setelah memakan bagian tubuh orang dan segaianya.

Pada waktu itu Paus Innocent (1484) memutuskan menjatuhkan menjatuhkan hukuman mati pad orang-orang yang dicurigai atau terlibat dalam praktek sihir. Gereja katolik sangat seriusa dalam urusan pembasmian penyihi ini, terbukti dengan dibuatnnya buku standar penangan penyihir oleh dua pendeta Dominika termasuk didalamnya cara-cara dan alat yang digunakan unsuk membunuh orang yang dicurigai sebagai penyihir (kebanyakan alat yang digunakan sangat tidak manusiawi dan sangat menyakitkan bagi sisakit menjelang ajalnya).

Rumah sakit jiwa

Penanganan pasien sakit jiwa mulai dilakukan di rumah sakit jiwa yang sederhana pda akhir abad 15-awal 16. tapi baru dilakukan secara lebih serius pada akhir abad ke 18-awal 19 dengan menggunakan pendekatan moral (pasien diperlakukan dengan baik dan manusiawi)

Daftar pustaka

A. Haviland, William

2000 Antropologi jilid I. Jakarta : Erlangga

Foster dan Anderson

1986 Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press

S. Nevid, Jeffrey Et all

2005 Psikologi Abnormal jilid I. Jakarta : Erlangga

http://www.haiap.org/TM-Position%20paper.doc

www.walhi.org

http://anthro.palomar.edu/medical/documents/Medical_Anthropology.doc

www.nccam.nih

www.stanford.edu/group/ethnoger

http://www.sristi.org/anilg/files/indegenous%20knowledge%20review.doc

Sumber gambar

http://www.sutterhealth.org/

httpwww.uchsc.edunewsbridge2003Julyimagesnatural2.jpg

httpwww.tokeikedai.net.myv8imagesartikeltokeikedai_bomoh1.jpg

httpwww.lifedynamix.comarticlesdataupimagesComplimentary.jpg

httpimg.dailymail.co.ukipix200707_01acupunctureDM_468x382.jpg




[1] Pada msyarakat Indonesia saya lebih memilih untuk menyebutnya pengobatan tradisional karena bersumber dari keterampilan, ilmu dan adatistiadat masyarakat Indonesia. Sedangngkan pengobatan laternatif yang ada di Indonesia lebih saya lihat sebagai pengobatan tradisional yang diadopsi dari budaya luar seperti pengobatan tradisional cina (baik dengan herbal maupun dengan terapi fisik).

[2] meskipun dukun pada masyarakat indosesia juga ada berbagai macam bidang keahliannya. Ada dukun yang hanya mengobati penyakit sehari-hari yang sifatnya ringan, penyakit jiwa (termasuk kesurupan atau tasapo dalam kepercayaan masyarakat mingangkabau), penyakit patah tulang, bahkan ada dukun yang keahliannya benar-benar terspesialisasi untuk mengobati satu penyakit khusus saja (seperti dukun penyakit campak atau cacar)

[3] Dapat dikategorikan sebagai hantu, setan, jin, dewa atau roh leluhur.

[4] Dalam praktek biasanya zat atau benda asing setelah upacara akan berpindak kedalam perut ayam atau bisa juga dipindahkan kedalam telur ayam

[5] Akan di bahas menurut periode sejarah tertentu (perspektif historis)

[6] Terjemahan kedalam bahas Inggris menjadi mental/psichological disorder

[7] Kesurupan

[8] Yang membedakan dengan praktek pengusuran roh halus pada masa prasejarah adalah, pada zaman pertengahan digunakan prinsip ritual agama Katolik dan gereja sangat berperan dalam kesehatan jiwa masyarakat.



LAPORAN KULIAH LAPANGAN FOLKLOR

LAPORAN KULIAH LAPANGAN FOLKLOR

di Jorong Balubuih, Nagari Sungai Talang, Guguak Kabupaten Lima Puluh Kota

Dosen Pembimbing :

Drs. Sidarta Puji Raharjo M.Si dan Dra.Dewi Hartanti M.Si

Pendahuluan

Latar Belakang

Folklor adalah salah satu dari sekian banyak ranah kajian yang terdapat didalam ilmu Antropologi, tapi kemudian di Indonesia folklor kemudian menjadi lapangan kajian tersendiri. Perkembangan folklor di Indonesia dimulai ketika pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1908 medirikan Panitia Kesusastraan Rakyat[1]. Tapi pada waktu itu informasi yang dikumpulkan mengenai folklor belum bisa di akses secara umum, dan dari segi metode pengumpulan yang dilakukan oleh badan ini sangat banyak kesalahan. Pada masa sekarang penelitian folklor yang sudah dirintis dari sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda nampaknya tidak begitu banyak mendapat perhatian dari kalangan pemerintah maupun dari masyarakat Indonesia. Terbukti dengan sedikitnya pusat penelitian folklor yang terdapat di Indonesia dan sedikitnya ahli-ahli folklor yang ada di Indonesia, padahal dinegara lain terutama negara Eropa pengumpulan dan penelitian bahan folklor sudah mulai dilakukan sejak abad ke-16 dan sangat disayangkan sekali bahwa Indonesia memiliki ragam folklor yang kaya tidak melakukannya.

Folklor sendiri berasal dari kata bahasa inggris folklore yang terdiri dari dua kata folk dan lore. Salah satu ahli folklor terkenal Allan Dundes mengatakan bahwa folk sama artinya dengan kata kolektif (kolektivity) sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya, salah satu dari benda yang mereka miliki secara bersama atau kolektif adalah tradisi atau kebudayaan yang telah mereka miliki secara turun-temurun. Sedangkan yang dimaksud dengan lore adalah sebagian kebudayaan yang diwarisi secara turun-tumurun secara lisan melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.

Jadi defenisi folklor secara keseluruhan adalah, sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun diantara kolekif apa saja secara tradisional dalam versi yang berbeda baik lisan maupun tulisan maupun disertai gerak syarat atau alat pembantu pengingat. Pengertian ini sudah sangat berkembang sekali sejak zaman sebelum perang dunia II, dimana pada waktu itu folklore diidentifikasikan oleh orang Eropa sebagai sebagai kebudayaan tradisional petani Eropa saja, tidak mengenai kebudayaan masyarakat Eropa diperkotaaan. Tapi bila dibandingkan dengan kebudayaan masyarakat pribumi luar Eropa pada waktu itu kebudayaan masyarakat petani Eropa jauh lebih mulia, ilmu folklor pada waktu itu dikenal dengan istilah volkskenkunde sedangkan ahli Antropologi atau Etnologi disebut dengan Volkenkunde. Pengertian ini sudah berkembang dengan sangat luas pada masa sekarang, folklor bisa dikaji pada seluruh lapisan masyarakat yang memiliki ciri kolektif diantara mereka.

Tujuan dan Metode Penelitian

Penulisan laporan ini merupakan bagian akhir dari proses kuliah lapangan untuk mata kuliah Folklor (ISA 433) yang di lakukan di Jorong Balubuih, Nagari Sungai talang Kab. Guguak Lima Puluh Kota. metode yang digunakan adalah wawancara terstruktur, observasi, dan untuk melengkapi data yang didapat dilapangan diadakan penelitan dari sejumlah literatur (baik buku, jurnal, majalah ilmiah, maupun internet). Penelitian dilapangan dilakukan secara berkelompok dengan setiap orang anggota kelompok bertanggung jawab atas satu jenis kajian folklor. Kelompok kami meyajikan ulasan folklor dari berbagai macam genre terdiri dari folklor lisan yaitu mite, lgenda dan dongeng; folklor sebagian lisan yaitu kepercayaan rakyat, permainan dan kesenian rakyat sedangkan untuk folklor bukan lisan kami membahas mengenai arsitektur tradisional dan makanan rakyat tradisional.

monografi nagari

Secara administratif Nagari Sungai Talang berrada di kecamatan Guguak Lima puluh kota, dikecamatan Guguak sendiri adala delapan nagari yaitu: Simpang sangiran, Sungai Talang, gugak VII koto, Kubang, Mungka, Simpang kapuak, Talang maua, dan nagari Jopang mangganti. Nagari Sungai Talang terdiri dari lima jorong yaitu : Sungai Talang, Kaludan, Guguak Nunang, Balubuih, dan jorong Bukik Apik*. Jarak ke ibu kota Propinsi adalah 140 km dengan waktu tempu selama 4 jam, jarak ke ibu kabupaten adalah 15km waktu tempuh selama 0.5 jam, jarak ke ibu kecamatan adalah 10 km. Nagari Sungai Talang berpopolasi sebanyak 3.826 jiwa dengan pembagian penduduk laki-laki sebanyak 1859 jiwa dan perempuan sebanyak 1967 jiwa dengan sex Ratio sebesar 94,51 dan memiliki keadatan penduduk 213 /km2 sedangkan apabila duketegorikan dalam rumah tangga penduduk nagari Sungai Talang adalah sebanyak 1062 rumah tangga. Penduduk yang lahir pada pendataan terakhir adalah laki-laki sebanyak 46 orang dan perempuan sebanyak 50 orang, sedangkan kelahiran pada pendataan terakhir adalah laki-laki 6 orang perempuan sebanyak 4 orang.

Jumlah total lahan yang terdapat di Sungai Talang adalah seluas 1800 km2 denganpersentase penggunaan sebagai berikut sebagai berikut, perumahan dan pekarangan sebayak 160 ha, areal persawahan seluas 559 ha, areal perkebunan seluas 110 ha, pertanian tanah kering dan ladan, tegalan seluas 350 ha, rawa, sungai, tambak, kolam dan sejenisnya seluas 181 ha, sedangkan untuk jalan raya seluas 14,5 ha, dan penggunaan lainnya seluas 300,5 ha. Kepemilikan lahan dibagi menurut suku tidak seperti di kota besar kepemilikan lahan atau tanah brdasarkan kepemilikan pribadi, tanah kaum atau suku akan dibagi penggunaannya oleh satu orang yang kemiliki kekuasaan. Pola pemukiman masyarakat adalah berkelompok menurut suku dan pembangunan rumah pun memiliki sususan tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan suku.

Relief nagari Sungai Talang tidak merata, sebagian wilayahnya adalah perbukitan dan juga berlembah walaupun tidak terlalu curam tinggi dari permukaan laut adalah 800 meter. Wilayah perbukitan tidak begitu dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan kolam dan tabek ada disetiap suku.

Sebagian besar rumah tangga di nagarini memiliki terak aya walaupun sedikit terbukti dari banyaknya jumlah ayam yang didata adalah sebanyak 105.200 ekor, itik berada di tingkat kedua yaitu sebanyak 1560 ekor, selanjutnya sapi 560 ekor, dan kerbau sebanyak 126 ekor. Usaha tambak ikan dimiliki oleh 305 penduduk, kerajinan 10 orang, usaha indutri rumah tangga 12 orang.


FOLKLOR LISAN

Legenda

Legenda adalah prosa cerita rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap bernar-benar terjadi tapi tidak mempunyai makna yang suci oleh pemiliknya. Legenda ditokohi oleh manusia yang kadang-kadang mempunyai kekuatan yang luar biasa dan kadang-kadang dibantu oleh makhluk ajaib. Tempat terjadinya adalah dunia yang kita tinggali sekarang ini dan terjadi belum begitu lama .

Legenda Syekh Abdul Kadim

Dalam kelompok suku Tanjung yang ada dibagian utara Jorong Balubuih terdapat malam Syekh Abdul Kadim. Menurut informan yang bernama Bapak Yaman dan Ibu Fatimah bahwa Syech Abdul Khadim adalah seseorang utama yang ada di Balubuih. Ibu Fatimah adalah keponakan dari Syech Abdul Khadim. Menurut keterangan informan yang berhasil diwawancarai penulis bahwa Syech Abdul Kadim adalah seseorang Datuak dari suku Tanjung.

Syech Abdul Kadim dalah seseorang ulama suluak yang ada didaerah Balubuih. Syech Abdul Kadim adalah murid Syech Kumango dari batusangkar. Syech Abdul Kadim belajar ilmu suluak pada Syech Kumango ditempat tinggal Syech Kumango. Syech Abdul Kadim menganut suluak nagsabandiah. Kegiatan suluak yang ada didaerah Balubuih pada masa lampau diikuti oleh orang-orang Balubuih, bahkan orang lain yang datang diluar daerah Balubuih.

Orang yang belajar suluak pada Syech Abdul Kadim datang kedaerah Balubuih untuk belajar suluak, selama belajar suluak aktivitas orang belajar suluak hanya beribadah saja ditempat tinggal Syech Abdul Kadim. Menurut informan yang diwawancarai penulis yaitu Ibu Fatimah mengatakan bahwa orang-orang yang datang dari daerahnya masing-masing membawa perlengkapan hidup untuk beberapa bulan belajar suluak ditempat Syech Abdul Kadim. Perlengkapan yang dibawa oleh orang-oarang yang belajar suluak membawa beras dan uang biaya kehidupan.

Orang-orang yang belajar suluak ditempat Syech Abdul Kadim mereka disediakan ruangan kamar tidur dan tempat beribadah oleh Syech Abdul Kadim. Tempat belajar suluak tersebut yaitu di musalla Syech Abdul Kadim. Selama belajar ilmu suluak kegiatan yang dilakukan hanya beribadah dan melupakan kehidupan duniawi.

Tapi hanya masa sekarang ini orang yang belajar suluak hanya datang dari daerah luar Balubuih yaitu daerah Batusangkar, Bukittinggi, sedangkan orang Balubuih sendiri pada masa sekarang tidak lalgi mengikuti suluak secara rutin jadi suluak ini menjaadi tidak begitu populer di Balubuih sendiri. Pada masa sekarang makam Syech Abdul Kadim dianggap keramat oleh masyarakat Balubuih.

Syech Abdul Kadim wafat pada tahun 1958. Beliau adalah murid Rumango. Sebelum guru beliau Tuanku Rumango meninggal Syech Abdul Kadim dimarahi. Dimana menurut keprcayaan jika seoarng guru marah kepada muridnya bertanda sangat sayang pada muridnya itu. Sebelum Tuanku Mango meninggal, Syech Abdul Kadim disuruh menghisap pusar Tuanku Mango, sehingga seluruh ilmu Tuanku Mango turun ke Syech Abdul Kadim.

Semasa Syech Abdul Kadim hidup, ada seseorang penjaring burung lewat disurau yang beliau kelola. Orang ini membawa dua ekor burung, dan singgah disurau itu dengan maksud ingin menguji kepandaian dan ketangguhan ilmu Syech Abdul Kadim. Dua ekor burung yang dibawa tadi disuruh lepaskan oleh Syech Abdul Kadim, satu ekor burung ditandai kakinya dengan seutas benang. Dan beliau berkata, burung yang dikasih tanda ini akan patuh. Kemudian dilepaskanlah kedua burung tadi. Beberapa menit kemudian burung yang diberi tanda benang dikakinya tadi kembali. Sang penjaring pun takjub.

Dihalaman surau ada sebuah batang pinang. Sipenjaring ingin menunjukkan kehebatnnya kepada Syech Abdul Kadir. Maka dicabutlah pohon pinang yang besar itu oleh sipenjaring burung. Pohon pinang itu disandarkan didinding surau. Syech Abdul Kadim menanggapi hal itu biasa saja, kemudian beliau menyuruh pindahkan lagi batang pinang kelubangnya. Sang penjaring burung pun melaksanakannya. Wallahualam batang pianang tadi tak terangakat olehnya, bergeserpun tidak. Sipenjaring burung belum juga puas, dan akhirnya dia meminta bersalaman dengan Syech Abdul kadim. Dari tangan sipenjaring keluar api, tapi dari tangan Syech Abdul Kadim keluar air sehingga apipun padam. Melihat hal itu sang penjaring takjub sang penjaring burung tadi, dia meminta maaf adan menjadi murid syech abdul kadim dan menghilangkan ilmu hitam yang dimilikinya. Kuburan syech abdul kadim dibuat goba.

Legenda Rawang Tingkuluak

Dikisahkan pada zaman dahulu ada seorang anak gadis dan ibunya menempuh perjalanan jauh dari suatu tempat. Sang anak berbuat kurang ajar pada ibunya dengan tidak mengakui ibunya. Setiap ada orang yang bertanya siapakah wanita yang menemaninya didalam perjalanan ini dia selalu menjawab bahwa wanita itu adalah bukan siapa-siapa Cuma seorang teman seperjalannya.

“sia kau amak ko piak?”

“kawan samo bajalan den ko mah.”

Sampai pada suatu pemberhentian mereka berhenti untuk minum disuatu telaga rawa[2], pada tempat itu si gadis jatuh terpeleset kedalam rawa, dan meminta pertolongan kepada ibunya. Tapi sang ibu yang sakit hati karena anak gadisnya tidak mengakuinya sebagai ibu, tidak menolong dan malah menyumpahinya.

“mak!! tolong den mak… tolong mak”

aden kan indak amak kau doh”

“tolong mak”

“manga pulo den tolongkau, aden kan kawan samobajalan kau nyo mah”

Sementara itu si gadis semakin tenggelam juga kedalam rawa, dengan terus minta pertolongan dia menggapai-gapai. Tapi si ibu tidak mau menolongnya. Sampai akhirnya si gadis sudah benar-benar tenggelam, sampai hanya tingkuluak[3] nya saja yang terlihat di permukaan rawa. Jadi legenda ini sampai sekarang dikenal sebagai legenda Rawang Tingkuluak.

Legenda ini mengisahkan tentang bagaimana hukuman Tuhan terjadi pada orang-orang yang mungkar dan tidak patuh kepadaNya, disini dikisahkan bagaimana seorang gadis durhaka kepada ibunya sehingga dia mendapat hukuman yang berat dari Tuhan, MalinKundang adalah legenda sejenis dengan Rawang Tingkuluak yang sangat terkenal sampai keluar Sumatra Barat terjadi di Padang . Banyak kesamaan yang trdapat diantara kedua legenda ini yaitu sama-sama bercerita tentang seseorang yang durhaka kepada Orang tua (khususnya Ibu). Dapat diketahui sampai saat sekarang legenda ini tetap populer dikalangan penduduk Balubuih, walaupun legenda ini sendiri tidak terjadi di Balubuih tetapi di jorong lain. Pengaruh legenda ini dapat terlihat bahwa setiap masyarakat Balubuih masih mengingat dan mengetahui dengan jelas bagaimana jalan cerita dari legenda ini.

Informan yang kami wawancarai adalah seorang wanita yang sudah berkeluarga dan meiliki dua orang anak, menurutnya dia akan tetap melanjutkan cerita tetang Rawang Tingkuluak ini kepada anak cucunya. Karena legenda ini sendiri sudah ada pada masyarakat Balubuih sejak lebih dari lima generasi yang lalu. Jika dilihat dari alur cerita dan makna yang terkadung dalam legenda ini terdapat banyak sekali pesan moral yang terkandung, sehingga bisa berfungsi sebagai sarana pendidikan dari orang tua kepada anak-anak mereka.

Legenda Anak Rote

Anak rote digambarkan sebagai makhluk gaib yang berbentuk mirip seperti tuyul yang ada pada masyarakat Jawa. Ciri fisik dari makhluk ini adalah berbadan kerdil setinggi anak usia lima tahun, tidak memakai pakaian, dan ciri-ciri yang paling khas dari makhluk ini adalah mereka memiliki bentuk kaki yang tidak lazim yaitu bagian tumit yang menghadap kedepan.

Informan kami bercerita kalau dirinya sendiri pernah mengalami bertemu dengan anak rote sewaktu masih kecil disekitar sungai, diceritakan bahwa anak rote berbaur berinteraksi dengan anak–anak manusia. Menurut informan anak rote sifatnya adalah makhluk gaib yang tidak menggangu.

Legenda Orang Sibunian

Dari ciri-ciri yang dideskripsikan oleh informan, orang sibunian adalah berwujud sama seperti manusia normal malah penampilan orang sibunian digambarkan sebagai sosok yang cantik dan rupawan. Tapi yang membedakan mereka (orang sibunian) dengan manusia biasa adalah mereka tidak memiliki batas hidung, yaitu cekungan yang terdapat ditengah atas bibir atas[4].

Masyarakat mengenal ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggar agar tidak mendapat ganguan dari orang sibunian ini, seperti berjalan sendirian pada malam hari ditempat-tempat tertentu, memakan buah-buahan tertentu yang ada dihutan, dan juga jika melihat mereka secara langung tidak boleh menunjuk atau berbicara tentang mereka.

Banyak kejadian yang diceritakan informan tentang penculikan yang dilakukan oleh orang sibunian. Kadang orang-orang yang diculik baru bisa kembali setelah berbulan-bulan dan jarang sekali yang kembali dengan keadaan selamat, sebagian besar orang yang menjadi korban pulang dalam keadaan sakit baik sakit jasmani maupun sakit secara mental atau gila. Ada juga yang ditemukan ditengah hutan belantara atau diatas pohon yang besar dan tingi, kasus terakhir tentang penculikan oleh orang sibunian terjadi beberapa bulan yang lalu. Seorang orang tua yang sudah lumpuh diculik dan ditemukan beberapa hari kemudian diatas sebuah pohon didalam hutan. Hal yang paling parah yang dapat menimpa sang korban adalah sang korban tidak bisa kembali kealam nyata dan tinggal selama-lamanya didunia orang sibunian. Hal yng membuat seseorang tidak bisa kembali lagi adalah apabila mereka telah diberi makan oleh orang sibunian atau telah dikawinkan dengan orang sibunian. Informan menceritakan untuk dapat kembali kealam nyata orang yang diculik harus membalikkan baju yang dipakainya.

mite

Mite adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh masyarakat yang mempunyai ceritatokoh mite adalah dewa atau manusia setengah dewa. Terjadi didunia lain yang tidak dikenal manusia sekarang, dan terjadi di masa lalu.

Mite Batu Manda dan Batu Rajo

Batu manda


Mite tentang batu manda dan batu rajo kedua batu ini adalah batu yang berukuran sangat besar yang terletak didaerah 2 bukit yang berbeda tapi dulunya batu ini letaknya berdekatan menurut penduduk Balubuih. Diceritakan bahwa kedua batu raksasa ini bertarung dan saling mengadu kekuatan dan akhirnya batu manda yang memiliki tanduk dari emas kalah dari batu rajo yang hanya memiliki tanduk seperti tanduk kerbau biasa. Akibat kalahnya batu manda yang tanduknya yang terbuat dari emas bertaburan pecah disekitar jorong Balubuih hal ini membuat masyarakat sekitar berasumsi kalu di balubuih terdapat sumber tambang emas yang belum digali.

Mite Batu keramat Bergambar Tanduk Kerbau dan Trisula di Bukik Parasi

Di bukit parasi terdapat batu barajo. Pada batu barajo ini terdapat sejenis lukisan atau ukiran yang ada pada batu tersebut yaitu ukiran berupa gambar lambang trisula dan tanduk kerbau oleh masyarakat batu besar ini dianggap keramat dan tidak boleh diganggu. Tapi jika dikaji lebih mendalam dari sudut pandang Arkeologis batu besar ini sebenarnya adala batu yang digunakan sebagai persembahan kepada roh nenek moyang, untuk mengetahui bahasan mendalam mengenai kajian arkeologis ini dapat dibaca pada bagian kajian Arkeologis.

DONGENG

Dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat yang mempunyai ceritadan dongeng tidak terikat oleh tempat dan waktu.

Dongeng Kerajaan Kuno di Balubuih

Dongeng ini bercerita bahwa dulunya di Balubuih terdapat sebuah kerajaan yang memiliki banyak kesamaan dengan kerajaan pagaruyuang yang ada di Batusangka, tetapi tidak diketahui nama kerajaan ini apa.

Asumsi yang mendasari masyarakat pada dongeng ini adalah karena ditemukannya sebuah kuburan batu yang berisi mayat perempuan yang dianggap putri yang dari kerajaan ini karena pada mayat tersebut masih terdapat rambut, perhiasan, mahkota, dan barang-barang berharga lainnya. Dari keyakinan inilah masyarakat membuat kesimpulan bahwa dulunya di Balubuih ada sebuah kerajaan. Tapi jika dilihat dari sudut pandang Arkeologis masalah ini akan mendapat mendapat penjelasan lain. Yaitu mungkin saja yang ditemukan itu adalah seorang putri dari sebuah kerajaan di masa neolitikum dizaman prasejarah dan tidak ada hubungannya dengan kerajaan Pagaruyuang karena ini terjadi jauh sebelum kerajaan Pagaruyuang ada dan bahkan jauh sebelum adanya masyarakat Minangkabau sendiri (zaman prasejarah) jika ini terjadi pada masa setelah para sejarah[5] maka akan ditemukanlah peninggalan-peninggalan lainnya seperti bangunan kerajaan dan lain-lain tapi tidak, tidak ditemukan apa-apa selain jenazah yang memiliki perhiasan.

FOLKLOR SEBAGIAN LISAN

Permainan dan Kesenian rakyat

Randai

Randai balubuih sangat terkenal dahulunya, bahkn pada saat penjajahan Belanda randai dari balubuih selalu dilibatkan dalam setiap acara pemerintah kolonial dan juga pernah memenangkan berbagai lomba randai. Namun sekarang kerena kurangnya minat generasi muda untuk bermain, randai balubuih yang dulunya sangat tersohor kini mulai redup.

Salah satu cerita randai yang asli dimiliki oleh masyarakat balubuih adalah cerita Saidar janela. Randai ini mengisahkan seseorang pemuda Payakumbuh yang pergi merantau ke Bangkinang. Pemuda ini jatuh hati kepada gadis bangkinang yang bernama Saedar. Dan akhirnya keduanya direstui dan dan menikah. Setelah menikah pemuda Payakumbuh ini berniat untuk pulang ke Payakumbuh bersama istri untuk menengok ibunya dikampung. Tapi malang ditengah perjalanan mereka dicegat oleh penyamun. Pemuda tadi dihajar habis-habisan dan dibuang ke jurang. Tinggallah Saedar seorang diri didalam rimba, dan maratok ...

”kopasa menduruik malam

balara tantang lawik pulo

untuang ambo wallahuallam

antah kasansai dalam rimbo”.

Randai dimainkan oleh pemuda-pemuda. Tidak boleh perempuan. Peran wanita diperan oleh laki-laki. Laki-laki ini berdandan layaknya seorang perempuan. Anggota yang lainnya memakai kondik.

Selain Saedar Jenela, cerita randai di Balubuih ada juga cindua mato dan penambang dunia. Dalam cerita randai cindua mato, tokoh-tokohnya antara lain :

- Bundo kanduang

- Cinduo mato

- Ranik jintan

- Nan Tuanku

- Puti bungsu

Si Jobang

Adalah sebuah kesenian rakyat, biasanya diadakan waktu dan ada perhelatan. Dimainkan oleh satu orang laki-laki, alat yang digunakan adalah kotak prapi yang dipukul-pukulkan kelantai dengan irama yang unik dan menarik. Kemudian diiringi dengan nyanyaian atau dendangan oleh pemain anak prapi ini. Sijobang diadakan dimalam hari, dalam dendangnya disampaikanlah sebuah cerita. Cerita yang biasanya dibawakan dalam sijobang adalah Anggun nan tungga, magek tungga. Biasanya sijobang tidak selesai dalam 1 malam, maka disambung lagi malam berekut. Permainan Sijobang ini sebenarnya berasal dari Pariaman tapi menjadi populer di masyarakat Sungai Talang khususnya jorong Balubuih.

Badikia

Badikia dimainkan oleh dua orang. Badikia mirip dengan selawat dulang. Badikia diamainkan diwaktu khatam al-quran, alat yang digunakan adalah rebana. Bedikia diawali dengan zikir, sertas salawat nabi. Cerita-cerita yang dibawakan adalah dari al quran. Bedanya dengan selawat dulang adalah : kalau badikia ini nyanyiannya adalah nyanyian islami yang diambil dari al-quran, pengajian-pengajian dakwah islam sedangkan selain selawat dulang nyanyiannya juga islami tapi ada dinyanyikan nyanyian bebas, nyanyiannya bisa di minta oleh penonton. Sebenarnya kesenian dan permainan badikia, bisa juga di masukkan kedalam genre folklor kepercayaan rakyat, tapi fungsi badukia disini lebih kami lihat pada sudut pandang kesenian yang bernuansakan Islam. Dalam badikia pemain memainkan dengdang yang diiringi oleh alat musik, isi dendang adalah seputar cerita kepahlawanan Nabi Muhamad SAW, dan kisah-kisah lainnya yang bernafaskan Islam.

Talempong

Permainan telempong


Biasanya dimainkan beberapa orang laki-laki diwaktu upacara-upacara adat. Misalanya dalam upacara perkawinan saat maanta marapulai/ pengiring pengiring pengantin, dalam upacara batagak gala dan lain-lain. Talempong biasanya dikombinasikan dengan berbagai macam jenis gendang dan juga alat musik tiup seperti pupuik, semakin banyak jenis alat musik yang dimainkan bersama talempong maka akan semakin menarik lah nada dan akan diciptakan harmoni yang bagus. Pada acara besar seperti batagak pangulu para pemain talempong bersama tukang dendangnya mempersiapkan diri untuk penampilan lengkap dengan kostum atau pakaian tradisional. Tema dengdang yang dibawakan oleh penyanyi disesuaikan dengan jenis acara dimana talempong itu dimainkan, ada kepercayaan pada kelompok pemain taleompong Balubuih kalau sebelum pementasan permainan talempong pada acara besar, persiapan mereka tidak hanya dari segi fisik dan performa saja tapi mereka juga dituntut untuk menyiapkan mental dengan berbagai ritual khusus karena pada saat pementasan talempong seseorang yang berbuat jahat bisa Mangarajoan atau mengguna-gunai permainan talempong dari jauh, sehingga bunyi yang dihasilkan menjadi kacau. Maksud jahat seseorang yang mensabotase talempong ini adalah dikarenakan ketidaksukaan mereka pada orang atau tuan rumah yang mempunyai hajatan, karena kesuksesan suatu acara sering diukur dari kualitas hiburan yang diberikan oleh tuan rumah. Jadi pemain taempong perlu menyiapkan ritual-ritual dan doa-doa khusus sebelum mereka tampil.

Silek Balubuih

Asalnya diajarkan oleh Syech Abdul Kadim. Sekarang masih diteruskan oleh penerus beliau. Namun peminatnya sudah mulai berkurang. Hal yang menarik dalam silek Balubuih ini adalah langkah ampek sebagai pelajaran awal silek jika dilakukan oleh seseorang maka jejak telapak kakinya bertuliskan kalimat laillahaillallah. Belajar silek syaratnya adalah menyediakan kain putih, kapas, sikek dan pisau.

Dapat disimpulkan bahwa silek ini bukan hanya sekedar wahana untuk menyalurkan seni dan beladiri tapi juga sudah berbaur dengan nilai-nilai agama Islam dan juga kerena yang mempopulerkan silek ini adalah seorang ulama terkenal

Main Suruak-suruak

Ini adalah jenis permainan yang dimainkan oleh anak-anak terdiri dari laki-laki dan perempuan sebanyak 10 orang cukup sederhana untuk dimainkan oleh anak usia sekolah. Satu orang sebagai penjaga (maambek) dan 9 orang bersembunyi. Alat yang digunakan adalah sayak timpuruang (tempurung kelapa). Pada saat sekarang permainan ini masih setia dimainkan oleh anak-anak Balubuih tapi tentu saja intensitasnya sudah agak berkurang kalau dulu berbagai jenis permainan tradisional begitu terkenal karena tidak ada TV kini bahkan anak-anak yang tinggal didesa sperti Balubuih pun sebagian waktunya dihabiskan didepan TV.

Kepercyaan rakyat

Kepercayaan rakyat sering disebut secara awam dengan tahayul, ini dianggap oleh orang barat atau orang berpendidikan tinggi adalah sesuatu yang tidaka logis dan tidak masik akal[6]. Sebenarnya konsep kepercayaan rakyat didalam kajian folklor lebih dari sekedar kepercayan terhadap hal-hal bodoh seperti yang orang-orang pikir. Karena tahayul bukan saja mencakup kepercayaan (belief), tetapi juga kelakuan (behavior), pegalaman –pengalaman, alat, dan biasanya juga ungkapan atau sajak.

Beberapa tahayul atau kepercayaan rakyat yang kami jumpai disini adlaah sepitar keidupan sehari-hari yang menyangky dengan pekerjaan diladang dan tahyul bisa dijumpai diberbagai begian kehidupan masyarakat Balubuih .

Kepercayaan yang menyangkut panen padi. Sehari sebelum panen, sipemilik sawah pergi kesawah untuk mengambil 5 tangkai padi kemudian dibawa pulang. Dalam perjalanan pulang ia tidak boleh menegur orang. Hal ini bermakna ia menghargai apa yang Tuhan berikan kepadanya dan juga berarti sebagai bentuk syukur kepada Tuhan akan hasil panennya, dengan harapan hasil panen pada musim tahun depan akan lebih baik. Dalam hal kesenian pun terdapat tahayul seperti pemain talempong harus melakukan beberapa ritual dan doa sebelum memulai memainkan talempong agar tidak diganggu oleh kekuatan jahat.

Kepercayaan yang menyangkut dengan hal-hal gaib adalah diantaranya tidak boleh berteriak-teriak didalam hutan atau ketika melintas didekat batu besar karena tempat-tempat seperti itu dianggap sebagai tempat tinggal makhluk halus dan juga harus meminta izin setiap melewati tempat-tempat yang dianggap keramat. Pada bayi yang baru lahir tidak boleh dibawa keluar rumah sebelum umur-umur tertentu karena bisa dihisap darahnya oleh palasik[7] jika setelah cukup umurpun bayi harus tetap mengenakan sejenis jimat[8] untuk menangkal palasik seperti bawang pitih bersiung tunggal[9] dan beberapa benda lainnya yang dianggapa akan membuat palasik menjadi takut.

FOLKLOR BUKAN LISAN

Arsitektur

Pola perkampungan masyarakat Balubuih

Sebgian besar masyarakt Balubuih terdiri dari suku Chaniago yang menguasai sebagian besar dari tanah yang ada di jorong Balubuih termasuk perbukitan yang berdekatan dengan batas jorong dengan jorong lain. Menhir dan sebagian besar benda-benda peninggalan prasejarah ada di tanah ulayat suku Chaniago. Pola pemukiman penduduk yang ada di Balubuih adalah berkelompok sesuai dengan suku mereka. Pemukiman suku Chaniago dikenal dengan Chaniago duo lampih, yaitu pola pemukiman berupa sederet rumah gadang secara memanjang.


salah satu rumah gadang yang ada di Balubuih


Fokus arsitektur yang diteliti disini adalah pada rumah gadang[10] beserta seluruh elemen dan kelengkapannya. Pada dasarnya bentuk rumah gadang pada setiap luhak dan daerah rantau di Minangkabau adalah berbeda-beda, setiap nagari disatu luhak punmemiliki karakteristik rumah(gadang) yang berbeda-beda. Misalnya jika kita buat perbandingan dengan daerah Padang yang merupakan daerah rantau[11] rumah-rumah gadang memiliki desain yang lebih sederhana(minimalis) dengan hanya dua gonjong[12] yang tidak terlalu lancip (runcing), ukirannya tidak ada kalaupun ada jumlahnya sedikit dan terdiri dari motif-motif sederhana yang tidak terlalu rumit. Ciri lain dari rumah gadang yang terdapat dipadang adalah kolong yang terdapat dibawah rumah tidak terlalu tinggi dan ini jelas tidak mungkin dapat berfungsi untuk memelihara ternak seperti yang dilakukan oleh masyarakat Balubuih. Perbedaan lain terdapat pada pintu masuk, rumah gadang di Padang pintu masuknya terletak ditengah sama dengan rumah gadang yang terdapat di daerah Batusangka, pintu masuk rumah gadang di Balubuih terdapat disamping rumah dan meliliki semacam korior yang menghubungkan antara beranda atau teras dngan pintu masuk.

Banyaknya gonjong yang ada pada setiap rumah menunjukkan status dari orang yang meiliki rumah tersebut. Rumah urang asa[13] memiliki empat atau lebih gonjong diatapnya, sedangkan rumah urang pandatang[14] tidak memiliki gonjong kerena status nya tidak akan diakui, adat setempat tidak akan membolehkan rumah orang pandatang untuk bergongjong[15]. Banyak gonjong juga mencerminkan status seseorang didalam masyarakat dan kemampuan ekonominya. Rumah gadang yang ada di Balubuih tidak memiliki kamar atau paling banyak hanya memiliki dua kamar yang

terletak di anjungan pada sisi rumah. Berbeda dengan rumah gadang yang terdapat di Batusanga yang bisa memiliki tujuh sampai sembilan kamar. Kamar ini diperuntukkan bagi anak perempuan karena anak laki-laki diwajibkan untuk tidur di surau, dapat disimpulkan adat Matrilinial masyarakat Balubuih masih sangat kuat. Terbukti dengan pewarisan rumah gadang akan diwariskan kepada

anak perempuan, dan terlihat juga dari pola menetap yang dilakukan oleh pasangan yang baru menikah yang tinggal dirumah orang tua dari istri atau dikenal dengan pola menetap uxorilokal.

Sedangkan dapur terletak dibagian belakang rumah, karena kebutuhan ruang yang semakin bertambah pada masa sekarang masyarakat Balubuih yang masih tinggal dirumah gadang banyak yang membuat ruangan tambahan dibelakang rumah gadang mereka, ruangan ini difungfsikan sebagai dapur dan WC. Tapi sebagian besar masyarakat masih menggunakan luak atau tempat pemandian umum yang dimiliki oleh masing-masing suku kerena aslinya rumah gadang tidak memiliki kamar mandi, WC atau kakus didalamnya. Kegiatan buang air dilakukan di tabek yang terdapat berdekatan dengan luak.

Rangkiang


Rangkiang adalah salah satu elemen penting yang harus dimiliki oleh setiap rumah gadang. Walau begitu sebagian besar rangkiang yang ada di Balubuih sudah tidak dipakai lagi sebagaimana fungsinya yaitu sebagai tempat menyimpan padi. Karena mata pencarian bertani tidak lagi menjadi mata pencarian yang utama, sehingga prouksi pada yang akan disimpan pada rangkiang juga sedikit, hal ini menyebabkan sekarang masyarakat cenderung menyimpan beras di dalam goni dan ditaruh didalam rumah. Seperti yang diceritakan oleh informan pada zaman dahulu padi yang dihasilkan oleh sebuah keluarga sangat banyak sehingga rangkiang sangat berfungsi sekali ketika itu.

Arsitektur rangkiang adalah seperti ruangan kecil yang diberi dua buah gonjong pada atapnya (rangkiang tertentu tidak memiliki gonjong) dan kadang-kadang diberi hiasan tanduk kerbau, apabila penghuni rumah gadang merayakan sesuatu dan menyembelih kerbau, rangkiang dibangun persis didepan rumah gadang. Apa bila ada lebih dari satu rangkiang pada suatu rumah maka rangkiang lainnya harus dibangun berdekatan dengan rangkiang induk. Padi dimasukkan melalui lubang yang terdapat dibagian atas. Pembangunan rangkiang disesuaikan dengan kebutuhan keluarga pemiliknya, ada rangkaing yang digunakan hanya untuk kebutuhan sehari-hari, untuk persediaan, untuk padi yang akan dijadikan bibit atau juga ada rangkiang yang digunakan untuk menampung padi yang akan digunakan untuk acara-acara tertentu. Arsitektur lainnya adalah surau dan masjid surau-surau atau masjid baru yang dubuat sudah berbagaya modern dan tidak terlalu mempertimbangkan arsitektur tradisional tapi masih ada bagian-bagian yang mempunyai unsur-unsur tradisional, seperti pada gerbang (dengan ukiran tradisional)dan kiga tempat meletakkan tabuik atau bedug yang terdapat dihalaman surau. Ada juga surau yang lama yang memiliki arsitektur tradisional seperti atap tumpeng yang berbentik limas.

Studi Arkeologis di Jorong Balubuih

Salah sati peninggalan megalitikum yang terdapat di Balubuih


Secara umum temuan peninggalan prasejarah tersebar diseluruh penjuru jorong Balubuih, tapi sebagian besar terdapat pada tahah suku Chaniago sehingga suku inilah yang kemudian mengelola peninggalan prasejarah ini setelah adanya kesadaran akan pentingnya artefak yang tersebar didaerah mereka. Menurut pengakuan warga batu-batu besar oeninggalan prasejarah yang ada di Balubuih sudah ada sejak nenek moyang mereka manaruko membuka lahan baru, sejak saat itu batu-batu itu menjadi bagian dari tradisi adat mereka dalam upacara pengangkatan pangulu, yaitu tempat mengikakatkan hewan kurban sebagai syarat pengangkatan pangulu. Selain tempat meletakkan hewan yang akan dikurbankan pada acara pengangkatan pagulu batu peninggalan prasejarah tidak berarti apa-apa bagi mereka bahkan ada beberapa batu yang dijual kepada orang asing pada zaman penjajahan Belanda, ada yang dipergunakan sebagi bahan bangunan untuk membuat rumah. Tapi setelah ekskavasi[16] dilakukan barulah masyarakat sadar bahwa batu-batu yang terdapat ditanah mereka adalah satu cagar budaya yang bernilai tinggi dan harus mereka lindungi.

Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional melakukan ekskavasi pada situs Balubuih pada tahun 1986 selama 15 hari. Sebenarnya ekskavesi yang dilakukan pada situs itu belum benar benar tuntas seharusnya ada penelitian kedua yang dilakukan guna memfollow up penelitian yang pertama dan akan didapat hasil yang valid. Kami mengidentifikasi dari penelitian selama dilapangan dan dikombinasikan dengan studi literatur bahwa peninggalan-peninggalan prasejarah yang terdapat di Balubuih adalah berasal dari kebudayaan Megalitikum[17] pada zaman Neolitikum (zaman batu muda). Kata megalitikum berasal dari kata Mega = besar; Lithos = batu, berarti kebudayaan batu besar, bentuk-bentuk peninggalan dari kebudayaan ini adalah berupa batu-batu besar seperti ; punden berundak, sarkofagus, dolmen, batu nisan besar dan lain-lain. Sebagian besar peninggalan di Balubuih adalah berupa batu nisan atau kubur batu yang mempunyai ujung runcing dan dari yang berukuran besar sampai yang terkecil selalu menghadap kepada satu arah yaitu kearah gunung Sago, diperkirakan karena kepercayaan animisme mereka mengatakan bahwa roh orang yang yang sudah meninggal akan bersemayam di gunung Sago jadi untuk mengenang orang yang sudah meninggal dunia maka nisannya dibuat menghadap kearah gunung Sago, ada juga asumsi lain yang mengatakan bahwa kata Sago berasal dari kata Sarugo yaitu sorga atau surga. Batu nisan ini memiliki ukiran yang minim sekali pada penampilan fisiknya (hanya memiliki sedikit hiasan), pada ekskavasi yang dilakukan pada dua nisan ini ditemukan jenazah yanmg masih lengkap dengan berbagai artefak yang menyertainya ketika dikubur yaitu berupa perhiasan, manik-manik, tembikar, cawan dari tanah liat, senjata dan berbagai artefak lainnya. Keseluruhan artefak yang ditemukan disekitar jenazah dalam ilmu arkeologi dikenal sebagai bekal kubur bagi si mayat dalam menghadapi dunia akhirat. Menurut informasi yang didapat dari penduduk setempat pada saat situs digali konsisi mayat mash memiliki rambut, ini berarti kondisi tanah tempat kuburan batu itu bagus untuk dalam mengawetkan mayat, Tapi bagi mayarakat setempat hal ini dikarenakan mayat tersebut adalah orang sakti dan keramat.

Peninggalan budaya megalitikum lainnya terlihat pada batu besar yang mempunyai dua buah simbol, penduduk setempat mengidentifikasikannya sebagai simbol trisula dan simbol tanduk kerbau. Diperkirakan batu ini adalah tempat mereka melakukan pemujaan kepada roh atau tempat meletakkan persembahan baik berupa tanaman atau hewan yang dikorbankan. Menurut analisa kami simbol yang diidentifikasikan penduduk sebagai simbol trisula bukanlah simbol trisula, karena trisula adalah sebuah pencitraan senjata yang berbentuk tombak yang bercabang tiga yang memiliki mata pisau pada setiap ujungnya sedangkan simbol yang ditemukan di batu tersebut memang berbentuk dasar sebagai trishula tapi memiliki bentuk yang lebih kompleks. Trisula atau trishula (sangsekerta त्रिशूल) dalam kepercayaan Hindu adalah ‘trident’ senjata dari salah satu dari tiga dewa tertinggi agama Hindu yaitu Shiva atau Syiwa. Tiga ujung tombak ini adalah representaif dari tiga shakti atau kekuatan yaitu : pemikiran, indakan, dan harapan. Tapi ketiga ujung tombak trisula juga memiliki berbagai makna lain diantaranya adalah proses kehidupan yaitu terdiri dari penciptaan,

Gambar trisula pada jejak kaki sang Budha


pemeliharaan, dan penghancuran atau bisa juga bermakna masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Sedangkan pada agama Budha trisula berarti triratna yaitu tiga harta kemuliaan yang bersumber dari sang Budha simbol trisula dalam agama Budha paling sering muncul pada bendera keagamaan, stupa, dan yang sangat sering muncul adalah pada jejak kaki sang Budha. Simbol yang terlihat pada batu tersebut lebih mirip kepada simbol lambang orang-orang Mesianic yaitu kelompok relijius yang mengadopsi nilai-nilai kristen.

Simbol Mesianic


Sedangkan simbol yang di interpretasikan oleh penduduk sebagai tanduk kerbau memang memiliki bentuk dasar sebagai tanduk kerbau yang dikenal sebagai lambang kebudayaan minang, tapi batu ini sudah ada sejak zaman Neolitikum, jauh sebelum kebudayaan minang berkembang. Bentuk tanduk kerbau yang terdapat pada batu itu memiliki bentuk imbol ang lebih rumit dan kompleks dari tanduk kerbau, karena memiliki cabang-cabang sebanyak tiga tingkat diatas tanduk dan memiliki dua lingkaran kecil diantara cabang-cabang tersebut, pada dasar simbol tanduk kerbau tersebut terdapat lingkaran yang digaris secara vertika dan horizontaal, dan semua elemen dari simbol tanduk kerbau ini berbentuk simetris sempurna. Dalam ilmu Antropologi sendiri sebenarnya ada yang dikenal dengan Antropologi simbol (simbolic Anthropology), yaitu sebuah pendekatan Antropologi budaya untuk melihat kebudayaan sebagai suatu sistem simbolik yang merupakan interpretasi utama manusia pada dunia. Ahli-ahli Antropologi simbol diataranya adalah Cliffort Geertz, David Schneider, Victor Turner, dan Mary Douglas.

Penutup

Secara umum penelitian folklor di indoensia belum begitu berkembang dan digarap dengan serius oleh pemerintah dan institusi terkait. Dari hasil kuliah lapangan folklor yang kami lakukan di daerah yang sangat kecil ruang lingkupnya sekalipun (Jorong Balubuih) begitu banyak keanekaragaman obejek folklor yang menarik untuk dikaji lebih mendalam. Sepintas minat mahasiswa Antropologi terhadap kajian folklor tidak begitu besar mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya ketersediaan literatur folklor, tetapi pada pengamatan kami setiap kelompok peneliti bersungguh-sungguh dalam mengerjakan penelitian mereka. Minat ini harus dikembangkan agar pada saat menulis skripsi tema-tama yang biasa diambil bisa beralih pada kajian mengenai folklor.

lampiran

Daftar Informan

Nama : Yaman

Umur : 64 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Jorong Balubuih

Suku : -

Nama : Afrizal

Umur : 51 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jorong Balubuih

Suku : -

Nama : Fatimah

Umur : 61 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jorong Balubuih

Suku : Tanjung

Nama : Ismet

Umur : 33 tahun

Jenis kelamin: laki-laki

Alamat : Jorong Balubuih

Nama : Cayani

Umur : 77 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Nama : Asma

Umur : 72 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Nama : Naran Dt. Rajoi

Umur : 35 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Nama : Rainar

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Daftar Pustaka

A. Manners, Robert; Kaplan, David, Teori Budaya, Jakarta, Pustaka Pelajar, 2002

BPS Kab. Lima puluh kota, Penduduk Lima Puluh Kota Menurut Nagari, 2001

BPS Kab. Lima Puluh Kota, Kecamatan Guguk Dalam Angka, 1994

BPS Kab. Lima Puluh Kota, Lima Puluh Kota Dalam Angka, 2001

Bungin, Burhan ( ed. ), Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta, Rajawali Pers, 2006.

Danandjaja, James, Folklor Indonesia, Ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain, Jakarta, Grafiti, 2002

Dharmojo, Sistem Simol Dalam Manuba Waropen Papua, Jakarta, pusat bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, 2005

ITB Press, Bandung, Arsitektur Minangkabau Laporan kuliah lapangan Departemen arsitektur Institut Teknologi Bandung, 1979

http://www.whats-your-sign.com/Celtic-animals.html

American Buffalo

http://www.indians.org/articles/indian-symbols.html

Indian Symbols

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0401/23/muda/814571.htm

Koleksi Manik Untuk Mengurai Masa Lampau

http://www.tempointeraktif.com/hg/iptek/2007/05/11/brk,20070511-99845,id.html

Melacak Moyang di Seberang Sungai

http://www.modulbeljar.com/

Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Arkeologi

http://www.wikipedia.org/

Symbolic anthropology

http://www.wikipedia.org/

Three Jewels

http://altreligion.about.com/library/texts/bl_2ancientpagan25.htm

The Trisula Symbol, William Simpson

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0204/14/0109.htm




[1] Commissie voor de Volkslectuur

* Sebagian penduduk tidak mengkategorikan Bukik Apik sebagai jorong , tapi pecahan dari jorong lain

[2] Rawa dalam bahasa daerah setempat adalah rawang

[3] Semacam penutup kepala tradisional yang biasanya dipakai oleh wanita, berupa kain selendang yang dililitkan di kepala

[4] Dalam dunia kedokteran bagian tubuh ini dinamakan dengan philtrum

[5] Akhir masa prasejarah ditandai dengan sudah mulainya sebuah masyarakat mengenal tulisan

[6] Walaupun begitu dinegara-negara Eropa sendiri yang idientik dengan negara maju, berbagai kepercayaan rakyat masih tetap ada

[7] Semacam makhluk gaib yang bisa menghisap darah bayi dan jga ibu-ibu yang baru melahirkan

[8] Disebut dengan panangka (penangkal)

[9] Dasun tungga

[10] Masyaakt Balubuih menyebutnya dengan rumah godang

[11] Sebagian informan berpendapat perbedaan ini karena adat minang di Padang tidak terlalu kuat dan bahkan salah seorang informan kami menganggap daerah rantau bukanlah bagian dari minang

[12] Bentuk atap yng mnyerupai tanduk kerbau

[13] Penduduk asli, yng nenek moyangnya manaruko atau membuka lahan pertama kali di daerah itu

[14] Penduduk pendatang

[15] Pada kasus yang sangat jarang terjadi orang pendatang telah dapat diterima dan diizinkan untuk membuat rumah bergonjong, tetapi tidak lebih dari dua gonjong

[16] Penggalaian dan penelitian arkeologis

[17] Ciri khas dari peninggalan kebudayaan megalitikum adalahberbentuk batu besar



My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats