Klenteng ini memang tidak berada di dalam wilayah penelitian tapi saya rasa eksistensi dan keberadaan orang Tionghoa di Nanga Bunut juga berkaitan dengan sejarah desa dan sejarah perekonomian desa pada masa awal kemerdekaan, dimana pada masa itu komunitas Tionghoa di Bunut masih banyak jumlah anggotanya. Setelah adanya longsor di Kampung Hilir da gejolah ekonomi pada tahun 1999 banyak diantara mereka yang keluar kampung (Peputusibau, Pontianak bahkan Jakarta).Dulu dalam rantai perdagangan karet mereka memegang pernan penting.
Berdasarkan keterangan dari pak Jafri (kades Bunut Tengah) hanya satu keluarga Tionghoa beragama Kristen yang tinggal di kampung Tengah. Selebihnya komunitas Tionghoa tinggal di Kampung Hilir.
Dari Observasi saya disekitar pasar kebanyakan mereka (orang Tionghoa) punya usaha toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari selain itu ada juga yang berprofesi sebagai tukang jahit, kios Hp. Diperkirakan generasi pertama orang Tionghoa bekerja di bidang pertenian dan perkebunan Pak Wim pernah cerita kalau dia membeli lahan kebunnya sekarang dari Orang Cina hal ini sejalan dengan cerita pak Rustam yang mengatakan bahwa orang Tionghoa sudah ada di Bunut bahkan ajuh sebelum masa penjajahan Jepang, dia memprediksi Tinongoa sekarang adalah generasi ketiga.
Hari ini saya dari obrolan saya dengan pemilik toko kelontong di pasar saya mendapat informasi bahwa Tionghoa yang bermukim di Bunut adalah berasal dari suku Khek atau lebih di kenal dengan Hakka. Agama yang merka anut cukup beragam (Kristen, Katolik dan juga Konghucu). Ketika saya di Putusibau juga sempat mengobrol di Klenteng tengtang komunitas Tionghoa di Kapuas Hulu, menurut bapak penjaga klenteng Putusibau kebanyakan disini orang Hakka tidak seperti di Pontianak yang lebih banyak orang Teochew. Saya menanyakan lembaga sosial atau perkumpulan sosial yang biasanya dimiliki pleh orang tionghoa di setiap daerah. Si bapak penjaga toko sedikit bingung dengan pertanyaan saya dan menjawab,
"maksudnya semacam yayasan begitu?"
"iya pak ada yayasan atau paguyuban orang Hakka tidak?"
Paguyuban yang saya maksud baru dibuat beberapa waktu lalu bahkan belum diberi nama, si bapak penjaga toko memnyebutkan nama seorang sesepuh Tionghoa tempat bertanya kalau saya ingin menelusuri lebih dalam sejarah dan kebudayaan Tionghoa. Dia juga memberitahu saya kalau di Kampung ini juga ada rumah pekong (kleteng). Setelah ini saya langsung berjalan menuju rumah pekong yang dimaksud, berada tidak jauh dari pasar dan bersebelahan dengan gereja Katolik Santo Petrus.
Jika melihat sekilas dari luar orang tidak akan menyangka bangunan yang ada dibalik pagar kayu bercat merah kusam itu adalah sebuah klenteng, benar-benar terlihat kusam dan suram dari luar. Tinggi pagar kayu kleteng kira-kira 180 senti, pintunya tertutup tapi untungnya tidak terkunci. Bagian dalam lebi suram lagi, belum pernah saya lihat klenteng se kusam ini selama ini klenteng yang saya temui selalu berwarna berah pekat dan ceria. Sama sekali tidak ada aksara latin di klenteng ini, semuanya ditulis dalam kanji, hanya satu yang saya ingat yaitu kanji miau (mandarin) atau bio dalam bahasa Hokian yang artinya adalah tempat ibadah. Saya mengenali Dewa tuang rumh atau Dewa utama yang dipuja di klenteng ini dari ciri-ciri fisik dewa yang dipersonifikasikan pada patungnya. Dugaan saya dia adalah Hok Tek Cheng Sin (Hokian) atau Fu De Ching Sin dalam bahasa Mandarin, hal ini dapat dilihat dari ciri-ciri patungnya: laki-laki tua berjenggot panjang, memakai baju bangsawan kerajaan Tiongkok, dan memegang uang logam kuno tiongkok di tangan kanannya. Dewa ini adalah dewa Bumi yang mengatur kesuburan tanah, kalender musim, curah hujan dan sebagainya. Dia biasanya dia dipuja oleh para petani dan pedagang.
Ada dua patung Hok Tek Cheng Sin di altar utama yang satu sepertinya lebih tua usianya, hal ini biasa ditemukan diklenteng-klenteng. Biasanya patung yang paling tua adalah patung yang dibawa oleh orang-orang gnerasi pertama yang mendirikan klenteng dan patung-patung tambahan adalah sumbangan dari warga yang sudah tidak dapat menyembahyanginya lagi (karena alasan pidah rumah). Selain di altar utama terdapat tiga hio lo (tempat membakar hio/dupa), dua botol minyak sembahyang yang sudah kosong tergeletak diantara abu-abu dupa bekas sembahyang yang sepertinya sudah lama tidak dibersihkan. Dialtar Tuhan ada lebih banyak hio lo sekitar lima buah hio lo yang terbuat dari kuningan dijejerkan rapi secara simetris, dua buah tempat lilin, dua buah cawan persembahan untuk memberi persembahan arak kepada Dewa. Seperti halnya altar Dewa altar Tuhan pun dipenuhi oleh abu-abu sisa sembahyang. Didinding kanan klenteng arah ke depat pintu masuk ada meja kecil tempat meletakkan perlengkapan sembahnyang seperti lilin, hio dan kertas doa dan tampaknya persediaan mereka akan perlengkapan sembahyang di kleteng ini sudah mulai menipis. Di meja ini juga ada sebuah kotak amal berwarna merah.
Saya tidak melihat gambar Dewa pintu di kanan dan kiri pintu kleteng, mungkin gambarnya digantikan oleh dua baris kanji yang tidak saya baca ini. dihalaman sebelah kiri klenteng terdapat satu altar lagi, tidak jelas juga ini altar dewa apa karena semuanya ditulis dalam kanji sedankan disebelah kanannya terdapat tempat membakar kertas doa (kim chua dalam bahasa Hokian)
Diluar pagar kleteng tepatnya desebelah kiri klenteng terdapat kuburan Tinonghoa, ada berbagai bentuk yang saya lihat. Tapi kebanyakan sih nisannya terbuat dari papan kayu segi empat ada beberapa makam yang sangat bercirikan budaya Tionghoa yang disebut dengan bong pay (Hokian). Kalau di Padang banyak orang Tionghoa yang memilih dikremasi atau dimakamkan dengan makam biasa yang sederhana dengan alasan membuat bong pai susah, konstruksinya rumit dan juga banyak memakan tempat, apakah orang Tionghoa buntu juga merasakan hal yang sama?
5 komentar:
salam kenal dari kami, salam sukses dan bahagia selalu, semoga semakin bermanfaat bagi orang lain ya
saya suka sekali dengan isi dari blog ini, bloggernya yang nulis smart dan cerdas
informasinya sangat bisa dipahami dengan mudah, thanx yaaaa
semangattt, semoga makin lancar dan sukses ya mas admin yang baik
ditunggu ya bro update blognya, I Like your artikellll
Posting Komentar