Selasa, 06 Mei 2008

EKSPEDISI PAMALAYU DAN EKSISTENSI MASYARAKAT SAAT INI

EKSPEDISI PAMALAYU DAN EKSISTENSI MASYARAKAT SAAT INI*)

Indonesia pada dasarnya merupakan negara maritim yang sangat luas, pelaut nusantara pada masa lampau telah mengarungi samudra sampai kebenua Afrika. Didalam negri sendiri peranan berbagai sungai besar sepeti batang hari sangat membawa peranan penting bagi kehidupan masyarakat Indonesia saat itu yang sebagian besar hidup didalam berbagai kerajaan-kerajaan maritim besar saat itu. Sungai dan laut dipandang sebagai penghubung dan perekat antar wilayah bukan pemisah sebagai mana yang dimaknai oleh sebagian bangsa Indonesia saat ini. Setelah masuknya negara-negara Eropa terutama Belanda dengan segala macam rekayasa sosial yang dilakukan (dengan latar belakang ekonomi oleh VOC) merubah polapikir masyarakat Indonesia sebagai negara agraris, menanamkam pemahaman yang buruk soal laut. Sehingga sejak itu masyarakat Indonesia menjadi beroriantasi pada daratan (agraris), semua potensi pada laut mulai ditinggalkan hal ini masih dapat dirasakan sampai saat ini, lagu “nenek moyangku seorang pelaut” semakin jarang didendangkan anak-anak sekarang.

Aliran sungai Batanghari kabupaten Dharmasyara sendiri yang dulunya pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Dharmasraya (yang merupakan pecahan kerajaan Melayu kuno yang berasal dari Jambi), daerah ini merupakan peradaban tertinggi dari kerajaan Dharmasraya sebelum perpindahannya ke pedalaman. Komplek percandian di Dharmasraya adalah merupakan komplek percandian yang terbesar dan termegah di Sumatra jika dapat direkonstruksi oleh para Arkeolog, berbagai fasilitas umum lainnya seperti tempat peristirahatan raja, taman dan pasar juga terdapat disana, kemajuan pusat kerajaan Dharmasraya yang terdapat Kabupaten Dharmasraya sekarang juga dapat dilihat dari adanya irigasi dan waduk-waduk untuk mencegah terjadinya banjir. Jadi dapat dibayangkan betapa sibuknya lalulintas perdagangan dan transportasi di sungai Batanghari pada masa itu. Hal yang sangat kontras dapat dilihat pada masa sekarang dimana sungai Batanghari tidak begitu bermakna lagi bagi masyarakat yang tinggal disekitar sungai, masyarakat lebih tertarik untuk mengolah lahan dan menjual hasil bumi kepasar. Aktivitas menangkap ikan masih dapat dilakukan masyarakat dalam skala kecil. Untuk kepentingan transportasi digunakan semacam perahu sederhana, ini pun dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kepentingan transportasi yang jaraknya tidak terlalu jauh. Padahal berdasarkan penemuan arkeologis sungiai Batanghari pada masa lalu diarungi oleh kapal-kalapal sesar yang sudah modern (diperkirakan juga pernah ada pelabuhan kapal disini)

Secara umum keadaan masyarakat maritim dan penduduk pesisir Indonesia saat ini cukup meprihatinkan, desa-desa nelayan manjadi permukiman penduduk yang sempit, kumuh dan miskin jauh dari peradaban yang makmur seperti yang dirasakan oleh bangsa Indonesia pada masa lalu ketika orang-orang Indonesia masih berjaya di jagad maritim. Beberapa kebijakan pemerintah tidak menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat pesisir yang sangat bergantung pada laut, proyek percepatan penbangunan yang dibawa “orang kota” yang mengaku berpengalaman malah tidak sesuai denga kondisi sosio kultural masyarakat.

Diharapkan dengan adanya napaktilas Arung Sejarah Bahari “Ekspedisi Pamalayu” benar-benar bisa menjadi titik tolak dalam membangkitkan kesadaran berbangsa. Dan juga agar generasi muda tidak melupakan sejarah penting dalam bagian sejarah nasional. Walaupun ekspedisi pamalayu sendiri sangat sedikit disinggung dalam sejarah nasional bangsa Indonesia, padahal peristiwa ini sangat penting artinya dalam proses pemersatu bangsa. Harapan penulis tentunya agar pihak-pihak terkait lebih mengangkat sejarah ekspedisi pamalayu dalam pengajaran disekolah-sekolah karena peristiwa ekspedisi pamalayu adalah sebuah peristiwa sejarah yang penting dalam sejarah nasional. Diharapkan juga dengan dipopulerkannya sejarah bahari masyarakat Indonesia menjadi lebih lebih menghargai kekayaan laut dan potensi kelautan dan perairan di Indonesia, sehingga masyarakat peisisr yang menggantungkan hidupnya dari laut dan air dapat menjadi lebih sejahtera.


*) Tulisan ini merupakan bagian dari laporan perjalanan ekspedisi pamalayu, Arung Sejarah Bahari

Tidak ada komentar:

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats