Ada mi??? ("adakah Mie disini" atau "sudah ada kah??")--- bagian IV
Perjalanan dari Ambon ke Sorong, Papua adalah perjalanan tercepat. Sorong berdasakan keterangan yang aku dapet dari seorang bapak yang ketemu di dek 6 adalah daerah awal dari Papua yang ditemukan dan dibuka dari keterisolasian oleh Belanda (terletak di bagian atas kepa burung katanya). Kita banyak dapat pengalaman mengenai kapal dan lautan dari Ria anak UNHAS yang udah sering bolak-balik pulang kampung dengan kapal, wah parah deh kalo tiap pulang kampung pake kapal yang jelek terus. Duh pembaca yang budiman maap aja yah kalau ditulisan ini rada ga bagus dan mulai ga enak dibaca, saya lagi mabok laut soalnya. Perjalanan Ambon-Sorong parah banget, ga ada anak2 antro yang ga muntah. Yang ngaku2 preman dan suka minum beer juga mabok huahaha (muntahnya diem2 balik dari toilet muka udah pada pucet tuh)….
Pokoknya secara fisik dan mental udah mulai ndak stabil niyy, akhirnya ada penemuan baru dari Dani [USU], kalau kita diruang terbuka (dek atas) yang terkena angin laut, mabok lautnya jadi agak berkurang. Maka berapa menit kemudian berbondong2lah kami keatas… dan ternyata benar angin laut yang menerpa wajah,, whuua seger bikin mendingan. Sambil cerita2 sampe maghrib kita disini.
Seperti biasa makanan kapal sangat menjengkelkan, selalu sama dari hari pertama sampai hari ini (tapi kamu kan ksatria Antropologi jadi mesti tahan makan apa aja hehe…). Tapi untuknglah selera sudah sedukit terobati dari makanan yang kita borong dari AMPLAZ di Ambon. Dan sepertinya kami udah selesai Sarasehan duluan huahaha… soalnya kita udah bahas semua dari A-Z disini tentang JKAI habis mau ngapain lagi berhari2 dikapal. Eeh sebenarnya dikapal ini kami makhluk2 antropologi juga bisa sekalian penelitian lapangan lhooo. Kapal ini bisa diibaratkan dengan miniatur Indonesia, semua suku bangsa Indonesia ada disini mulai Aceh sampai Papua juga ada berbagai bahasa yang selama ini ga pernah aku dengar sekarang muncul disana-sini di seluruh penjuru kapal…. Wah pokoknya benar-banarlah kalu ingin melihat Indinesia yang sesungguhnya ada disini. Ngomong soal bahasa juga menjadi lelucon diantara kami
Anak makasar mereka ada make akhiran mi jadi kami sering becandain mereka "dari kemaren udah keseringan makan mi terus jadi ndak mau lagi" hehe.. Mungkin sama kali yah kalau di bahasa Indonesia logat Minang kita sering beri akhiran do, malaupun donya diilangin ga ada perubahan makna pada kalimat. Trus kalau di bahasa makasar yang aku perhatiin yaktu ngobrol ada akhiran ji, kah, dan sebagainya (maklumlah sebagai calon antropolog rasa ingin tau haru tinggi dong hihi…) sama dengan orang Papua sering memakai toh untuk mempertegas makna suatu kalimat. Kalau anak2 Aceh ngomong bahasa daerah mereka yang kita denger dan tangkep Cuma blablublablu… blablabla…blablau…. Huahaha lucu banget si Lena [USU] waktu ngejekin bahasa daerah Aceh.
Trus,, masih menyangkut fenomena Ethnolinguistik ( hehe sok ilmiah banget sih padahal cuma ngomngin keberagaman berbagai kata2 kotor dan makian yang beragam diseluruh Nusantara),,, kami bertukar kata kotor masing2 daerah anak Aceh dan Medan lancar banget tuh bilang "pantek" kata makian dalam bahasa Minang. Tapi begonya penempatan kata pantek mereka tidak tepatsehingga kalimatnya terdengar janggal dan aneh banget. Misalnya gini ni: " ah pantek kali lah gaya kau!!" ah biar gimana pun akan lebih berasa kasarnya kalau diucapkan oleh native speakernya (penutur ahli) tapi perlu riset Antrolinguistik yang lebih lanjut juga sih (Hhidup Antrolinginguistik!!! Hidup Pak Thomas!![dosen antrolinguistik gw di kampus hihi..]) eh trus ada berbagai caruik2 lainnya (caruik= kata kotor dalam bahasa Minang) dari Medan, Aceh, Makasar dan Jawa. Kalau di Jawa ada cancuk (ga ngerti juga nulisnya gimana tapi kalau kuping gw ga salah denger mestinya tulisannya begini) sangat kasar bagi orang Jawa… jadi inget risetnya Fhya[UNAIR] tentang linguistik
(duuuh ga tahan niy otak gw baku mumpet dan ga mood banget nulis karena sekarang lautnya lagi, nakal gw jadi mual dan maboooookkkk, bentar lagi gw sambung chuy)
Minggu 23 Nov
6.00 wit
Whhoooaaa pagi yang segar di kapal,,, setelah semaleman begadang bareng anak-anak untunglah laut bersahabat tidak seperti kemaren lagi. Barusan melalui pengeras suara pusat informasi bilang kalao satu jam mendatang kapal akan sandar di pelabuhan Sorong.
Kalau di waktu di Ambon kemaren kita punya Varis (UNHAS) yang menjadi guide dan petunjuk jalan, di Sorong ada Ria (UNHAS juga) yang sangat kenal daerah ini karena mamanya tinggal disorong. Sukurlah di tiga pelabuhan terakhir kita slalu transit pada siang hari jadi ada lebih banyak waktu untuk keluyuran dan juga lebih banyak tempat yang kami kunjungi (dan lebih banyak restoran dan tempat makan yang buka juga,,, maklumlah dimana2 anak antro gadang lambuang alias suka makan)
Di Sorong banar2 terasa bahwa kita sudah berada di Papua, provinsi terujung di Republik tercinta karena semua orang berkulit hitam dan berambut keriting (huahahahah jadi inget smsnya Rani waktu di Sorong kemaren) tapi disekitar pelabuhan dan pusat kota Sorong buannyak juga penduduk pendatang yang tinggal dan menetap (rata2 dari Indonesia bagian timur juga sih).
Hanya sempat berkeliling sekitar pelabuhan kita nemuin semacam tugu (ga terlalu jelas kebaca) tapi kayanya tugu ini ada hubungannya dengan perebutan Irian dari sekutu, poto2 dan berkenalan dengan seorang pemuda lokal yang gw lupa namanya siapa. Uniknya karena dia tau kalau kita dari Sumatra makanya dia PD aja ngasih salam Assalamualaikum dan ternyata dia mang seorang muslim (dan punya nama muslim juga) aneh aja rasanhya ada penduduk lokal yang beragama musllim karena disini kotanya sangat Katolik religuis gitu, ditrotoar jalanan sepanjang palabuhan berjejer hiasan2 salib (jadi inget sesuatu yang kontras di Kota Padang dimana sepanjang jalan tepi pantai selalu dihiasi ayat2 Quran dan Haidst dan juga asma'ul husna hehe) wah sekarang mulai memahami gimana jadi minoritas dinegri orang.
Belanja makanan di warung2 pinggir jalan skitar pelabuhan eeh kita nemuin warung makan Padang juga (putri minang atau apalah gitu namanya) bener2 luar biasa gw dan anak2 UNAND lainnya sampe diledekin habis2an sama anak2 ("orang Minang doyan makan ato doyan jualan makanan yah??")disetiap pelabuhan yang kita singgahi selalu ada restoran Minang, mulai dari Jakarta, surabaya, Makasar, Ambon, dan terakhir di Sorong juga (wah luar biasa deh) dipinggiran jalan kami makan kue cucur dan kue pinada yang khas Ambon, rata2 pedagang yang aku amati disekitar pelabuhan adalah orang pendatang dari Indonesia Timur seperti ambon, Sulawesi dan sebagainya.
Kapal bertolak dari Sorong sekitar jam 1 siang WITA menuju pelabuhan berikutnya Biak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar