Selasa, 01 Desember 2009

Vacancy: Social Mobilizer for Emergency Water and Sanitation projects in West Sumatra, Indonesia

Terms of Reference (ToRs)

Positions: Social Mobilizer for Emergency Water and Sanitation projects

in West Sumatra, Indonesia



1. Qualification: higher degree on university for Anthropology, sociology or every major that is related to social science

2. Nationality: has to be Indonesia

3. Duration: Minimum 3 months, with possibility up to 12 months

4. Office: Agam in West Sumatra

5. The Social Mobilizer (SM) covers the community and governmental involvement in the planning process and the implementation of the Water and Sanitation projects for schools and public in rural area in Districts Agam and Padang Pariaman, Sumatra, Indonesia and is reporting to the local senior civil engineer/ local project manager

6. Tasks and competencies:

Operational tasks

  • Setting up work plan trough the PRA approach for involvement of the affected community/schools in the project activities
  • Setting up community meetings
  • Organizing the community in committees for implementation of the construction work and involvement in the hygiene awareness activities of arche noVa
  • Support to the PM
  • Coordination all activities with the technical supervisors and hygiene awareness trainer
  • Further responsibilities within the professional profile of the field supervisor upon order from the PM, Head of Mission (HoM) or the Head Quarters in Germany
  • In teamwork with the supervisors and the senior civil engineer setting up training workshop for the community on construction on temporary water and sanitation
  • Coordination activities with other stakeholders ( NGOs, governmental institution )

Reporting

  • Weekly reporting about all activities and construction progress to the HoM
  • Monthly reporting to the government
  • Support to the HQ or the PM Administration with reporting to donors

Kontakt: Mr. Bernd Koerber , Mr. Prabu Nusantara

Please send your CV to Mr. Bernd Körber : arche.application@gmail.com

Visit our website on www.arche-nova.org

Not later than 15th December 2009

Senin, 20 Juli 2009

Trip to Pariaman

Senin, 20 Juli 2009


Trip to Pariaman


What?? Are u expecting me to write this article with English?? Taruih lah lu, maleh bainggrih ria mah... *emang lw nya aja kaleee yang ga pede dengan kemampuan skill Engslish writing lw*


Secara para upiak dan bujang panyorak @ tidak ada yang mau ikut, jadi ajang kumpul ber-binal2 ria *baca bersenang2 ala prabu* ini hanya dihadiri oleh Olin. Ooh Olin such a nice girl hanya dia yang mengerti gw, selalu ada ketika gw butuh belaian *lebay mode: ON* selebihnya ada Simon sih tapi kan Simon udah dari dulunya masuk genk binal gw *bersama dengan kak Ria*.


Sebenarnya kita janjian jam 8.30 di stasiun Tabing, tapi gw dan Olin datang lebih awal siapa tau penuh dan crowded banget. Secara today is a holiday. Kak ria dan Aimon dateng berbarengan lalu disusul oleh Simon si banci seksi. Hampir aja kacau karena Deri salah persepsi, dia nganterin Talha ke stasiun Simpang Aru. Untung aja keretanya ngaret sampe jam 9 lewat, huf...huff.. perjalannan ini walaupun dilakukan bersama teman2 yang seksi *mean lucu dan gila-gila* tetap terasa agak membosankan karena dari awal gw udah bad mood soal urusan tempat duduk yang kacau. Gimana mungkin kita duduk tidak berhadap2an selama perjalanan!! Trus keretanya lama banget.. rasanya kalo gw ngesot bareng2 sama tu kereta gw yang bakalan nyampe Pariaman duluan.


Wah berbeda banget pantai Gondoriah yang sekarang yah... terakhir kali gw ngunjungin ini pantai (dengan kereta api juga) luar biasa kotornya, laler dimana2 sejak itu ga pernah sekalipun kaki cantik nan indah gw menjamah pantai ini. Tak sudi. Sampai hari ini, voila!! Pantai Gondoriah yang dulunya jelek sekarang menjadi tidak jelek2 amat dan sudah agak bersih. Ga jauh beda lah kalo dibandinggin sama pantai Copacabana di Brazil *yiiihaaa lebay banget*. Iya sekarang gw liat udah ada jalan beraspal disepanjang pantai gitu, udah ada taman2 dan trotoar yang cukup nyaman dan indah. Mungkin yang bikin pantainya kurang indah diliat cuma mmhmmm... PKL ow..ow.. PKL yang kasar, jorok dan suka buang sampah sembarangan tepatnya. Tapi gimana yah? Mereka mau diapain, bukan sepenuhnya salah mereka kalo mereka meggelar dagangan disono. Gimana coba, mereka mau diapain?. Ayoo coba yang expert dibidang public policy atau antropologi bisa jawab tidak?? *liat kiri dan kanan, gw kan kuliah di jurusan matematika. Mana gw ngetri :D*


Pantai seru, main2 air, duduk2 menikmati udara pantai yang segar. Ada sedikit insiden dengan amak2 penjaja tikar yang sangat pangalasek *bingung juga bahasa Inggris ato bahasa Indonesianya apa, kasar dan tidak sopan kali yah*. Menurut gw pribadi uang 5000 rupiah ga ada apa-apanya, di dompet ada sekitar 90 ribu jadi lebih dari cukup untuk menyewa keempat terpal si amak ini. Tapi kalau kami bisa bahagia dan tertawa lepas tanpa menyewa terpal dia kenapa harus mengeluarkan uang 5000 perak. Lagian terserah kita dong mau tiduran, duduk2 ato guling2 dipantai itu, yang bagalan kotor juga bukan baju dia. Nah terus kenapa dia musti melemparkan tatapan tajam dan bibir bersungut2 kearah kami semua!!! Tidak cukup sampe disana, tanpa sengaja temen gw Aimon nginjak tu terpal dan langsung di cerca sama tu Tua bangka. Dia bilang “heeeyy kalo ga mau nyewa jangan diinjak2 dong terpalnya, masa jauh dateng dari India ngeluarin uang 5000 perak buat terpal gw aja ga bisa” What??? Sumpah gw selama ini selalu melihat kedamaian dan kebijaksanaan di wajah orang2 tua yang keriput sekarang serasa melihat setan yang kejam. Bukannya bermaksud kurang ajar yah tapi tu nenek sialan udah kelewatan mulutnya, jadi dia maksud semua orang asing itu kaya semua??? Ooohh mungkin gw harus mempaketkan si nenek sialan ini ke Afghanistan supaya dia bisa dipaksa sama Taliban buat beli senjata rakitan mereka. Kan si nenek dateng dari Indonesia, secara semua orang asing selalu kaya raya jadi kenapa orang kaya yang udah dateng jauh2 dari Indonesia ga mau ngeluarin duit buat beli senjata rakitan mereka???

Tapi ya sudahlah orang kan beda2 yah, ntar lama2 gw dicap etnosentris lagi...


Trus kita maksiat *baca: makan siang dengan nikmat*, makan nasi sex. Upps nasi sek alias seribu kenyang. Penjualnya lucu dan selera humornya persis seperti kami. Tapi anak2 yang dagang udang, kepiting dan sala cukup menyebalkan. Mulut mereka kasar waktu kita nolak ga beli dagangan mereka atau emang tipikal orang pesisir yang seperti itu yah...


Makan kenyang dengan ondas-ondas sebagai makanan penutup *onde2 maksudnya hihi...* sekaligus menutup acara dharmawisata ke pantai Pariaman *duh darmawisata,, serasa taon berapa gitu masi make kata2 begituan*. Pulang kepadang,, rasanya capeknya kita bukan karena main dipantainya tapi karena perjalanan panjang yang membosankan dengan kereta api ini deh.



Gunung Padang

18 Juli 2009


Hoho... hari ini happy banget,, ga nyangka dengan uang pas2an dikantong gw bisa sebahagia ini *secara ini kan akhir minggu* tapi seonggok teman2 yang luar biasa kocak dan seru abiZzzzz *abis spellingnya ala anak gaol zaman sekarang* membuat hari gw lebih baik.



Dari sekian banyak anak2 AIESEC yang gw sms cuma Olin si malaikat buruk rupa yang baik hati yang bersedia menyempatkan diri untuk dateng. Selebihnya ya para manusia2 binal yang biasa bergaul dengan gw yaitu kak Ria dan Simon. Bermula dari ajakan si Aimon (Trainee dari Pakistan TNnya SMK9) yang sms malem sebelonnya ngajakin pegi hang out, gimana coba gw bisa tega buat nolak secara gw, kak ria dan simona memang ada rencana pergi main hari ini.



Olin datengnya telat karena dia harus kuliah dulu sampe jam 10, habis makan disebelah Hotel Dipo (masih disekitar tambud) kita sholat di mushola Museum Adityawarman. Eehhh ga taunya malah dapet tambahan anggota, another Trainee from Pakistan, Tahla dan Deri (House familynya si Tahla) dan Izzy (temannya Deri). Maksud hati kamu ingin menonton closing ceremonynya pekan budaya di Taman Budaya, tapi apa daya acara yang kita tunggu2 tidak juga dimulai sampai jam 1. Duduk2 di pantai dan minum air kelapa muda. Boseeenn. Ide gila dari keingintahuan yang sangat besar dari si Tahla membawa kami berpetualang sampai ke gunung Padang, kuburan Siti Nurbaya (sayangnya Olin ada janji lain dengan temannya di KFC jadi ga bisa ikutan bareng kita). Jalan kaki dan berpanas2 sampai ke Muaro, trus naek sampan (bayarnya Rp. 1000 perorang, tapi karena gw baek hati gw kasih ade nya dua ribu). Pokoknya benar2 petualangan dan wisata kota banget deh,,, kami bertujuh mandi keringat untuk sampai kepuncak gunung padang yang indah.



Melewati benteng2 dan bangunan bersejarah peninggalan Belanda waktu PD II, ada pondok2 tempat kita bisa menyaksikan pemandagan samudra dan pemandangan kota Padang disepanjang tangga menuju puncak Gunung Padang. Kami berkesempatan menyaksikan sepasang pasangan mesum disebuah pondok, mereka kasak-kusuk make baju dan nagncingin celana waktu kita lewat *mual aja gitu lhoo ngebayangin mereka bermain2 dengan penis dan vagina mereka yang harganya tak lebih dari seonggok daging busuk ditempat yang seindah itu. Dasar orang2 IDIOT!!*. Oooh Tuhan, ini sebanding dengan keringat bercucuran dan bau badan kami yang masam *karena bereaksi dengan udara panas nan lembab huehehe*. Pemandangan diatas sungguh takternilai. Makamnya Siti Nurbayanya sih biasa2 aja *trus lw mengharapkan apa lagi dari sebuah makam bencong??!!* jadi kami memutuskan untuk tidak berlama2 ditempat yang dingin dan tidak nyaman ini. Karena puncak Gunung padang is very cool, taman yang rindang oleh pepohonan dan batu gede banget yang pas banget jadi hot spot buat duduk menyaksikan matahari tenggelam, pokoknya tuh batu dengan segala pepohonannya klop amat deh, PW abis lah.



Tahla si anak manja malah minta buru2 pulang. Apa, setelah perjuangan yang begitu keras??, hoho.. maap aja yah... akhirnya kita tiduran diatas batu sambil ngorol sambil menunggu sunset. Taklupa kami saling melontarkan canda dan gurauan binal ala pelacur jalanan *u know lah what I mean huahahaha... joke yang super kasar dan jorok huahaha hihihi...* kasian si Izzy kalo Deri kayanya dia menemukan jati dirinya yang sebenarnya hihi... (good boy *plok..plok menepuk2 punggung Deri*), Tahla is such a ‘nice’ guy, sopan banget dan baek banget tapi huahaha siapa yang tidak tahan dengan kelucuan dan tingkah polah kami bertiga. Kalo Aimon ketauan kedoknya sebagai cewek urakan ala Pakistani huahahaha... bitchy juga dia persis kaya kita. Sumpah gw kaget dia yang mulai duluan dengan joke2 kasar ala Indonesia, huahaha... pokoknya humornya ni cewe Indonesia banget deh, noraknya persis juga kaya orang Indonesia.hihi...



Petualangan hari ini ditutup dengan makan malam di Malabar, perut kenyang hati senang, dengan teman2 berhati riang... tak perlu banyak uang untuk menikmati hidup dan bersenang2 :).



Minggu, 07 Juni 2009

Catatan Lapangan (field notes) Kelas Agama Budha kelas II SD:ke Vihara part three

Catatan Lapangan (field notes)

Kelas Agama Budha kelas II SD:ke Vihara part three


Setelah janjian dengan Romo Sudharma pekan lalu hari inilah beliau baru bisa meluangkan waktunya buat gw. Berela hati setelah “ditegur” sedikit *bahasa yang telah diperhalus 100 kali* oleh para kerabat karena tidak pergi kuliah lapangan untuk tidak melewatkan kesempatan hari ini. Jadi dua minggu belakangan gw emang udah bulak balik ke lapangan (vihara, ikut kegiatan agama dan kegiatan sosial mereka dan kampung pondok dan sekitarnya). Minggu yang lalu Romo disibukkan dengan rapat tentang pendirian sebuah TK yang akan bernaung dibawah Vihara Budha Warman Padang. Dan sayang sekali, ga bisa gw pungkiri kalo sedikit kecewa. Karena sang Romo kembali ga bisa diajakin ngobrol (wawancara maksudnyah…),karena ada rapat lagi ngurusin persiapan apa gitu...



Tapi gapapa, seperti biasa kalo gw udah bercengrama *jijay banget gaya bahasa gw* dengan lingkungan baru yang gw sengangi selalu ada hal2 baru yang menarik yang bikin gw betah. Jadi tadi pagi nyampe di Vihara sekitar jam 9.30, tidak mungkin gw pulang dengan tangan kosong. Jadi gw ikut kebhaktian anak2 yang sedang berlangsung di lantai 2 vihara. Duduk manis disela2 anak2 bermata sipit yang menggemaskan ini bikin gw ga tahan juga lama2, akhirnya gw celingak celinguk kebelakang dan ngobrol dengan beberapa guru. Kebhaktian dipimpin oleh seorang anak perempuan yang umurnya kira2 10 tahun, mengenakan jubah biru dan duduk diposisi paling depan. Tapi ketika gw ikutan gabung, gw ga tau sudah sampai pada sesi (atau bagian) apakah kebhaktian ini sekarang. Karena belakangan gw baru tau kalo kebhaktian ato puja Bhakti punya beberapa tahap, kalo dibandingkan ke agama yang gw imani mungkin perbadingan seperti sholat jumat yang prosesinya lumayan panjang. Jadi si anak perempuan berjubah biru memimpin doa dalam bahasa Pali kalao gw ga salah menerka, sesekali memukul lonceng. Atau bahasa ini adalah bahasa Sangsekerta karena beberapa kata sangat mirip dengan bahasa Indonesia???



Suasana ruangan penuh sesak dengan anak2 yang berumur bayi (tentu dengan digendong oleh ortu mereka), balita sampai anak 10 tahun. Sebagian anak tidak didampingi oleh orang tua mereka (hanya bayi dan balita yang mengikuti kebhaktian dengan orang tua mereka). Beberapa orang dewasa mengobrol ditangga, gw berasumsi bahwa mereka adalah anggota keluarga atau pembantu (pengasuh) yang mungkin tidak beragama Budha. Agak aneh karena tidak ada mimik muka khusuk dan khidmat diwajah2 cilik ini dalam beribadah. Beberapa diantaranya sibuk mengobrol, dan melakukan aktifitas2 lainnya yang tidak berhubungan dengan prosesi kebhaktian. Para orang tua juga sepertinya tidak dapat benar2 khusuk beribadah karena beberapa waktu anak2 mereka merengek2 dan mencolek2 mereka (rewel lah pokoknya). Tapi mereka (anak2) dipaksa untuk tetap duduk manis, mengucapkan doa dengan merdu, membuat gerakan tangan memberi hormat ke pada sang Budha oleh guru2 sekolah minggu yang berpatroli selama kebhaktian berlangsung *oooh such a woderful bagaimana kebudayaan ditransmisikan kepada generasi baru, sangat memaksa (karena budaya sendiri adalah sesuatu yang memaksa bukan??). Tapi justru inilah yang belakangan akan membentuk identitas budaya mereka nantinya sebagai seorang Bhudist*. Mata mereka membelalak dan membuat simbol2 mengancam dengan tangan apabila ada anak2 yang tidak tertib dalam beribadah.



Akhirnya seluruh rangkaian kebhaktian selesai, sebenarnya ini adalah pertanyaan yang sudah pernah gw ajukan kesalah satu guru sekolah minggu seminggu lalu, tapi untuk memulai pembicaraan tetap gw gunakan topik basi ini.

“ci permisi, anak2 mulai belajar agamanya jam berapa ya?”

“ow ini kita mau langsung belajar niy habis kebhaktian”

“kalo gitu saya boleh ikutan belajar ya… (bukan pertannyaan, dan agak bernada maksa sih xixixi)

“iya2 boleh silahkan… (tapi jawaban mereka tulus kok)”



Lalu salah satu dari mereka bilang. “kayanya kita bernah kenal deh…”. What? Sebegitu terkenalkah gw di jagad selebritas?? Setelah dia ingatkan, bodohnya gw. Baru nyadar kalo gw emang pernah sekelas di EF sama cewek ini sebelumnya. Sekarang gw baru menyadari betapa beruntungnya gw hari ini, ketemu teman lama namanya Vidya (dia anak Psikologi UPI 04’). Bernostalgia bentar bareng Vidya trus langsung ngekorin dia dengan patuhnya kekelas 2 SD yang akan dia ajar. Seperti halnya kelas agama dilantai dua, dua kelas dilantai dasar ini hanya sebuah ruangan luas yang dibatasi selembar triplek. Tapi tempat duduk dan mejanya cukup nyaman untuk belajar, kecuali satu hal yang akan sangat mengganggu anak2 adalah suara guru sebelah (kelas 1) yang jauh lebih keras dari pada suara si Vidya. Apa anak2 nya Vidya (kira2 ada 30an anak) masi bisa konsentrasi tuh belajarnya…? jadi hari ini adalah latihan membahas soal2 untuk ujian semester. Sebagian anak2 sudah menjawab dengan betul soal mereka, banya satu atau dua soal yang dibahas bersama. Woo ga nyangka aja gw pikir dia itu dulu cewek pemalu gt… ga nyangka ternyata si Vidya oke juga kalo lagi ngajar (soo charming ehemmm…).


Jadi anak2 ini punya semacam agenda sholatnya anak Islam, setap minggu setelah kebhaktian mereka ngisis buku agenda. Judul ceramah agama, inti ceramah, penceramah dan ditandatangani oleh guru mereka. Juga ada buku agenda belajar setiap minggunya agar orang tua bisa memantau perkembangan belajar anak2 mereka.


Semua anak yang dikelas ini (kelas 2) tidak ada yang bersekolah di sekolah negri. Sebagian besar di SD2 yayasan prayoga, sebagian di SD Murni, dan sebagian kecil lainnya di SD DEK. Bener susah dikendalikan ini kelas kayanya, mereka benar hiperaktif. Bahkan ada anak2 laki2 yang nakalnya minta ampun, lari2an. Sementara suaranya Vidya kecil banget, bener2 kelas yang bikin stress. Tapi overall kayanya ini kelas agama yang cukup efektif walaupun mereka hanya diajar oleh guru2 relawan seperti VIdya dan teman2nya yang ga ada latar belakang gelar pendidikan formal agama Budha. Selesai kelas karena si Vidya ada latihan nari makanya gw cepat2 aja wawancara dia. Sebenarnya ada beberapa informasi meenarik, tapi ga mungkinlah gw share juga isi percakapan wawancara…



p.s: Fotonya menyusul yah, pulsa wimode gw ga cukup buat OL lama nguplot foto.

Minggu, 31 Mei 2009

jejalan2

Jumat, 29 May 2009


Aha … setengah merasa bersalah karena gw tidak lagi secara teratur menggauli blog gw yang cantik nan rupawan ini *haruskah gw memberinya sebuah nama??* dan juga dikarenakan membanjirnya sms dan email para fans di inbox gw yang mengelu-elukan kembalinya kehadiran gw di kancah dunia maya. Apa gw punya fans??, gw seorang selebiriti? *mengipas-ngipaskan tangan berjari lentik dengan sepuluh kuku bersepuh kuteks pink didepan wajah*


*plak! Menampar muka sendiri*. Stop… jangan lebay deh *bergaya seperti T2 “please deh jangan lebay”*. Miss lebay seperti gw memang selalu berlebihan yah? Misalnya kalo gw bilang ada banyak teman yang mengagumi ketampanan gw. Kata banyak disini sama konteksnya dengan kata banyak pada kalimat seperti ini nih:


“duh banyak banget bisul di pantat lw…”

Padahal cuma ada dua biji bisul disana.


Tuh kan sekali ngetik jadi ga terkontrol kemana2 omongan gw.

Mmmhhmm… ada baiknya gw flash back dulu ke dua hari yang lalu.


Rabu, 27 May 2009

Adalah hari dimana kami mengekspresikan kebinalan kami semua,,, duh ga ada tandingannya deh kak ria si ratu binal, indah si gadis binal, simon si banci binal dan gw sendiri adalah seorang gadis baek2 *plak! Berani2nya mengikrarkan diri sebagai orang baek lw ya!!!*


Niatnya sih hanya mau mengcopy beberapa film ke FD dari warnet si Iin, tapi bertemu simon dan kak ria. Ide gila tercetus begitu saja untuk menghabiskan sisa sore dengan penuh kegilaan (les TOEFL jadi lupa sama sekali).


Petualangan dimulai dari KFC ambacang. Gw sama iin agak telat karena kita muter2 dulu keliling China Town buat nikmatin suasana sore trus pake liwat dekat sungai segala padahal jauh lebih cepat kalo liwat jalan biasa. Alhasil kita telat nyampe KFC, doooh aktivitas makan jeungFOOD yang hanya akan merusak kecantikan alami kulit kami semua. Tapi gapapa kalo bareng teman2 seperti ini jadi lupa diri, happy aja ketawa aja bawaannya.


Trus nemenin si mon(a) nemuin pembimbingnya ke kantor Walikota padang kota tercinta yang bangunannya cuantik banget,, saking cantiknya gw jadi ga bisa bedain yang mana gedung kantor walikota dan yang mana pasar ikan (wich is suppose to located behind the office). And simon(a) have a sad story abaout that bitch (maksudnya pembimbing proposal dia), dooh pake belagu segala neh dosen. Padahal udah ditelponin dan bikin janji lhoo. Bikin BT setengah mampus ga seh?? Kalo gw udah gw jambakin rambut tu pere. Untung aja ga ada makhluk2 semacam ini di jurusan gw. Pembimbing gw aja yang udah profesor dan ilmu udah setinggi langit itu rendah hati, baik hati, penyayang dan tidak sombong orangnya.


Untuk menghibur simon(a) yang bersedih hadi dan bermuram durja kami pergi melanjutkan perjalanan ke Jembatan Siti Nurbaya. Sebuah jembatan eksotik nan cantik namun kecantikannya ternodai oleh pasangan2 norak yang berasyik mashyuk berpacaran di sekitar jembatan ini. Huahaha... senang banget pemandangannya cantik dan bisa duduk sambil makan jagung disini (makananya lumayan murah cuma seharga sekali ngangkang aja) dan tentu saja foto2 (we taking a picture like a maniac LOL ...!!) Jadi inget beberapa tahun lalu kami hiking ke pantai Malinkundang lewat jalur bukit dekat jembatan ini. MMmhh kayanya kita musti hiking lagi...


Nganterin iin pulang sambil mindahin foto2 binal kita di warnetnya iin, petualangan berakhir setelah nganterin kak ria ke rumahnya.


Kamis, 28 May 2009

Nothing special, hari ini ga ada jadwal kuliah (gw Cuma ngambil 15 sks semester ini, dan itupun mata kuliah yang diulang semua karena kemalasan gw di tahun pertama). Jadinya kerjaan gw cuma tidur2an aja seharian di kamar.


Dan hari ini adalah final test les TOEFL gw, jadi inget kan juga harus ngebalikin FDnya si Hayu. Hohoho.. gw mw ngasi si Hayu sesuatu di FDnya tadinya sih waktu gw tawarkan untuk ngasih foto syuuur sebagai bonus dia sok2 menolak gitu *huahaha... panter aja dia menolak yang gw tawarin adalah foto gw soanya hihi...*. Anyway gadis desa ini perlu didik lagi kalau mau jadi seorang Geisha provesional seperti gw LOL, jadi gw copy-in lah kamasutra ke FDnya hahahaha.....


Kamasutranya gw dapetin dari kak ria,, hoho... dari mana lagi gw dapetin barang2 laknat seperti bokep dan sex toys yang terkutuk ini kalo tidak dari kak ria... dan Simon(a) tentu saja.


Final test nya biasa2 aja walaupun agak terganggu dengan perut gw yang keroncongan selama test.


Balik dari tempat les, masi ada waktu dikit buat baca2 buku.


Jumat, 29 May 2009

Hhhuaaahhh... jumat malam disinilah gw sekarang, baru reda dari serangan migrain yang teratur mengunjungi setiap bulanan, mirip sama tamu bulanan aja deh.


Habis mandi tiba2 kak ria sms gw dan nanyain kabar... gw jawab kal gw lagi sakit kepala eeh malah disuruh nulis blog sama si jalang yang satu itu, bukannya ngasih kata2 yang menghibur supaya kepala gw ga mumet lagi...


Tapigapapa jadinya dapet inspirasi buat nulis, mumpung lagi mood bagus buat nulis ntar habis ini juga mau nyelesein catatan lapangan ah...




Sabtu, 30 Mei 2009

Asal Usul Nama Indonesia

Ehhh tau ga barusan gw dapet sebuah artikel dari milis yang gw ikutin *secara gw selalu ikutan milis2 cerdas yang nambah pengetahuan*. Anyway artikel ini tentang asal usul sebuah kata yang sangat tidak asing buat kita : INDONESIA. Iya itu nama negara kita terccinta.

Guys baca deh artikel ini, dijamin kamu bakalan cinta mampus dan tergila2 sama Indonesia.


Asal Usul Nama Indonesia

PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai “Nan-hai” (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini “Dwipantara” (Kepulauan Tanah Seberang), nama yang diturunkan dari kata Sansekerta “dwipa” (pulau) dan “antara” (luar, seberang). Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke “Suwarnadwipa” (Pulau Emas, yaitu Sumatra sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita “Jaza'ir al-Jawi” (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk kemenyan adalah “benzoe”, berasal dari bahasa Arab “luban jawi”(kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon “Styrax sumatrana” yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil "Jawa" oleh orang Arab. Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. "Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi (Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa)" kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah "Hindia". Semenanjung Asia Selatan mereka sebut "Hindia Muka" dan daratan Asia Tenggara dinamai "Hindia Belakang". Sedangkan tanah air kita memperoleh nama "Kepulauan Hindia" (“Indische Archipel, Indian Archipelago, l'Archipel Indien”) atau "Hindia Timur" “(Oost Indie, East Indies, Indes Orientales)”. Nama lain yang juga dipakai adalah "Kepulauan Melayu" (“Maleische Archipel, Malay Archipelago, l'Archipel Malais”).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah “Nederlandsch- Indie” (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah “To-Indo” (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu “Insulinde”, yang artinya juga "Kepulauan Hindia" (bahasa Latin “insula” berarti pulau). Tetapi rupanya nama “Insulinde” ini kurang populer.

Bagi orang Bandung, “Insulinde” mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista. Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), mempopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata "India". Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya.

Dr. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.

Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari “Jawadwipa” ( Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa dari Gajah Mada, “"Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa" “(Jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat). Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu "nusa di antara dua benua dan dua samudra", sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.

Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, “Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia” (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel “On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations”. Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas (“a distinctive name”), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: “Indunesia” atau “Malayunesia” (“nesos” dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis: “... the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians. ”

Earl sendiri menyatakan memilih nama “Malayunesia” (Kepulauan Melayu) daripada “Indunesia” (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia” sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan “Indunesia” bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah “Malayunesia” dan tidak memakai istilah “Indunesia”.

Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel “The Ethnology of the Indian Archipelago. ” Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah "Indian Archipelago" terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama “Indunesia” yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan: “Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. ” Ketika mengusulkan nama "Indonesia" agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama "Indonesia" dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku “Indonesien oder die Inseln des Malayischen
Archipel” sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketikamengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang mempopulerkan istilah "Indonesia" di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah "Indonesia" itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam “Encyclopedie van Nederlandsch- Indie”tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah "Indonesia" itu dari tulisan-tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah "Indonesia" adalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama “Indonesische Pers-bureau. ”

Makna politis

Pada dasawarsa 1920-an, nama "Indonesia" yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama "Indonesia" akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa “Handels Hoogeschool” (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengannama “Indische Vereeniging”) berubah nama menjadi “Indonesische Vereeniging” atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, "Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (“de toekomstige vrije Indonesische staat”) mustahil disebut "Hindia Belanda". Juga tidak "Hindia" saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (“een politiek doel”), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (“Indonesier”) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya. "

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan “Indonesische Studie Club”pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 “Jong Islamieten Bond” membentuk kepanduan “Nationaal Indonesische Padvinderij”( Natipij) . Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama "Indonesia". Akhirnya nama "Indonesia" dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota “Volksraad” (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda), Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama "Indonesia" diresmikan sebagai pengganti nama "Nederlandsch- Indie". Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah.

Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama "Hindia Belanda" untuk selama-lamanya. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik Indonesia.

"Dirgahayu Indonesiaku!”

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats