Rabu, 18 Agustus 2010

Catatan tanggal 11 Agustus 2010









Merana sekali sahur pertama di putusibau, di ruang makan hotel cuma tersedia satu mangkok sayur saja. Tidak ada lauk lain, setelah ditanyain ternyata mereka nyediain telor rebus balado di dapur dan telor2 ini sudah dijatah satu orang satu telor *hotel macam apa ini? cuiih*. Mau cari makanan yang lebih layak (dan lebih enak) tapi ga ada kedai yang buka. Baiklah terpaksa makan makanan yang sudah di jatah oleh Hotel paling megah se kota Putusibau ini. Ooh baiklah, gpp sudah niat. Jadi harus kuat, padahal udah ngerasa nih ada tanda2 bakalan kena panas dalam (dari semalam tenggorokan sakit banget).


Habis sahur cuma tidur2 ayam doang, beres2 dikit melanjutkan sedikit packing tadi malem yang belom kelar. Jam 6 gw turun bentar kebawah buat ngenet. Jam stengah 8 nyampe di lanting atau dermaga tempat parkirnya speedboat2 transportasi air antar kota dan kecamatan, si Avatar udah nungguin (avatar nama speed nya). Perjalanan lebih cepat dari yang diperkirakan, kami beruntung sungai sedang pasang jadi jalur2 pintas melalui anak2 sungai yang sempit tidak kering jadi bisa kami arungi agar sampai di bunut lebih cepat. Singgah di keliling simelong dulu, desa dayak kantu tempat lokasi penelitian iway, mia dan abah. Ada titipan yang sangat penting untuk mereka, kalo ga dikasih bisa mati kelaparan deh huahaha…


Desa mereka benar2 kecil, rumah2 kayu model panggung yang lumayan tinggi agak jarang2 ditepi pantai sungai. Dari kejauhan perkampungan kantu ini hanya terlihat seperti sekumpulan bangunan kayu yang tampak berwarna keabu-abuan saja. dari dekat baru mulai terlihat kehidupan haha.. Ada dua gereja, bangunan yang agak besar dari bangunan2 lain mmhh mungkin SD atau ruang pertemuan. Heuh sedikit iri dengan mereka kenapa di tempatkan di desa Katu yah.. (dayak Kantu') kan kalo disana bisa terbebas dari puasa dan taraweh huahahaha...


hanya berselang satu jam kurang gw beserta kelompok sampai di desa Bunut Hulu woow.. Seperti peradaban terapung di pinggir sungai Nil saja,, saya terperangah hahah…


Membayangkan kalau bunut bakalan sedikit lebih besar dan civilized dari keliling smelong dan ternyata bunut kota banget, palabuhan yang ramai dengan speed2, dari jauh tampak dua bangunan masjid yang indah bernuansa kehijauan. Wow .. Perkampungan yang benar2 ceria, pak jahri si sopir speed menepi di dermaga kecil. Lalu kami menyusuri jalan2 yang terbuat dari susunan papan kayu ulin, tinggi jalan ini dari permukaan sekitar 3 meter. Semua fasilitas umum dan bangunan di desa ini tanpa terkecuali didirikan diatas panggung, bagian bawah bangunan adalah air sungai kapuas. Pada saat kami datang sudah mulai mengering sehingga yang tampak pada beberapa titik hanyalah genangan2 seperti becek.


Tidak ada jalan tanah disini, semua jalan di kampung ini terbuat dari 'gertak' jalan berpanggung yang disusun dari kayu, semua bangunan mulai dari gereja, masjid, klenteng, sekolah, kantor camat, kantor desa, bahkan kandang ayam dibuat berpanggung. Grubuk…grubuk di kolong gertak bunyi2 kirain apaan huaah.. Ternyata anak2 yang sedang selaju sampan.. Ckck.. Musti nyobain nih.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

Prabuuuu...
say sukaaa sekali...
jadi termotivasi ngeblog lagi....

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats