Senin, 05 Januari 2009

Main2 ke klenteng Yuuukk...

Main2 ke klenteng Yuuukk...



Mhhh ndak percuma rasanya hari ini aku bangun pagi2 hari ini, semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang aku harapkan. Padahal aku sempat untuk tidak akan pergi ke klenteng pada hari ini, hari libur mang bawaannya pengen tidur aja dirumah apa lagi tadi malem ujan lebat dan paginya dingiiiin benget.

Jam 7 lewat dikit aku barangkat dari rumah (lewat dikit karena masih nyempetin nonton Spongebob dulu), dan ternyata lalulintas dipagi buta hari libur sepi banget, angkot yang aku tumpangi juga jalannya lancar. Nyambung naek angkot jati didepan bank Mestika (lagi males aja jalan kaki, lagian takut telat juga kan…) waktu udah di kawasan Chinatown aku liat jam di HP baru jam setengah 8 lewat dikit ternyata.

Lewat pasar (besok cari tau nama pasarnya apa…)sepanjang jalan pasar liat2 juga tempat sarapan yang enak soale dari rumah tadi ndak sempat sarapan. Dan sengaja juga nanati milihnya tempat yang rame supaya bisa ngobrol juga dengan bapak2 yang lagi nongkrong minum kopi disana.

Sesampai di klenteng orang yang harusnya ku wawancarai belom dateng jadinya aku hanya sekedar liat2 aja dan sempat juga mengikuti jalannya tahap demi tahap ritual ibadah (kebetulan ada dua umat yang lagi ibadah diklenteng). Ahmpir aja aku kehilangan pak Huan. Waktu lagi ngobrol dia hampir aja berangkat pake motornya keluar klenteng.

Kesan yang kudapat dari dia adalah pertama, cerdas, berwibawa dan kayanya dia lebih cocok sebagai orang yang kerja kantoran dari pada sebagai agawan Tridharma atau sorang skretaris rumah ibadah. Dari cara berbicara dia sangat bagus terdengar profesional aja. Kita sempat ngobrol panjang lebar pada akhirnya obrolan kami ini mungkin bisa tidak dikatakan sepenuhnya sebagai wawancara etnografis (karena juga suasana menjadi tidak begitu kaku lagi). Yang menjadi sedikit masalah pada wawancara ini adalah aku menjadi speechless gitu,, ndak tau apa lagi yang musti dipertanyakan. Harusnya dibanak ini selalu ada pertanyaan cadangan yang harus segera dikeluarkan dan dikeluarkan apabila pertanyaan yang ada didaftar sudah terjawab semua.

Waawancara berakhir jam sembilan lewat 5 menit karena pak Huan ada janji dengan orang juga, aku puas dengan wawancara ini. Duuuh mudah2 selama riset ini dapet informan yang elok laku dan ndak banyak cing cong (bisa diajak kerjasama lah). Dari sini aku kemudian hunting cari mangsa (cari sarapan maksudnye hehe…), akhirnya dapet warung yang enak dan karena males juga nyari kepelosok pasar. Nasi goreng nya lumayan lah, tapi buanyak banget bo' satu porsinya (harganya 5 ribu rupiah), keluarga Tionghua penjual makanan ini juga ramah luar biasa, kayanya itu ada Oma, anaknya laki2, istri anaknya (plus sang cucu yang lagi asik makan nasi dengan ikan goreng dan kecap), trus juga ada anak perempuan yang lebih muda. Ngobrol juga dengan si koko kehidupan orang Tionghua dan ngorol juga sedikit tentang ini dan itu. Trus pas mau pulang si Oma bilang "tommorow kemari lagi yah" wah beres deh mi, duh hari ini semua orang baek dan ga ada kesulitan.

Tujuan berikutnya adalah Rumah duka HTT, setelah kemaren sempat tertunda mengunjungi tempat ini gara2 si Hayu ndak mau nemenin (dan juga rasanya ga etis kalo baru meninggal trus udah ditanya2 segala macem). Sesampai disana tidak terlalu ramai orang, hanya beberapa kelompok orang mengobrol dibeberapa tempat diruangan sebelah. Tempat ini terdiri dari dua ruangan, ruangan yang kecil tempat diletakkannya mayat (didalam peti)trus yang disebelahnya lagi ada ruangan yang agak lebih besar yang kemungkinan digunakan untuk mengadakan upacara keagamaan bagi jenazah (apapun agamanya). Kebetulan sedang ada dua mayat yang disemayamkan di rumah duka, satu katolik dan satu Budha. Aku menyapa tua orang ibu2 yang lagi ngelipat uang kertas buat dibakar untuk jenazah. Yang satu tetangga dari si mayat (nenek yang mati bo' umurnya kalo ga salah 80an), yang satunya lagi kayanya orang yang kerja di HTT, trus beberapa saat ngobrol dengan si Ibu tetangga si mayat seorang ibu lagi yang bepakaian serba hitam ikut nimbrung ngobrol bareng kita. Dan ternyata dia adalah anak dari si mayat. Dan bercerita lah kita tentang tatacara pengurusan mayat pada orang Tionghoa… (selengkapnya tentang obrolan kami bisa di baca di bagian hasil wawancara)

Tidak ada komentar:

My Visitors

mereka yang berkunjung


View My Stats