Sunday, February 01, 2009
8:14 PM
Kira2 jam dua siang gw nyampe di gedung perkumpulan marga Lie, hujan2 gerimis dan dingin tapi dengan semangat 45 demi selesainya proposal penelitian ini gw tetep semangat tusun ke lapangan *duuuhh ga pending banget*
Pasnyampe di depan, pintu gedung terbuka lebar dan taraaaa,,, ternyata dua buah kio sudah ada dalam posisi stand by di aula ruangan tengah lebih tepatnya ada dua buah kio (tandu) tanpa Dewa yang bersemayam dan ditengah-tengah (agak kedepannya dikit) ada tandu tempat meletakkan hio (hio lo), jadi totalnya sepanjang upacara ini akan diarak tiga kio atau tandu dua kio membawa dua dewa yang berbeda (lengkap dengan pengawal2 sang dewa) dan satu kio atau tandu membawa hio lo. Sisana sini masi manyak berbagai macam perlengkapan kio bertebaran disekitar aula seperti berbagai kertas sembahyang dari berbagai ukuran, bendera2, kain2 merah dan berbagai macam hiasan penyerta kio. Tampak masih berantakan dan belum tersusun rapi. Katanya tandu2 ini diturunkan tanggal 30 kemaren.
Pemasangan peragat2 kio ini sendiri dari cerita bapak2 yang sedang bertugas belim final, baru kira2 50 % lah. Dan patung Dewanya sendiri masih bersemayam di altarnya di lantai tiga gedung ini. Aktivitas yang tadi gw saksikan adalah berbagai perlengkapan disusun dan dikasisfikasikan menurut keperluannya, misalnya seperti kain2 merah buar pengikat2 dan berbagai kertas sembahyang, kertas kuning, kain2 merah dipotong2 dengan berbagai ukuran dan panjang yang berbeda menurut keperluannya. Tapi benda2 penyerta atau istilah mereka peragat belum semuanya di pasangkan ke kio nya.
Kertas2 sembahyang berwarna emas yang sudah ditumpuk (banyaknya kertas yang dikelompokkan kelihatannya tidak sama mungkin karena fungsi dan penggunaannya yang berbeda juga) dan kain merah yang sudah disobek diikat menurut ukuran dan panjangnya dibawwa keatas sebelum dipasangkan ke kio. Duuuhh rumit dan ribet banget lah pokoknya peralatan upacara ini, banyak banget detil yang kecil2 yang harus gw perhatiin sebenarnya misalnya gini nih, setiap kio pembawa dewa ada beberapa bendera. Dan bendera dimasing2 kio ada beberapa warna dan tulisan (dalam aksara mandarin tentunya) yang berbeda pula lalu disetuap ujung tiang bendera dipasangi lima lembar kertas kuning polos (diikatkan dengan kain merah) trus disudut kiri bendera dipasangai hu (kertas mantra) dengan bacaan dan stempel terdentu. Pusing deh pokoknya melihat kerumitan perangkat upacara ini, tadi aja petugas persiapan sempat berdebat hanya soal peraturan pemakaian stempel hu. Ada bapak yang berpendapat bahwa stempem seharusnya hitam tapi ada juga yang berpendapat stempelnya harusnya merah dan juga dipermasalahkan stempel merah atau hitamnya hanya boleh dipakai diberikan oleh pihak2 tertentu saja (contohnya klenteng)
Nah kalian bayangin aja sendiri deh, yang diatas gw baru berbicara soal dua buah bendera saja belum keseluruhan fisik kio nya.
Tapi gw salut sama orang Tionghoa Padang ada usaha keras dari mereka untuk kembali menghidupkan tradisi leluhur mereka mengingat tradisi ini sudah lama tidak dilaksanakan (terakhir sebelum kemerdekaan). Hanya segelintir orang saja yang benar2 menguasai tatacara pelaksanaan kio ini, makanya mereka berusaha keras untuk kembali merekostruksi ilmu yang sudah lama sekali tetimbun ini, ada usaha untuk mendatangkan kerabat jauh dari jawa yang lebih menguasai bidang ini ke Padang. Sementara yang lainnya berusaha keras belajar dari orang2 yang lebih mengerti.
yang gw masih ga mengerti dan pelum terpahami oleh otak gw yang cerdas ini adalah kenapa sebagian dari mereka susah sekali terbuka memberikan penjelasan mengenai tatacara pelaksanaan upacara kepada orang luar seperti gw. Misalnya kalau gw mencoba menggali lebih dalam lagi tentang sesuatu yang menarik bagi gw (dari sudut pandang orang luar) mereka selalu bilang "liat2 aja lah sendiri" atau "nanti kalau tanya2 sama si anu, jangan sama saya soalnya saya juga tidak begitu paham".
Duh gw kesel sama diri gw sendiri karena sia2 aja rasanya dateng ke lapangan tapi ga dapet data yang berarti. Mungkin selanjutnya harus lebih agresif yah? Hehe… misalnya begini:
Gw: waah lagi sibuk nih pak…
Si Bapak: iya maklumlah kan sudah dekat harinya
Gw: boleh dong pak saya mengganggu bentar *Harus BOLEH LHO PAK!!*
Si Bapak: iiiyyaaa kenapa ya?
Gw: saya ingin tanya2 sedikit *padahal gw mengharap jawaban mendetil dan panjang lebar, kalau perlu sampe mulut kita berdua berbusa deh… * tentang perlengkapan apa saja yang digunakan dalam upacara ini…
Si Bapak: iya2 boleh
Gw: its show time *dalam hati* jadi apa aja perlengkapan upacara ini dan apa fungsi dari perlengkapan2 tersebut??
Si Bapak: blablabla… blabla…blu..blublublablubla dst…
Trus kalo si bapaknya nolak di wawancarai dan ngeles kalo dia ga menguasai dan suruh lw wawancarai orang lain gimana Prab?? *usaha dong bencong!! Berpandai-pandailah!!!!*
~~~~ Semangat... senangat!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar