Selasa, 07 September 2010

Sistem mata pencarian (memancing) dan persepsi tentang iklim dan lingkungan

Hari ini kami berencana untuk bersilaturahmi ke rumah kades Bunut Tengah, tapi sesampai dirumah pak kades beliau tidak berada ditempat. Tidak jelas pergi kemana kata seorang bapak yang baru saja keluar dari rumah pak kades. Namanya pak Kusnadi, masih kerabat pak kades juga. Pak Kusnadi seperti nya akan pergi memancing, saya melihat joran dan keranjang anyaman yang disandangnya. Ketika saya menanyakan apakah kami boleh ikut memancing bersama dia langsung mengiyakan.


Lokasi memancing ternyata bukan disungai besar seperti yang saya bayangkan, dari arah pasar ketika sampai di depan kantor desa Bunut Tengah kami berbelok ke kanan menuju darat kearah jalan lintas. Jalan lintas ini adalah jalan darat yang sedang dalam tahap pembangunan oleh pemerintah, masih 50 persen lagi pengerjaannya bahkan jalan ini belum di aspal. Masih terlihat seperti daratan yang ditinggikan saja. Kata pak Pak Kusnadi jika air terus-terusan naik maka jalan ini pun akan terendam oleh bajir, dia mengatakan belum pernah banjir selama ini di Bunut. Biasanya banjir hanya 2 atau tuga bulan dan setelah masa itu air surut kembali, pada bulan ini pun seharusnya sudah musim kemarau tapi air masih saja belum turun malah cenderung bertambah naik dua hari terakhir. Sambil terus menyusuri jalan lintas kearah Timur pak Kusnadi terus bercerita tentang kondisi yang terjadi di darat ketika sedang musim kemarau.


"Biasa' Agus lapangan dah bisa buat dipakai budak-budak main bola sepak"

"… upacara pun biasa sudah bisa, sekarang nak tau bagaimana mau ngada' upacara kita"

"kalau dah dekat-dekat lebar (lebaran) rame nie… lebar pun di darat ni di pakai buat acara bakar-bakar Toman"


Pada saat lebaran daerah daratan kering di Selatan desa biasanya digunakan oleh warga kampung merayakan lebaran dan berkumpul bersama keluarga dengan acara bakar-bakar ikan Toman. Setiap keluarga berkelompok-kelompok membuat panggangan sendiri.


Dikanan jalan terdapat kebun sayuran dan tanaman-tanaman seperti bawang, dan cabe yang layu karena banjir. Kami terus berjalan menyusuri jalan lintas yang baru setengah jadi ini kearah Timur dan kemudian berbelok ke arah Selatan. Dikiri dan kanan jalan lintas ada sungai kecil yang besenarnya merupakan cerukan tanah yang timbul dari daratan yang ditinggikan untuk pembuatan jalan. Dataran rendah ini teritama terisi oleh air sungai ketika musim pasang seperti sekarang ini, masyarakat setempat menyebutnya dengan parit. Disinilah pak Kusnadi memancing, menurutnya menacing disungai seperti ini hanya merupakan pekerjaan sambilan baginya. Hasil pancingan yang biasanya lais digunakan untuk makan sehari-hari saja. terutama bagi orang yeng mempunyai pekerjaan tetap seperti PNS aktivitas memancing seperti ini hanya dijadikan sebagai pengisi waktu luang. Setiap rumah di Bunut memiliki joran, jadi ketika musim banjir seperti ini semua anggota keluarga jika mau mereka bisa memancing lais di kolong rumah mereka. Karena dengan meluapnya air sungai ikan-ikan terbawa air sampai ke perkampungan di kolong-kolong rumah warga juga.


Karena ikan yang menyebar di genangan-genangan air sungai yang meluap nelayan yang menangkap ikan disungai dan danau menjadi berkurang hasi tangakapannya. Hal sebaliknya yang terjadi dimusim kemarau adalah air menyusut, luas sungai dan danau mengecil sehingga ikan-ikan terkumpul pada sungai dan danau yang mulai mengering itu saja.


Tidak ada komentar:

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats