Waktu baca kata VERTIGO ga kebayang kan kalo kata ini mengacu pada sebuah penyakit (badahal keren banget kan bunyinya ...)
Penyakit satu ini juga yang bikin gw sekeluaarga susah baru2 ini, bukan gw seeh yang sakit. Nyokap gw. Ini udah yang kedua kalinya mama sakit, serangan vertigo yang pertama waktu tahun 2001 dan sekarang balik lagi deh tu penyakit (kayanya sih yang memicunya faktor kecapekan). gejalanya mulai dari yang sederhana kaya rasa melayang, hilang keseimbangan, sampai pada pusing hebat serasa dunia berputar, keringat dingin, muntah2 dan sebagainya.
Jadi gw terobsesi gt nyari2 artikel yang berhbungan sama penyakit ini. nah salah satu info yang gw dapetin itu dari Tempo (yang lumayan lengkap ulasannya.
Selamat membaca ya ...
Erik, 30 tahun, hampir saja mengalami kecelakaan saat mengendarai mobilnya. "Entahlah tiba-tiba saya merasa semua di sekeliling saya seperti berputar. Saya hampir kehilangan kendali," ujarnya. Dalam waktu beberapa bulan keluhan ini semakin sering terjadi. Ini sangat mengganggu kegiatannya sehari-hari.
Gejala seperti yang dialami Erik sering disebut juga sebagai vertigo. Dalam dunia medis penyakit ini lebih populer dengan sebutan "vestibulars disorders". Ini adalah sebuah kondisi ketika penderita merasa dunianya berputar sehingga ia hilang keseimbangan bahkan saat mereka tidak sedang bergerak. Gejala ini bisa terjadi dalam periode hanya beberapa menit hingga dalam jangka waktu yang lama.
Gejala penyakit ini umumnya memang tidak selalu diikuti ketidaksadaran. "Vertigo adalah penyakit yang ditandai dengan gejala puyeng tujuh keliling, perasaaan berputar seperti sedang naik kapal. Kadang juga disertai dengan perasaaan mual. Berbeda dengan pusing," kata Dr. Mikail Bharja, ahli penyakit saraf dan jiwa.
Gejala lain yang dicatat CNN mengenai kelainan ini adalah kadang penderita merasa sakit kepala dan nyeri otot di bagian leher dan punggung. Ini disertai pula dengan peningkatan sensitivitas pada bunyi dan sinar terang.
Menurut Dr. Mikail gangguan ini terjadi pada syaraf kedelapan di otak manusia yang terletak di belakang telinga. "Manusia memiliki 12 syaraf. Nah, jika syaraf kedelapan ini terganggu muncullah vertigo," kata Dr. Mikail.
Susunan syaraf kedelapan yang bentuknya mirip rumah siput kecil ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh. Susunan syaraf yang disebut juga sebagai semisirkuler canals ini bekerja secara stereo. Jadi jika ini tak berjalan sebagaimana mestinya, penderita akan segera merasa kehilangan keseimbangan.
Ada banyak bentuk lain dari kelainan ini. Termasuk di dalamnya vertigo, atau perasaan berputar saat si penderita tidak melakukan apapun. Pada presyncope, penderita merasa sangat lemah tanpa kehilangan kesadaran. Sedangkan disequilibrium, penderita kehilangan keseimbangan atau merasa hampir tidak sadar. Sementara lightheadedness, merasa seluruh isi kepala berputar-putar.
Vertigo sendiri sebenarnya bukanlah sebab suatu penyakit. "Vertigo lebih merupakan akibat dari penyakit. Penyebab penyakit itu sangat multi faktoral," kata Direktur Rumah Sakit Saraf dan Jiwa Dharma Sakti ini.
Sejumlah penyebab vertigo di antaranya adalah peradangan pada urat syaraf, radang telinga, atau adanya penyumbatan salah satu pembuluh darah ke otak, juga mungkin karena kelainan pada mata. Selain penyebab dari segi fisik ini, ada lagi beberapa faktor penyebab munculnya vertigo. "Bisa juga karena pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur. Terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Atau bisa juga karena makanan," kata Dr. Mikail.
Karena kompleksnya penyebab penyakit ini hampir tidak mungkin untuk mengobati vertigo secara langsung. "Biasanya dokter akan mencari penyebabnya melalui sejumlah pemeriksaan secara menyeluruh. Jika ditemukan penyebabnya, misalnya karena radang telinga. Maka radang tersebutlah yang akan ditangani terlebih dahulu," ujarnya.
Sayangnya tak sedikit orang yang salah kaprah menganggap vertigo sebagai sakit kepala biasa. "Penggunaan obat-obatan yang mengandung parasetamol tidak bisa mengobati. Efek dari obat-obatan ini hanya akan meredakan nyeri yang ditimbulkannya saja."
Jadi yang paling tepat adalah menemui dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai. Jika tidak, penyakit ini akan terus menahun dan tentunya akan mengganggu kegiatan si penderita.
Bisa dikatakan penyakit ini adalah penyakit khas orang sibuk dan banyak pikiran. Sementara orang malah mengatakan bahwa penyakit ini sangat mungkin disebabkan juga oleh penggunaan barang-barang elektronik berkadar radiasi tinggi. Misalnya saja handphone dan komputer. "Sebenarnya apapun namanya kalau terlalau banyak pasti jadi tidak baik. Demikian pula penggunaan barang-barang elektronik seperti itu. Maka yang paling penting adalah menjaga kesehatan dan tidak berpikir terlalu memaksakan," kata Dr. Mikail.
Namun Dr. Mikail juga mengingatkan bahwa kadar stres yang sama bisa menimbulkan reaksi berbeda pada pribadi yang berbeda. "Ada orang yang mengalami eustress. Orang demikian semakin dia stres, semakin berat beban kerja yang dipikul, semakin keras ia bekerja dan ia malah berprestasi. Tapi ada juga yang sebaliknya, semakin mendapat stres malah semakin tak bisa bekerja," katanya. Maka yang paling baik menurut Dr. Mikail adalah menjaga kesehatan fisik, sekaligus bersikap moderat terhadap apa yang terjadi di luar dirinya.
Sayangnya belum ada data yang akurat mengenai perkembangan penderita vertigo di Indonesia. Sementara di Amerika, berdasarkan laporan abcnews.com, saat ini tercatat 20 juta orang mengalami gejala seperti ini.
Penyakit ini telah membuat mereka terpaksa menghindar dari sejumlah kesenangan seperti berkuda dan berlayar. Bagi sebagian orang naik jet coaster mungkin sangat menyenangkan. Tapi bagi penderita vertigo hal semacam ini bisa sangat menyakitkan. Bagi mereka ini adalah sepotong kecil dari bentuk neraka.
Roy Hoffman telah menderita penyakit ini selama bertahun-tahun. Untuknya jalan santai di jalan raya dirasakan seperti berada di sebuah arena sirkus yang penuh sesak. Saat perasaan itu muncul Hoffman merasa sedang terjebak dalam sebuah film kartun. "Segalanya seperti berputar dan saya berada di tengah lingkaran tersebut. Apapun yang kubaca dan kulihat aku melihatnya seperti film kartun," kata Hoffman.
Oleh dokternya, Hoffman diminta menjalani pemeriksaan bagian dalam telinga. Dari dokter tersebut diperoleh keterangan Hoffman mengalami kelainan pada fungsi telinga.
Sangat tidak mungkin beraktivitas saat gejala ini muncul. "Karena untuk mengelola keseimbangan tubuh, Anda harus memiliki keseimbangan antara penglihatan, pengetahuan di mana kaki kita berpijak dan pendengaran." kata Hoffman.
Setelah melakukan terapi selama tiga bulan Hoffman merasa kondisinya membaik. Kini ia telah merasa 'berpijak' di bumi, tanpa harus kehilangan keseimbangan. (utami/abcnews/cnn)
semoga bermanfaat, kalo ada yang mau berbag pengalaman ato informasi aku tnggu ya ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar