Jumat, 10 Desember 2010

Pengolahan kayu (Sabtu, 21 Agustus 2010)




Pagi hujan rintik sedikit pukul 8 pagi saya berencana melakukan observasi sawmill atau tempat penggesekkan kayu. Ketika penduduk lokal menyebut kata sawmill ini mengacu kepada tempat dimana kayu-kayu dari hutan dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki oleh pemesan. Di tempat sawmill ini juaga kayu dihaluskan dari serat-serat sehingga akan dipergunakan sebagai bahan bangunan secara fisik kayu menjadi lebih menarik. Dan jika saya menanyakan kepada penduduk lokal aktivitas apa saja yang dilakukan ditempat ini, mereka menyebut dengan "menggesek kayu" tapi juga dilihat lagi aktivitas sawmill mencakup memotong-motong kayu sesuai dengan keperluan dan pesanan pemesan. Potongan ini dapat berupa papan dengan berbagai ukuran, berbentuk balo-balok dengan berbagai ukuran dan walaupun belum melihat sendiri ada warga yang mengatakan bisa juga dalam bentuk seperti tripleks (timberwoods). Menurut informasi dari bang Sahul (tetangga pak Wim) di Nanga Bunut ada dua sawmill, satu di Bunut Hilir dan satu lagi di Bunut Hulu tempat yang akan saya kunjungi sekarang.

Sawmill terletak di pinggir sungai Bunut. Jika dari rumah pak Wim berjalan kearah kiri kearah dermaga, tempat peggesekan kayu ini berada dipinggir sungai Bunut dan tidak jauh dari dermaga kecil yang dibuat dari bantuan program PNPM. Tapi sebelum sampai di sana ketika melewati rumah pak Daud saya melihat sedang ada aktifitas bertukangan dirumah itu. seorang tukang sedang menggergaji kayu untuk membuat gertak dan beberapa bagian lain dari rumah pak daud juga sedang dibongkar. Saya lalu mengurungkan niat untuk mengunjungi sawmill karena mungkin saya mencari tau dulu informasi tentang pemakaian kayu dari orang yang sedang membangun rumah.

Dihalaman rumah ada pak Daud dan seorang laki-laki lain yang kira-kira berusia akhir 30 tahun, belakangan saya baru tau kalau bapak ini adalah saudara dari pak daud. Pak Daud adalah seorang guru SD yang bertugas di desa Nanga Tuan, istrinya juga seorang guru SD (mengajar di dusun Perdah desa Bunut Hulu) pak Daud dan istrinya adalah asli orang Bunut Hulu. Karena kegiatan belajar mengajar di sekolah baru akan di mulai tanggal 14 September pak Dapat pulang ke Bunut untuk berkumpul bersama keluarga. Selama mengajar beliau tinnggal di Nanga Tuan dan hanya ke Bunut beberapa kali sebulan. Orangnya ramah bahkan setelah mengetahui saya juga berencana untuk tinggal di Nanga Tuan dia menawarkan saya untuk tinggal dirumahnya.

Dari pak Daud saya mendapatkan informasi bahwa jika ingin memesan kayu dalam jumlah kecil, untuk keperluan membangun rumah penduduk Bunut bisa memesan kayu dari para penggesek kayu ini. cukup beritahu mereka kayu jenis apa, ukuran berapa, dalam bentuk apa (balok, papan, sirap dan sebagainya) dan berapa jumlah masing-masing kayu maka mereka akan mencarikan di hutan. Atau apabila para penggesek ini mempunyai stok kayu yang diminta maka tidak akan perlu dicari lagi kehutan. Tapi biasanya karena para penggesek menebang kayu dalam jumlah yang sedikit mereka akan ke hutan dan mencari kayu seejumlah yang dipesan oleh klien mereka.

Dengan sengaja menunjukkan sedikit nada khawatir dalam suara saya ketika bertanya 'tentang banyak nya kayu yang mereka tebang dari hutan' mungkin pak Daud mengaitkan kekhawatiran saya dengan isu kerusakan hutan [OC], pak Daud buru-buru memberi tambahan informasi bahwa para penggesek hanya melayani permintaan skala kecil dari penduduk desa yang akan membuat rumah atau lanting saja. Tidak dalam partai besar.

Saudara pak Daud juga menambahkan.

"mereka ngambe' kayu dari hutan-hutan yang dibolehkan sama ketua danau"

"kalaupun mereka mengambil di luar itu mereka akan tebang hutan sekitar kampung, hanya dalam skala kecil ja'"

Para penebang kayu akan bekerja didalam hutan selama beberapa hari, tergantung pada banyaknya pesanan atau langka atau tidaknya jenis kayu yang dicari. Apabila mereka akan menebang kayu di hutan sekitar danau maka sebelum masuk hutan mereka akan menemui ketua danau dan melaporkan berapa banyaknya kayu yang akan mereka tebang. Dan ketua danaupun akan menerangkan wilayah mana yang boleh ditebang dan wilayah mana yang tidak boleh ditebang oleh mereka.

Setelah keluar hutan pun para penebang akan kembali melapor kepada ketua danau. Ketua danau akan mengecek kayu-kayu tersebut dan kemudia menentukan jumlah pungutan yang akan dibebankan kepada para penggesek perkeping kayu. Uang hasil pungutan ini akan dipergunakan untuk membeli makanan dan minuman ketika melakukan gotong royong membersihkan sungai dimusim kemarau. Pada musim kemarau anak-anak sungai yang menjadi jalan pintas untuk menghbungkan sungai-sungai besar akan kering sehingga akan ditumbuhi pohon-pohon baru, agar pohon-pohon ini tidak terus tumbuh sehingga singai kecil tersebut didak bisa dilalui sampan lagi ketika pasang maka dilakukanlah pembersihan.

Kayu-kayu yang dipakai oleh pak Daud untuk membangun jalan gertak dan halaman rumahnya belum merupakan hasil final atau bukan merupakan kayu siap pakai, permukaan kayu-kayu ini masih kasar. Sehingga menurut pak Daud harga kayu ini sedikit lebih murah tapi hal ini juga berarti dia harus mengalokasikan waktu kerja tambahan tukang bangunan untuk menyerut kayu agar permukaannya lebih halus. Hanya ada satu tukang bangunan yang bekerja, tidak ada asisten tukang atau semacamnya. Mungkin karena pekerjaan ini tidak terlalu rumit makanya hanya memerlukan satu tenaga saja [OC].

Saya tidak dapat kesempatan mengobrol lebih dalam dengan tukang bangunan. Suara kami segera dikalahkan oleh bunyi generator yang digunakan untuk mengoperasikan mesin penyerut kayu. Pak Daud dan saudaranya mengajak kami pindah ketempat yang agak tenang dari suara generator. Menurut pak Daud, sekarang kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan sudah meningkat, masyarakat sudah sedikit lebih aware terhadap isu-isu lingkungan. Mereka sadar musim yang tidak menentu, pasang lebih lama, suhu udara lebih panas adalah akibat dari kerusakan hutan. Dan juga ada fenomena gelombang besar yang terjadi di danau yang mereka percayai sebagai akibat sebakin berkurangnya jumlah pohon di hutan, menurut masyarakat gelombang besar yang dapat menghempaskan perahu di danau terjadi karena pohon yang menjadi penghalang angin sudah berkurang. Untuk fenomena alam gelombang ini saya sedikit susah mempercayainya, bagaimana sebuah gelombang air dapat terjadi di danau dan kalaupun gelombang semacam itu dapat terjadi saya tidak yakin kekuatan angin yang menyebabkannya [OC].

Dahulu hampir semua kayu yang digunakan untuk membangun rumah menggunakan kayu belian tapi sekarang belian hanya digunakan untuk bagian-bagian rumah yang penting saja seperti tang. Selebihnya kayu yang digunakan adalah kayu kelas dua yaitu kayu kawi. Pak Daud mencontohkan gertak yang di bangun oleh PNPM sekarang ini, hanya tiangnya dan kep nya saja yang dari belian sedangkan palang dan papanya dari kayu kawi. Jadi jika papan dan palang dari kayu kawi maka akan diperlukan penggantian setidaknya 7 sammpai 8 tahun sekali. Sedangkan kalau menggunakan belian akan tahan sampai lebih dari seratus tahun.


14 Agustus 2010

Sehabis sholat tarawih kami bertemu dengan Mahyudin secara tidak disengaja, ketika dalam perjalanan pulang tiba-tiba 'mencegat' kami dan memaksa kami untuk makan kropok dirumahnya. Rumah keluarga Mahyudi adalah tipikal rumah tradisional rsitektur Melayu Bunut.

Memakai kayu belian sebagai bahan membangun rumah sepertinya merupakan sebuah kebanggaan bagi orang Bunut. Mahyudi tanpa dimintapun memberikan kami bertika tur keiling rumah tuanya yang hampir semua bagian dari rumah itu terbuat dari Belian. Sampai atap Rumah Mahyudin adalah salah satu dari beberapa rumah tua berasitektur tradisional Melayu Bunut yang masih tersisa di Nanga Bunut. Ada juga carita mistis tentang tiang-tiang rumah tua yang terbiat dari kayu belian, biasanya tiang-tiang ini ada penghuninya. Setiap ada keluarga yang akan meninggal sekalu terdengar suara dari tiang, bunyi kayu diketuk-ketuk atau suara tangisa. Dipercaya kayu kayu belian matang bisa hidup sampai ratusan tahun di hutan, roh-roh yang menjadi penguni tersebut ikut terbawa ketika kayu tersebut dijadikan tiang rumah.

Lantas saya bertanya jika kayu ini semakin langka dan semakin mahal harganya kenapa tidak dibudidayakan saja? dia menjawab bahwa sampai sekarang dia belum pernah mendengar ada orang yang mencoba membudidayakan belian seperti halnya kayu jati. Tapi dia pernah punya pengalaman melihat biji pohon belian, menurut Mahyudin biji pohon ini berbentuk seperti buah korma. Menurut Pertumbumbuhan pohon ini sangat lama, untuk menjadi kecambah saja diperlukan waktu satu tahun, informasi ini masih harus ditelusuri lebih lanjut [OC].

Tidak ada komentar:

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats