Sabtu, 13 Desember 2008

Selamat datang di tanah Papua

Selamat datang di tanah Papua

Pertama kali menginjakkan kaki di Jaya pura rasanya seperti mimpi saja, seperti cerita mitologi kuno (ga percuma sayiah belajar Folklor 3 sks) sekelompok pahlawan yang menempuah perjalanan berhari-hari mengarungi samudra menerjang bahaya untuk mencapai suatu misi. Huahahaha lebay banget tapi ya gitulah secara ini perjalanan paling jauh yang pernah gw lakuin hehe :)

Benar2 perjalanan yang membuat stess lahir dan batin dan juga fisik dan mental kita benar2 diuju selama satu minggu dikapal, padahal kita udah dapet kapal yang paling bagus dan lumayan baru karena baru satu bulan diresmikan oleh pak presiden. Waaah ga kebayang kalo pas pulang kita dapet kapal yang parah banget joroknya (untuk saya bersama kerabat2 antro yang OK2 BGT jadi kitas saling menghibur, tuh kan labay lagi hihi...).

Kapal akhirnya sandar di Jaya pura city pada hari senin tanggal 24 pada jam 5 subuh,, dengan total sebanyak 5 delegasi yang berhasil diangkut olek KM Gunung Dempo (UNIMAL, USU, UNAND, UNAIR, dan UNHAS) untungnya pada saat malam terakhir tidak ada semacam pesta perpisahan dengan sang kapal jadi semua orang bisa kumpul tenaga untuk bangun subuh-subuh. Pengeras suara mengumumka bahwa " agar seluruh delegasi mahasiwa antropologi se-Indonesia bersiap-siap karena telah ditunggu Universitas Cendrawasi" wah jadi metinding plus deg-degan dan benar saja waktu kami melongok keluar melalui jendela di dek 5 sudah ada empat orang yang berpakian adat sentani lengkap (ada juga yang bawa sanduk selamat datang). Masing masing utusan dengan jas almamaternya dikalungi bingan dan disambut dengan adat Papua (sentani), melepas alas kaki dan menginjak piring (sempat degdegan juga jangan2 piring keramatnya bisa pecah pas gw injak huhu) setelah mengijakkan kaki (dipiring yang yang katanya tidak akan pecah tsb) kami resmi menjadi tamu di tanah papua.

Kearasa banget suasana religius penduduk Jayapura ini disebuah bukit yang mengadap ke teluk dipalabuhan terdapat tulisan besar dari lampu neon “Jaya Pura City” dan terdapat salib yang gede benget disebelahnya. Dan waktu di Sorong disepanjang pantai di trotoar jalan ke pelabuhan terdapat salib2, duh kalau liat salib2 ini jadi teringat juga dengan papan2 AsmaulHusna yang menghiasi sepanjang jalan pantai Padang J kesan pertama yang gw tangkap dari orang papua adalah : ramah dan bersahabat dan ternyata memang begitu apa adanya, mereka memperlakukan tamu dengan sangat baik dan sopan. Sebelum perjalanan ke penginapan (sebuah mess yang dikelola oleh departemen pertanian)kami diberi ucapan selamat datang oleh pak Dekan dan dilanjutkan dengan doa bersama (dengan ritual dan doa kristen tentunnya). Wah kalau melihat kita Jayapura, jelas banget bukti ketidak merataan pembangunan di Indonesia. Jayapura yang ibu kota propinsi rasanya tidak lebih dari seperti kota pariaman dan lubuk alung di Sumatra barat, trus kalo ibu kota propinsinya aja begini bagaimana desanya (wah ga kebayang deh). Secata umum jayapura terletak di dataran yang berbukit-bukit yang jalanannya naik dan turun (padahal dipusat kota kok gw serasa dalam perjalanan ke Bukittinggi yah). Ga heran kalau orang Papua menuntut untuk merdeka :( , satu peristiwa yang agak ngeri terjadi ketika kami sampai di pelabuhan (sebelum naik bus) seorang bapak berpakaian dinas perhubungan berkata "mana Aceh, mana Aceh. Mana orang aceh??"

"saya dari Aceh pak." (Donna)

"beginilah keadaaan Papua, lihatlah…"

"kalau aceh ingin merdeka, Papua juga" (si bapak yang berpakaian dinas perhubungan dengan nada berapi-api)

Wah baru sadar beginilah keadaan yang sebenarnya terjadi di Papua, keinginan mereka untuk merdeka (karena alasan ketidak adilan) sebegitu kuat sehingga mereka dengan bersemangat untuk menjadi teman seperjuangan dari Aceh.

Selama hidup didaerah yang penduduknya hetergen seperti kota padang agak aneh juga rasanya melihat betapa banyannya gereja bertebaran disepanjang jalan yang kami lalui (ada berbagai aliran dan bentuknya beraneka ragam) ada juga yang bersebelahan dengan masjid (tidak pernah terjadi di kota Padang). Penaymbutan di mess punsangat hangat panitia, Kajur (Dra. Ivone Poli M.si) dan juga PD III (antropolog juga) dan juga Ibu dekan (istrinya pak dekan) yang akan memastikan perut kami selalu kenyang selama acara ini (sekesi konsumsi) juga seorang antropolog. Wah makanannya enak banget, soup ayam dan telor rebur dengan saos manis, pokoknya benar2 perbaikan gizi deh bagi kita yang selama ini tersiksa memakan makanan kapal yang sangat membosankan. Pokoknya kesan yang pertama kali kami dapatkan kami benar-benar diterima sebagai bagian dari mereka, dan yang bikin salut sama Antro UNCEN seakan tidak ada sekat lagi antara mahasiswa dan dosen (dalam hal kepanitiaan) seakan dosen2 mereka juga merupakan panitia (maksudnya benar2 mengurus hal2 yang sifatnya teknikal) selama ini kalau dalam kepanitiaan ada kecenderungan dosen sebagai pengamat saja dan memberi saran ini dan itu. Di kepanitiaan inisiasi ini semua orang repot semua orang sibuk dan bahu membahu, kajur tidak lagi seperti kajur yang sangat menjaga wibawa didepan mahasiswa2nya tetapi sudah melebur aja gt lho…

Tidak ada komentar:

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats