Senin, 13 Desember 2010

Pengalaman belajar berhahasa dengan bahasa-bahasa daerah Kapuas Hulu

Nah bribet banget tuh bahasa yang saya jadikan buat judul tulisan ini.

Bahasa yang dipakai di kampung Melayu Bunut dan sekitarnya termasuk salah satu dialek bahas Melayu, di Kapuas Hulu sendiri ada sekitar tujuh dialek bahasa Melayu. Dan dialek yang biasa digunakan oleh orang Bunut kebetulan adalah lingua franca atau bahasa pergaulan yang dipakai di Kab Kapuas hulu.

Begitu juga dengan desa-desa pedalaman di kecamatan Embaloh hilir dan Bunut Hilir, di dua kecamatan ini ada beberapa suku asli. Dayak Kantu', Melayu, Tionghoa dan sedikit Dayak iban. Keempat suku ini dalam pergaulan an antar suku menggunakan bahasa Malayu Hulu (sering disingkat jadi bahasa Hulu aja).

Saya pikir akan lebih mudah masuk ke komunitas mereka dengan berbahasa Indonesia dengan asumsi, berbahasa Indinesia berarti saya akan dianggap orang Jakarta yang haus pengetahuan untuk belajar bahasa mereka. Tapi lama di kampung Melayu Bunut membuat saya terbawa-bawa bahasa Hulu dengan orang Kantu. Keceplosan beberapa kali berbahasa Hulu membuat saya jadi bulan-bulanan, ditertawai menurut mereka ternyata saya juga 'sidak melayu' atau orang Melayu kapuas yang pura-pura jadi orang Jakarta.

Tapi dari situ saya belajar berbahasa Kantu' dengan cara membanding-bandingkan kosakata bahasa Hulu dengan Kantu' dan well cara belajar bahasa seperti ini lumayan efektif :)
walaupun sesekali keceplosan terbolak balik misalnya ketika bilang 'nanak' bahasa Melayu dengan kata 'ilak' bahasa Kantu' untuk nanti. Lalu sering tertukar antara 'ngimai' dengan 'tamai' (ikut) trus juga 'nuan' dengan 'kulak' (kamu/anda)

Pengalaman belajar bahasa yang menyenangkan, apalagi dengan bocah-bocah kalau ada kata yang tidak jelas mereka akan dengan semangat mengejanya (sekali ini saya suka anak kecil, saat seperti ini mereka sangat bermanfaat).

Tidak ada komentar:

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats