ANTROPOLOGI EKONOMI
(ekonomi-sistem sosial-sistem matapencarian hidup)
Dalam kajian Sosiologi kehidupan sosial atau dalam bentuk masyarakat adalah merupakan bagian dari sistem sosial. Sedangkan sistem sosial sendiri di defenisikan sebagai, totalitas dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling mempengaruhi yang berada dalam satu kesatuan dan menjadi unsur-unsur atau elemen dari kehidupan sosial ini adalah masyarakat. Beberapa ciri-ciri yang sistem sosial yang dikemukakan oleh Robert A. Dahl adalah: 1) dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi 2) dalam tindakannya mereka memperhitungkan bagaimana orang lain bertindak 3) kadang-kadang mereka bertindak bersama untuk mengejar tujuan bersama.
Kehidupan masyarakat secara bersama dalam satu kesatuan dengan segala elemen yang menyertainya membuat kehidupan masyarakat didalam sistem sosial ditandai oleh, masyarakat yang hidup bersama, dengan adanya kesadaran karena mereka hidup bersama dalam satu kesatuan dalam jangka waktu yang lama sehingga mengakibatkan terjadinya satu perasaan yang saling memiliki. Dan puncak dari adanya perasaan suatu kesatuan terciptalah kehidupan bersama (sistem sosial).
Menurut saya sistem sosial dalam hal ini kehidupan sosial bermasyarakat merupakan suatu “sistem”, suatu kesatuan dari elemen-elemen yang sangat kompleks termasuk sistem matapencarian hidup. Yang merupakan salah satu kajian ilmu antropologi yaitu etnografi[1]. Dalam menulis karangan etnografinya para ahli antropologi membagi-bagi unsur kebudayaan menurut tata urut yang sudah
Dalam kajian ilmu ekonomi modern, kegiatan ekonomi pada intinya berpusat pada kegiatan produksi barang, distribusi (mendeliverkan barang pada konsumen) dan akhirnya pada proses konsumi (menghabiskan atau memakai barang atau jasa). Semua proses ini juga terjadi dalam kehidipan ekonomi masyarakat tradisional, walaupun tidak begitu mendapat perhatian dari ahli ekonomi karena lebih memusatkan perekonomian pada tingkat global. Dalam sistem matapencarian hidup para ahli antropologi juga memperhatikan sistem produksi lokalnya, cara pengolahan sumberdaya alam, cara pengumpulan modal, cara pengerahan dan manajemen tenaga kerja. Teknologi dalam sistem produksi, sistem distribusi pasar, dan proses konsumsinya. Kalau dirinci lebih jauh lagi termasuk didalamnya dikaji bagaimana keterlibatan keluarga dalam mengkonsumsi suatu barang juga sistem distribusi seperti apa yang digunakan, siapa saja yang terlibat dalam proses produksi, dan lain sebagainya. Di dalam buku pengantar ilmu antropologi terlihat Koentjaraningrat begitu membatasi kajian ekonomi pada sistem mata mencarian hidup hanya dalam ruang lingkup yang kecil saja dan menganggap hal-hal seperti proses distribusi yang besar dengan jaringan yang luas dan sistem ekonomi yang berdasarkan pada industri merupakan murni kajian ahli ekonomi. Sehingga memberikan kesan pemahaman bahwa antropologi adalah ilmu yng tertinggal (membatasi diri pada hal-hal yang seharusnya bisa menjadi kajian antropologi, dengan tidak lepas dari akar ilmu antropologi sendiri tentunya).
Kajian-kajian yang luas mengenai perekonomian di tingkat global, perekonomian negara, ketertinggalan negara-negara dunia ketiga (yang akar permasalahannya juga adalah masalah ekonomi), proses pembuatan kebijakan oleh pemerintah, pola perilaku konsumen, bahkan penciptaan dan inovasi produk baru dalam proses produksi sebenarnya bisa diperdalam dan dipelajari oleh spesilaisasi ilmu antropologi seperti antropologi ekonomi, antropologi terapan dan antropologi perkotan.
[1] Metode khas antropologi yang merupakan suatu deskripsi menyeluruh mengenai suatu suku bangsa, dalam awal sejarah perkembangan ilmu antropologi etnografi sendiri merupakan cikal bakal dari munculnya ilmu antropologi. Karena karangan etnografi merupakan deskripsi murni yang tidak ada nilai terapannya (pada awalnya hanya merupakan bentuk keingintahuan para musafir bangsa Eropa terhadap suku bangsa asing yang ditemuinya pada perjalanan keliling dunia mereka)
[2] Koentjaraningrat menyebutnya dengan kerangka etnografi.
[3] Walaupun kadang Koentjaraningrat menyebutnya dengan sistem ekonomi
[4] Sebagian suku bangsa penghuni papua masih bertahan dengan sistem berburu dan meramu mereka, di gurun timur tengah masih ada suku pengembara yang hidup dari berternak dan mengembala domba dan hampir tidak ditemukan lagi matapencarian berburu bahkan bercocok tanam (secara tradisional) di Eropa karena sebagian besar masyarakatnya sudah tersentuh oleh industrialisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar