Senin, 11 April 2011

Anjing2 di desa (cerita satwa part 1)


Liat2!! Ini anjingnya pak Simon (mantan ketua nelayan). Hebat banget ini anjing bisa nyebrangin sungai segede ini tanpa capek. Gw aja pake sampan masih merinding gitu, airnya hitam dan dalam. Kata pak Simon emang kalo dia mau ke seberang ini anjing engga mau naik ke sampan, tapi lebih milih berenang.


Pantesan anjing2 di danau baru sehat, atletis dan tidak bau badan karena selalu berenang hahaha... Dan anjing tanpa nama ini mestinya mau merengek2 minta makan ke rumah pak Singkek tapi karena gw udah nungguin di tepi lanting dengan penuh harap kedatangannya maka diapun memutar arah untuk langsung pulang kerumahnya (rumah pak Simon).


Pak Singkek juga punya satu ekor anjing dan ajaib sekali anjingnya punya nama!! Hahaha... Emang jadi kebiasaan di orang Kantu' anjing tidak dikasih nama, ntar kalo manggil gimana dong?? Nah kalo manggil anjing biasanya dipanggil "kidui..kidui..kidui..." hehehe.. Imut panggilannya kan? Malah kata teman gw Mia, pernah suatu ketika dia nanyain nama anjing ke salah seorang anak di kampung. Si anak bengong dan heran kenapa anjing musti punya nama..? Karena si anak kecil ini merasa terpojok dan tidak mau dianggap sebagai anak yang nakal karena punya anjing tidak bernama, maka buru2 saat itu juga ngasih nama itu anjing 'anjing'. Huahahaha... Ngakak gw denger cerita Mia, ada ukui (anjing) namanyua 'anjing' hhahaha.... Gw kepiran ntar nyampe Padang kalo gw punya anjing bakalan gw kasih nama 'ukui' juga hahahahaha.....


Eh soal anjing pak Singkek tadi, namanya rambo (#nepok jidad), sangat pemalu dan sangat tua. Perut nya buncit, buncit yang tidak sehat (cacingan atau apa gitu) jangankan berenang jalan aja terseok2. Gw kepikiran kalo ini anjing kecebu masuk air mungkin bakalan tenggelam kal yah.

Aning dalam bahasa Kantu' adalah Ukui, dan ukui bukan binatang yang lucu dan disayang2 karena tugas mereka adalah jadi penjaga dan pelayan tuannya. Mereka berburu bersama, nemanin dan sekaligus jagain kebun tapi kalo acara gawai (pesta panen) kadang ukui juga dimakan :'(( buat jadi teman minum arak. Biasanya kalo Natal, Paskah atau gawai atau ada perayaan lain semua orang minum arak nah buat minum arak musti ada cemilannya biar enak. Cemilan ini namanya tabas, adalah daging goreng. Katanya yang paling enak itu adalah babi (jani) atau yah anjing, tapi pada dasarnya semua daging bisa termasuk kera dan juga kucing (mayau) tapi kucing dijadiin tabas jarang banget. Dan kalo kalo engga ada babi atau anjing ya ikan pun jadi.


Nah kalo yang ini adalah anjing betinya pak Jawang, anjing ini baik hati. Jangan tanya darimana gw tau kalo dia baik hati!!! Dia juga engga punya nama, sempat kepikiran kalo gw mau kasih dia nama 'prabu' maksudnya biar pak Jawang sekeluarga biar selalu inget gw. Anjing ini punya tiga ekor anak yang gendut dan sangat lucu. Dia biasanya nemenin keluarga pak Jawang ke kebun karet, pernah suatu ketiaka gw lagi mandi... Trus karena dia ngikut2in gw terus mau gw mandiin sekalian. Tiap kali gw siram sama aer se gayung dia selalu ngindar, akhirnya gw megang dia. Meronta2 dan ketakuta gw lemparinlah anjing ini ke sungai, sedetik kemudian jantung gw dag dig dug. Dimaha kalo asumsi gw 'semua anjing jago renang' salah??? Hadoooo... Ada kali lebih lima detik tu anjing engga nongol lagi. Dia naik ketanah dan kotor lagi dan kabur ke dalam rumah sambil bersin2. yah mungkin ni anjing dasar engga suka mandi kali yah.


Nah ini anak2nya anjing pak Jawang tadi, juga tidak ada nama. Kalo lupa nutup pintu pagi2 udah tidur didalam kamar gw, pernah juga kencing di kasur gw.


Anjingnya pak Melintang, pengen ikut sama gw keatas perahu.

Yang ini adalah anjing2 nya pak Ikus (ketua RT Danau Baru).






Kamis, 07 April 2011

Dari Danau Baru ke Kampung Pontu


Abah pulang ke desa hari ini dijemput oleh pak Martinus, sayang sekali dia ga mau diajak ke kampung Pontu. Kampung Pontu adalah pemikiman satelit desa Bunut yang terletak di kecamatan Bunut Hulu, sebagian besar nelayan di desa Bunut menghabiskan hampir sepanjang tahun tinggal di kampung Pontu ini untuk mencari ikan. Mereka hanya pulang ke desa di saat lebaran, acara2 seperti pernikahan atau kematian atau jika ingin membeli kebututuhan logistik selama di Pontu. Jadi kampung Pontu ini semacam pemukiman temporer (berkaitan dengan kemudahan untuk mencarin ikan) orang Bunut diluar desa mereka. Beberapa waktu yang lalu waktu masih tinggal di Bunut gw pernag menghabiskan waktu satu minggu di Pontu, ga sabar juga rasanya ketemu sama orang-orang disana.


Interaksi orang Dayak Kantu' dari desa Keliling Semulung dengan orang Melayu Bunut (terutama mereka yang bermukim di Pontu) sudah sejak lama terjadi. Biasanya bentuk interaksi adalah jual beli, orang Kantu' menjual kerajinan, beras dan sayur2an sedangkan orang Melayu menukar barang2 tersebut dengan ikan segar, ikan asin (balor dalam bahasa Ulu[bahasa yg digunakan oleh orang Melayu]) keropok basah dan keropok kering (keropok rangkai). Orang Kantu' kalau berbcara dengan orang Melayu menggunakan bahasa Ulu dengan sangat lancar, malah logat dan aksen mereka Ulu banget kedengaranya. Demikian juga dengan suku2 lain (seperti Tionghoa dan Dayak lain) jika berinteraksi dengan orang lain suku akan menggukan bahasa Ulu sebagai bahasa persatuan. Sementara orang Melayu sendiri tidak semuanya yang mengerti dan bisa mengucapkan bahasa Kantu' (apalagi bahasa Khek [bahasa orang Tionghoa setempat-Teochiu]), pernah sekali waktu di Pontu pak Itam Karjo salah satu nelayan disana bilang dengan nada kelakar kalo mereka sedikit iri orang Kantu' bisa bahasa mereka sementara mereka terbatas ngomong bahasa Kantu' :)


Dari Danau Baru ke Pontu ternyata cuma sebentar doang cuma sekitar 20 menit saja dengan motor tempel kecepatan 15 pk. Gw berangkat bareng pak Singkek dan dua orang ponakan pak Singkek yang rumahnya disebelah rumah pak Malintang (ketua nelayan dan tokoh masyarakat).

Gw lupa nama abang ini, kami ketemu waktu lewat sungai kecil menuju Pontu. Dia baru pulang memukat.



Kami singgah bentar, minum kopi dirumah salah satu warga Danau Baru. Kayaknya rumah ini paling jauh dari letaknya dari rumah2 yang lain. Harus masuk hutan dan lewat sungai kecil dulu buat sampai ke rumah ini. Seperti semua rumah lain di desa Keliling Semulung rumah ini mendapatkan pasokan listrik dari solar panel. Yang kecil itu alat tangkap sinar matahari yg akan di ubah jadi listrik.



Ini bagian depan rumah, bagian ini namanya jungka (bahasa ulu). Jungka tempat jemur ikan asin, jemur keropok atau padi. Anjing2 kurus itu punya si bapak yang tingga disini, saking kurusnya anjing2 ini gw jadi takut kalau tiba2 dia gigit kaki gw karena ga tahan laper. Tapi engga sama sekali lho, walaupun hidup dengan kondisi miris gini anjingnya tetap ceria. Tau dari mana gw kalo anjing2 ini ceria?? Ya tau aja!! Soale dia jilat2 kaki gw dan ceria. Iya ceria seperti anjing2 normal lainnya.


Kaleng yg disudut itu isinya kopi, kopi sangat penting buat orang2 disini. Baik Dayak maupun Melayu kebutuhan kopi sangat tinggi, kopi diminum pagi dan sore hari. Kalo ada tamu wajib dikasih kopi.


Sayang gw engga ngambil foto si ibuk yang punya rumah, dia cuma pake kemben gitu tapi nyaris telanjang dada karena kainnya turun2 mulu hahaha... Tapi sumpah kopi bikinan si Ibu enak banget. Dan dia dan suaminya engga bisa bahasa Indonesia, jadi gw harus dapet terjemahan seadanya dari pak Singkek. Gw tau kadang pak Singkek nerjemahin udah berdasarkan versi dia, gw sebenarnya ngarti bahasa Kantu', tapi waktu itu semua orang berbicara dalam waktu yang bersamaan dan dalam tempo yang sangat cepat jadinya cuma nangkep sepotong2 doang.




Ini ponakan pak Singkek, sepulang darin Pontu kami singgah bentar ke hutan2 tepi danau Siawan buat ngambil kulit pohon. Kulit pohon ini di tumbuk dan direndam dalam air, nah air yg merah pekat ini dijadikan pewarna jala dan rabai (pancing). Kenapa jala dan rabai perlu diwarnai? Karena warna asli benang-benang pembuat kedua alat tangkap ini tidak cukup gelap, jadi biar tambah gelap dan menipu ikan dikasih pewarna dari kulit kayu ini.


Dah ooww.. Gw dikasih dya kilo keropok kering sama keluarga pak Itam Karjo di Pontu :)

Sementara pak Singkek harus beli hahahaa...

Pelangi di tepi sungai (ramdom shoot) 18 November 2010

Diseberang itu ada lebih banyak rumah penduduk lagi tapi karena jauh jadi ga keliatan banget yah
Pelangi sore2

Kalau kehidupan Keliling Semulung berjalan lambat maka kehidupan di Danau Baru terasa beberapa kali lebih lambat lagi. Rumah2 rumah penduduk di Danau Baru di sisi kanan dan kiri sungai, tidak banyak hanya kurang lebih 10 atau 11 rumah saja. Sementara sungai yg memisahkan dua bujur rumah2 ini sangat lebar, bisa dilihat di foto. Pada satu sisi sungai malahan penduduk harus mengandalkan sampan untuk saling berkunjung sebentara di sisi yang satu lagi karena ada darata maka mereka memiliki jalan setapak yg menguhungkan rumah-rumah mereka.


Nah gw tinggal bersama salah seorang warga namanya pak Singkek yang terletak disisi sungai yang tidak ada jalan daratnya, sehingga gw harus bersampan ria kian kemari untuk mengunjungi informan2 gw mhh... itulah nikmatnya jadi antropolog (kadang mau engga mau-engga mau harus dinikmati).


Nah ini diambil dari rumah pak Singkek, gw ngambil foto ini dari halaman depan rumah apungnya. Yang keliatan di foto adalah salah satu keramba beliau dan beberapa buah perahu yag terparkir di dekat dapur. Jadi rumah-rumah pada sisi sungai yang sejajar dengan pak Singkek ini adalah rumah terapung atau rumah panggung dengan tiang-tiang panjang yang ujungnya langsung ditancepin ke dasar Sungai (dibangunnya ketika musim kemarau ketika air sungai surut). Rumah pak Singkek terdiri dari bangunan utama yaitu satu kamar, ruang keluarga dapur dan ruang tamu sekaligus, warung (yang juga sebenarnya tidak berbatas dengan ruang tamu tadi) lalu terpisah dari bangunan terapung ini ada dapur dan gudang. Semua alat2 tangkap, alat2 dapur dan hasil2 kebun disimpan disini (termasuk ikan asin) oohw iya gudang ini juga dijadikan dapur basah. Di belakang dapur ada kandang babi, paj Singkek punya satu ekor babi berbulu putih hitam gede.... Katanya sih bisa lebih gede lagi kalo dikasih makanan yang cocok.



Rabu, 06 April 2011

Danau Baru (16 November 2010)

Danau baru adalah RT desa Keliling semulung (RT III). Tapi uniknya Danau Baru terletak terpisah dari pemukiman utama desa Keliling Semulung, jadi mugkin karena itu juga tidak ada orang di desa yang menyebut Danau Baru denga nama RT-nya (apakah RT IV atau V gitu) tapi yah Danau Baru saja

Desa Keliling Semulung memiliki dua dusun dan 5 RT, dusunnya adalah dusun Semulung (di hulu kampung) dan dusun Lubuk Semulung (di sebelah hilir kampung). Danau Baru adalah RT III dari desa Keliling Semuling dan dia termasuk kedalam dusun Lubuk Semulung, Danau Baru terletak terpisah dari pemukiman utama desa Keliling Semulung. Tidak ada orang di desa yang menyebut Danau Baru dengan nama RTIII tapi yah Danau Baru saja. Secara historis sebenarnya Danau Baru adalah desa yang terpisa dari Keliling Semulung, jadi menurut sejarah yg dituturkan orang tua-tua kampung ceritanya begini:


Dahulu di Danau Baru ada satu rumah betang (rumah panjang tradisional Dayak), pada sekitar tahun 60-an pemerintah mennyarankan agar mereka yg dirumah betang Danau Baru agar pindah bergabung bersama desa Keliling Semulung (tempatnya di pusat pemukiman desa Keliling Semulung yang sekarang). Permintaan relokasi oleh pemerintah ini dilakukan mengingat alasan kesehatan dan untuk mempermudah masuknya program2 pemerintah ketika itu pada desa ini (desa Danau Baru). Selain itu katanya tumah betang yg di Danau Baru sering mengalami kebakaran, mungkin ditambah faktor itu mereka semkin mantap untuk pindah ke desa Keliling Semulung dan membuat tinggal di bersama keluarga inti saja (tidak ada rumah betang lagi).


Nah pemukiman baru orang2 desa Danau Baru di desa Keliling Semulung di jadikan satu dusun oleh pengurus desa Keliling Semulung yaitu dusun Lubuk Semulung. Lantas jika semua keluarga sudah pindah ke Keliling Semulung (tepatnya di dusun Lubuk Semulung) mengapa pada masa sekarang masih ada pemukiman di Danau Baru? Di jadikan sebuah RT lagi??...


Iyaaa! Benar sekali, walaupun mereka sudah pinda tapi sebagian besar kebun karet masih ada di Danau Baru dan yang lebih penting lagi adalah keterikatan batin dengan tempat itu. Pindah bukan berarti 'benar2 pindah'... Jadi mereka yg di Lubuk Semulung perlahan-lahan membangun rumah kembali di Danau Baru (tentu bukan Rumah Betang), ada beberapa yg sudah merobohkan rumah mereka yg di Lubuk Semulung dan benar2 permanen di Danau Baru, ada yg rumahnya di Lubuk Semulung dibiarkan kosong saja atau ada juga yg di huni oleh saudara jauh. Yang jelas generasi pertama dan kedua pindahan ke Lubuk semulung banyak yg kembali membangun rumah di Danau Baru. Sekarang ini ada sekitar belasan rumah di RT III atau RT Danau Baru ini. Ketua RTnya pak Simon.


Jadi untuk mengejar beberapa data yg berkaitan dengan sejarah kepemilikan lahan Danau Baru-Keliling Semulung gw memburu data kesana. Sebenarnya gw berangkat sehari sebelumnya bersama pak Martinus tapi cuaca sedang buruk, hujan badai ndak mau mati sia2 tenggalam di Kapuas gw terpaksa nunggu satu bari lagi. Karena udah kemalaman gw engga balik ke rumah pak Jawang lagian Istri pak Martinus maksa2 gw nginap di rumahnya aja dan aroma sup babi bikinan si Ibuk sangat menggoda.


Tanggal 15 November gw nyampe disana bersama Abah, diantarkan sama istrinya pak Martinus. Kebetulan si Ibuk mau cari ikan di sugai dekat Danau Baru. Dari desa ke Danau Baru cuma sekitar 15 menit dengan sampan kecepatan 2 pk. Kami nginap di rumah salah seorang penduduk, namanya pak Singkek. Alasan kami memilih pak Singkek sebagai host dalah karena dia punya warung kelontong dan TV lhaa?? Iya maksudnya dumah pak singkek sering dijadiin tempat ngumpul minum dan nonton tv (ibu2 dan anak2) jadi kan biar lebih gampang aja gitu dapetin berbagai informasi. Selain itu pak Singek juga orangya baik, haha.. Mana ada orang desa yang engga baik sama kami anak2 manis ini :))



Ini sore2 sebelum mandi, di dekat keraba pak Singkek
Rumah salah seorang warga Danau Baru (rumah pak Ikus, ketua RT)
Foto ini juga diambil dari rumah pak Singkek, yang keliatan itu adalah rumah pak Simon (mantan ketua nelayan)

Senin, 04 April 2011

Sore didesa (minum kopi) (sekitar pertengahan November 2011)


Abah lagi main bareng anak2 desa.




Ibu2 ini masih ada hubungan keluarga, seperti semua orang didesa ini yang semuanya adalah sanak sedulur.


Andri anak laki-laki nya pak Jawang (ardi) sedang berada di kampung istrinya di kecamatan lain, istri si Ardi ini orang Dayak Suruk (dibaca Su'uk). Di sebelah rumah pak jawang tinggal keluarga kakak perempuan pak Jawang (lupa namanya) anak mereka namanya Donisius tapi semua orang memanggilnya Tutuy. Karena seumuran jadi dia kami sering main, kalo pulang dari kebun Tutuy sering ikut ngopi siang2 dirumah keluarga pak Jawang.

Hari ini adalah hari ketiga di desa Keliling Semulung, Tutuy nemanin gw jalan-jalan sampai ke ulu kampung (orang2 desa biasanya membagi sebutan desa ini menjadi tiga; ilir, tengah dan ulu). Sisa-sisa banjir beberapa hari yang lalu masih terasa di sepanjang jalan kampung (yg mana ini adalah jalan satu-satunya di desa ini), becek dimana-mana dan ditempat yg agak rendah bahkan kami harus mengangkat celana dulu.

Siang ini si Tutuy nemenin gw erjalan dari ulu sampe ke ilir kampung, jarak desa ini dari ulu sampai ilir kurang lebih satu setengah kilo meter saja. Sebelum pulang kami singgah dirumah pak Martinus beliau adalah Kaur Pembangunan di desa, abah tinggal bersama keluarga pak Martinus. Abah lagi main kelereng sama bocah di halaman, Tutuy kayaknya lagi minum saguer dirumah sebelah. Ohoo.. sedangkan gw dirumah pak Martinus terjebak percakapan ibu2 yang sangat membosankan, di ruang tamu ada enam atau tujuh ibu termasuk istri pak martinus sendiri. Kami minum kopi sambil mengobrol, yah percakapan ingan khas ibu2 desa lah. Dan semestinya kopi buatan istri pak Martinus enak hanya saja kebanyakan gula.



Manang (sekitar pertengahan November 2011)

Gw seperti kelihangan orientasi aja di Keliling Semulung. Dalam hal kerjaan gw bisa disamain dengan staff tambahan yg perbantukan buat ngebantu (ngeberesin) sedikit ini dan sedikit itu yang kurang dari tim yang sudah ada di desa ini. Tapi sepertinya mereka udah pada bagus kerjaannya dan engga ada kasus kekurangan data pada tim desa Keliling semulung, gw disuruh ketua cluster atau ketua tim semulung buat ngecek beberapa issu didesa, check. Trus disuruh tambahin data tentang perikanan, check. Ya udah akhirnya gw bermain2 dengan beberapa topik yg gw minatin dong. Yaitu adat istiadat dan tradisi.


Seakan-akan ada alarm biologis di tubuh gw selama beberapa hari tinggal bersama keluarga pak Jawang gw selalu bangun tepat jam 9 pagi. Tapi kali ini bangun sedikit lebih pagi, gw mimpi masuk ke perosok ke dalam lumpur.. lumpurnya tiba2 jadi hangat, gw panik dan tambah panik akhirnya kebangun. Dua anak anjing pak Jawang terlihat sangat bernafsu menjilat2 kaki gw, ludah mereka basah dan lengket eeww.. Tapi siapa yg bisa marah pada dua makhluk yg uar biasa imut ini *mata berkaca2*


Kehidupan desa berjalan sangat lambat seperti biasa, jam dindin seakan tidak ada gunanya bagi kami (juga seperti biasa). Ohh bagus hari ini sarapan beras coklat, padinya ditanam ditanah kering dengan tidak menggunakan pupuk kimia apapun (kecuali sedikit pestisida tentunya). Kata orang2 sih beras begini banyak serat, tapi yah apa pengaruhnya.. Kalo selama di desa gw selalu laper hahaha...


Okay great, beras sehat dengan serat tinggi tapi apagunanya kalo engga ada launknya. Di dapur hanya ada sedikit lauk sisa kemaren, seperti biasa bu Jawang engga masak lauk di pagi hari seua orang dirumah ini makan sisa lauk kemaren. Demi alasan menjaga perasaan tuan rumah gw makan dengan lauk apa adanya. Sementara menghayalkan makanan enak2 di rumah bu Agatha :)


Hari ini seperti biasa, karena gw Cuma tenaga pembantu didalam tim jadi tidak ada misi atau agenda khusus. Hanya lihat sana dan lihat sini lalu melengkapi kekurangan beberapa data oleh tim semulung. Jadi hari ini ke Posko utama yaitu rumah pak Anton, pak Anton adalah adik pak Misael (kepala desa Keliling Semulung). Ketika awal sampai di desa ini beberapa bulan lalu semua anggota tim Semulung (dinamain sesuai dengan desa tempat mereka ditempatkan hhehe) tinggal di rumah pak Anton. Oow yah anggota tim ini adalah Abag, Iway dan Mia. Istri pak Anton adalah bu Agatha, orangnya super baik, keibuan dan pinter masak.


Jadi setelah beberapa bulan anggota tim memencar, tidak lagi tinggal disatu rumah (rumah pak Anton) demi demi mendapatkan data2 tertentu yg lebih spesifik. Iway pindak ke rumah pak Malintang, Abah pindah ke rumah pak Martinus, gw yg baru datang di suruh tinggal di rumah paling hulu desa yaitu di rumah pak Jawang (sekretaris desa) dan Mia tetap tinggal bersama keluarga pak Anton. Karena rumah pak Anton masih sering dijadikan tempat ngumpul makanya disebut posko :)

Bu agatha masak cap cai, dan ikan goreng yg lezat :P

Owwh semua orang ternyata lagi ngobrol dan minum kopi di rumah pak Misael (yg letaknya persis di depan rumah pak Anton). Habis minum kopi dan ngobrol bentar gw sama mia ke rumah nya pak Gundul. Pak Gundul adalah manang (dukun) di desa, yaah sebenarnya ada satu orang dukun lagi didesa ini tapi yang satu lagi tampaknya tidak sepopuler pak Gundul. Tadi malam pak Gundul di minta tolong untuk mengadakan upacara 'nanam ayu' oleh salah seorang warga di hilir kampung. Nanam ayu itu adalah upaya mendoakan bayi atau balita agar tumbuh dengan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit (termasuk penyakit ghaib). Si Mia yg lagi nyari2 topik buat skripsi mau jadiin isu 'manang' ini sebagai salah satu pertimbangan. Siang tambah panas menyengat, pak Gundul lagi bikit 'pengayoh' (sebenarnya ini bukan bahasa Dayak Kantu' tapi bahasa Ulu, artinya pendayung perahu).





Ini pak gundulnya, tidak gundul tapi semua orang didesa manggilnya pak gundul :)


Yg ini anaknya pak Gundul, dan yg kecil itu kayaknya cucunya deh (lupa). Kayaknya ga beda jauh ya umurnya bapak dan anak, pak gundul awat muda atau anaknya yg cepat tua. Aah mungkin pak gundul nikah muda kali


Kalo yg ini adalah rumah2an (miniatur) yg menandakan statusnya sebagai manang. 'Pesan' akan rumah ini didapatkan secar ghaib didalam mimpi, setelah itu dia barulah mendapatkan kekuatan bisa menyembuhkan orang-orang.

Sabtu, 02 April 2011

aha.. yah2 field note2 bisa jadi postingan blog (solusi kemalasan ngeblog) 20 Maret 2011

Tadi malem setelah bengong beberapa jam akhirnya terbesit lah sebuah ide yang cukup cemerlang dari otak g yang kecil ini. Mungkin orang-orang yg ngebaca blog ini (najiiiis lu prabu, siapa juga yg bakalan baca blog sampah lu ini) udah pada bosen kali yah dengan semangat membara untuk menulis gw yang hanya bertahan seumur jagung doang (emang umur jagung berapa tahun??). Ya udah gw engga bisa menjanjikan apa2 untuk bisa konsisten menulis, yah gw nulis kalo lagi pengen dan kadar-pengen-nulis gw itu berfluktuasi.. Yah jadi gitu lah (lagi2 najis lu, berkhayal kalo blog lu bakalan ada yg baca hahaha). Eeh balik lagi ke ide cemerlang yg keluar dari otak gw kecil gw hihihi...

Gini.... Selama penelitian kemaren ternyata gw sangat produktif menulis --> sebagian besar tulisan adalah karena dipaksa dan bagian dari pekerjaan tentunya hiihhi.. Sebagian lagi tulisan merupakan hasil kreatifitas ketika lagi engga ada kerjaan dan sedang didera penyakit mati gaya kronis. Adalah cobaan yg sangat ketika seorang antropolog sedang dilapangan (penelitan) mengalami bad mood dan terjebak diantara situasi yg sangat berada diluar zona nyaman mereka. Biasanya disaat2 gw lagi engga pengen ngapain di desa gw nulis. Kalo lagi ada listrik ya di laptop, kalo engga ya di HP kalo lagi ga ada batre dan engga bisa di cas karena ga ada listrik ya di jurnal hahaha.. manual banget. Tapi lumayan ampuh untuk mengusir kebosanan.

Nah jadi tulisan-tulisan selama dilapangan ini lah yg akan kembali dorbitkan didalam blog ini. Karena ini postingan lama maka agak berantakan dan kadang juga tidak beruruta sesuai dengan urutan waktu yg benar. Trus.. Mmmhh bentuk dan gaya tulisan juga beraneka ragam karena sebagian besar diantaranya adalah adalah field note (atau catatan lapangan) dan sebagian lagi adalah jurnal bebas yg ditulis dengan gaya bahasa sehari2 yg engga formal, jurnal disini adalah cerita pengalaman gw sehari-hari selama berada dilapangan. Lhaa terus apa bedanya dengan field note atau catatan lapangan?? mmmph okay sini gw jelasin satu persatu.

Ketika melakukan penelitian etnografi seorang peneliti harus memprodiksi data mentah yg ia kemas didalam bentuk field note atau catatan lapangan ini, sederhananya kalau seorang ekonom melakukan penelitian maka ia akan melakukannya dengan pendekatan kuantitatif dimana data mentah mereka akan berbentuk angka-angka (didalam istrumen kuesioner misalnya) yg akan kemudian diolah. Nah antropolog yg melakukan penelitian etnografi (yg tentu saja bersifat kualitatif) mengumpulkan data mentah mereka didalam field note ini, bentuknya tida angka2 tapi berhalaman-halaman dan berparagraf-paragraf data yg diuraikan atau dieskripsikan dalam bentuk kata-kata (sekali lagi, bukan kuesioner). Jadi yg ngebedain dengan jurnal harian adalah gaya bahasanya, kalo fieldnote tentu bakalan lebih ilmiah, formal dan ada aturan-aturan teknis didalam penulisannya. Kalo junal harian ya kayak diari gitu ada bias2 pribadi si penulis didalamnya, bisa curhat2an juga didalamnya.

Nah karena yg akan di posting ini adalah data maka tidak semuanya juga dapat di share di forum online seperti ini. Hal ini terkait dengan etika profesi antropolog yg harus gw patuhi, bagaimanapun ada informasi2 sensitif yg kalau di share akan berugikan masyarakat setempat.

Okaay jadi inilah dia, solusi cerdas untuk menampah postingan blog dengan cara yg instant hahaha....

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats