Jumat, 06 Februari 2009

Legenda Dewi Laut

Thian seng sen mu adalah salah satu gelar yang diberikan oleh raja kepada leluhur marga Lim ini dari empat puluh tiga gelar lainnya, penggunaan nama Thian seng sen mu adalah nama yang paling dikenal dan familiar bagi seluruh orang Tionghoa diseluruh dunia. Di belahan bumi manapun kalau ada yang yang menyebut Thian seng sen mu pasti akan merujuk leluhur marga Lim yang juga merupakan dewi laut yang menguasai samudra dan lautan.


Ada dua versi cerita yang berbeda mengenai kehidupan Thian seng sen mu, versi pertama bercerita bahwa dia adalah anak dari pasangan nelayan, sewaktu kecil kedua orangtuanya meninggal dalam kecelakaan laut. Versi kedua menceritakan bahwa Thian seng sen mu adalah seorang putri dari raja Tiongkok.


Diceritakan juga bahwa dia adalah seorang perempuan yang diberi kelebihan dan kekuatan oleh Tuhan, dan dia selalu menggunakan kelebihan dan kekuatannya ini untuk menolong orang-orang yang mengalami kecelakaan di laut, tenggelam atau terjebak oleh cuaca buruk. Secara ghaib dia selalu menolong orang yang tenggelam, orang yang telah terselamatkan tersebut acapkali mencari tahu siapa yang menyelamatkannya tetapi tidak pernah menemukan sosok yang telah menyelamatkan jiwanya.


Karena segala kebajikan yang telah dibuatnya semasa hidup dalam menolong orang-orang yang mengalami kecelakaan laut, setelah meninggal dia diangkat dan ditahbiskan sebagai dewi penguasa lautan oleh Tuhan. Seperti mitologi dewa-dewi Tiongkok lainnya seseorang yang menjalani kehidupan didunia dengan selalu berbuat kebajikan atau orang yang berhasil dalam pencapaian spiritual dengan pertapaan, meditasi dan sebagainya setelah meninggal disucikan dan dianggap sebagai dewa atau pelindung bagi orang yang masih hidup.


Dari keterangan yang penulis dapatkan dari milis Komunitas Budaya Tionghua, sebuah forum diskusi dunia maya yang memfokuskan pada kajian sejarah dan budaya Tionghoa. Klenteng-klenteng disepanjang pesisir pulau Jawa dan perkampungan nelayan di Tiongkok selalu memiliki patung dan altar khusus bagi Thian seng sen mu sang penguasa lautan. Konon ceritanya Laksamana Cheng Ho seorang orang penjelajah lautan dari Tiongkok juga menghormati Thian seng sen mu setiap kali akan memulai pelayarannya walaupun dia sendiri adalah seorang muslim. Sampai sekarang bagi kebanyakan orang Tionghoa di negara-negara Asia tenggara patung Thian seng sen mu masih merupakan suatu hal yang wajib untuk diletakkan di kapal dan disembahyangi untuk meminta perlindungan sebelum berlayar. Biasanya patung Thian seng sen mu diatas meja sembahyang atau altar selalu didampingi oleh kedua pengawalnya yang menurut legenda adalah dua iblis yang ditaklukkan oleh Thian seng sen mu, satu pengawal pempunyai kelebihan bisa melihat jauh dan pengawal lain mempunyai kelebihan pendengaran yang sangat tajam.


Pada masyarakat Tionghoa kota Padang sendiri semenjak era reformasi dan diperbolehkannya kebudayaan Tionghoa oleh pemerintah, setiap tahun patung Thian seng sen mu diarak keliling kampung didalam sebuah kio atau secara etimologisnya berarti tandu dalam rangkaian peringatan tahun baru imlek atau tepatnya setiap tanggal empat belas bulan satu penaggalan Cina (14 Chia Gwee). Dipercaya dengan diadakannya perarakan dewi ini segala marabahaya akan dihindarkan sepanjang tahun.

Tidak ada komentar:

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats