Dua hari pertama kegiatan belom dimulai,,, hari pertama kami benar2 tidak melakukan apa2 selain hanya istirahat di mess (paling sorenya pergi belanja ke minimarket di depan) trus duduk2 dihalaman, ngobrol dan yang paling asik itu pengalaman baru adalah mengunyah pinang. Sebelumnya sih disorong gw sempat nyicip pinang trus ibu yang jualan bilang : "Ini pinang toh, kasih kuat kitorang punya gigi…"
Orang papua benar2 suka pinang, tua, muda, anak2 pun suka pinang tapi yang bikin jelek dari kebiasaan mereka makan pinang (lebih tepatnya "mengunyah" karena pinangnya ga ditelan) mereka meludahkan air pinag sembarangan sehingga jalanan dan dinding2 di papua penuh dengan lukisan2 abstrak dari air pinag yang diludahkan.
semua kena penyakit, ga tau deh penyebabnya apa. Mmmhhh ada beberapa kemungkinan: 1) stress paska perjalanan kapal 2)energi yang terkuras selama dikapal (mungkin juga karena kurang gizi selama dikapal) dan 3) apa karena perubahan zona waktu (yang juga berimbas pada pola makan dan pola tidur) dan juga perubahan cuaca atauuu gabungan dari semua penyebab2 diatas. Wah kalo masalah geja jangan ditanya, mulai dari kecapekan, mual, muntah, pusing (apa lagi yang ini, semua orang wajib kena huahaha), trus sakit tenggorokan dan demam. Sumpah deh yang paling preman sekalipun kena juga,, repot juga kalau berkunjung ke negri yang jauh, harus banyak persiapan bow…
Tapi untunglah masakan mama (istri pak dekan ini juag seorang antropolog lhoo) hampir dapat mengobati kita semua, asal perut kenyang semua aman dan penanyakit agak terasa lebih ringan. Btw soal penyakit2 lagi LO dan panitia lainnya bener2 care sama kita sumpah deh (bahkan Acil [USU] yang kena penyakit tidak panting sekalipun [keseleo larena main bola] diobatin sama panitia) pada malam kedua semakin banyaknya yang sakit membuat panitia mengundang tim medis profesional untuk langsung memberikan kita soal tips dan tricks menjaga kesehatan selama di Papua, lengkap dengan serentetan infosmasi panjang lebar mengenai penyakit2 yang menjadi penyakit endemik di Papua yaitu ISPA, TB, AIDS dan malaria (woooo serem2 bow) dokternya nyaranin kita untuk tes darah sebelum meninggalkan Papua. kita semua merasa puas, informasinya sangat berharga dan kita merasa sedikit terproteksi ("Hidup Antropologi kesehatan!!!" kata Jaya [UNHAS] dan yang bikin gw appreciate lagi sang dokter paham mengenai cabang antropologi ini, mang harus ngerti dong dokter2 di kota tetang pengaruh variabel budaya dalam pengobatan). Dan sehabis ngasih kuliah kesehatan 2 sks sang dokter langsung buka praktek di depan ruangan makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar